8.1. soulmate

919 109 15
                                    

"Duduk dulu. Gue ganti baju bentar."

Jaemin mengangguk dan duduk anteng di sofa ruang tamu Jeno. Televisi di hadapannya masih menyala dan menampilkan tayangan berita, lalu ada bekas mangkuk kotor dan gelas yang kosong di hadapannya.

"Dasar Lee Jeno jorok," Jaemin menggumam sembari mengangkat mangkuk dan gelas menuju dapur. Ia sudah beberapa kali berkunjung kesana untuk mengerjakan tugas kelompok, jadi jangan heran jika Jaemin tahu letak ruangan di rumah Jeno.

"Hng? Oh, lo temennya Jeno ya?"

Jaemin sontak menengok ketika mendengar suara berat dari arah belakang, dari seorang pemuda berkacamata dengan rambut acak-acakan khas bangun tidur.

"Eh, iya, Kak."

"Sorry, gue abis sarapan lupa beresin," ia nyengir kecil sebelum tangannya menelusup masuk ke dalam kaosnya, menggaruk-garuk perutnya. "Kok lo disini? Jenonya mana?"

"Err... tadi terlambat, Kak, hehe... jadi gak diizinin masuk."

"Terlambat? Perasaan Jeno pamit berangkat ke gue jam enam kurang..."

"Iya, tadi itu, hehe..." Jaemin nenggaruk tengkuknya canggung, merasa bersalah karena buat Jeno ikut terlambat juga hari ini akibat dirinya yang bangun kesiangan. "Jeno jemput gue dulu..."

"Oh..." pemuda yang nampaknya adalah kakak dari temannya itu menggumam sebagai jawaban lantas mengangguk-angguk sebelum menjentikkan jarinya seolah otaknya yang baru aktif itu menemukan sesuatu. "Lo Jaemin ya?"

"E-eh, iya, Kak. Gue Na Jaemin."

"Oh, pantes muka lo kayak familiar," ia mengangguk-angguk lagi. "Ternyata lo yang fotonya Jeno pajang di meja belajar."

"Eh?" Jaemin terdiam setelahnya.

"Katanya biar semangat belajar liat yang manis-manis," ia mengedikkan bahu cuek setelahnya lalu beranjak mengambil gelas yang ada di tangan Jaemin. "Tapi jangan bilang Jeno ya gue ngomong gini. Adek gue emang cupu, tapi dia serius dan tulus kok. Abisnya gue gregetan karena Jeno gak gerak-gerak."

Setelahnya, kakak dari Jeno itu tertawa seraya mengisi gelas di dispenser, meninggalkan Jaemin berdiri termenung memikirkan ucapannya lantas wajahnya merona merah tanpa ia sadari. Dadanya kembali berdebar dan mangkuk kotor di tangannya hampir aja jatuh waktu dengar suara Jeno berteriak dari ruang tamu.

"Bang Mark! Jangan bilang Mama kalo gue bolos sekolah hari ini ya!"

Lalu pemuda itu terlihat melewati dapur sebelum kembali melangkah mundur ketika melihat kakaknya dan gebetannya tengah berdiri berhadapan.

"Loh? Kalian ngapain disini?"

Jaemin buru-buru menaruh mangkuk di kitchen sink sebelum mengangguk permisi pada kakak Jeno. Mark—kakak Jeno—tertawa kecil sebelum mengedipkan sebelah matanya pada Jaemin yang dibalas delikan tajam oleh Jeno dan Jaemin mendengar betul bisikan tak suka Jeno pada kakaknya.

'Maksud lo apa?!'

'Eits, santai, Bos.'

Lalu Mark pergi meninggalkan dapur sembari bersiul-siul ringan, membiarkan Jeno dan Jaemin berduaan di dapur.

"Na? Ayo jadi pergi gak?"

Jaemin cuma mengangguk dan segera beranjak pergi dari dapur, buru-buru memakai sepatunya dan menunggu Jeno membelakangi pagar.

"Mau kemana?" Jeno bertanya pada Jaemin yang daritadi tak kunjung mengeluarkan suara, padahal pagi tadi masih bawel dan galak. "Na? Kenapa lo tiba-tiba diem deh?"

"Gak apa-apa," Jaemin segera menggeleng dan memakai helm. "Emangnya gue kenapa?"

"Jadi pendiam gitu, biasanya galak terus bawel. Kenapa sih? Kakak gue ngomong aneh-aneh ya ke lo?"

Starlit Night - [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang