13.1. final chance

636 78 4
                                    

"Jeno, aku turun sini aja."

"Disini?"

Jeno menatap Jaemin yang tengah melepaskan helm bergantian dengan halte bus di belakangnya.

"Mau lanjut naik bus? Rumah lo masih jauh, gue anter aja, udah malem."

"E-eh, nggak. Ini deket sama tempat kerja Bunda."

"Mau pulang bareng Bunda?"

Jaemin tersenyum seraya mengangguk, lalu merogoh saku celananya dan menyodorkan tangannya dengan posisi menggenggam.

"Tangan Jeno mana?"

"Ng?" Jeno pun menyodorkan tangannya, yang lalu diletakkan sebuah gelang hitam di telapaknya oleh Jaemin.

"Buat Jeno, kenang-kenangan." Jaemin nyengir sembari menarik sedikit lengan jaket hijau tuanya, menunjukkan gelang yang sama seperti yang ada di telapak tangan Jeno.

Pemuda Lee itu nampak memperhatikan benda yang disadarinya dibuat dari tali sepatu di tangannya itu, menimang-nimang sebelum atensinya terpecah oleh suara Jaemin

"K-kalo Jeno gak mau, b-boleh dibalikin!" Jaemin menunduk malu sembari menengadahkan tangannya kembali.

"Makasih."

Jaemin mendongak bingung karena Jeno malah langsung memakai gelang pemberiannya sebelum kembali menyalakan motornya.

"Gue anggap sebagai hadiah terakhir dari lo. Salam buat Bunda, ya."

Dapat Jaemin lihat mata Jeno tersenyum dari celah helm full face yang dikenakannya. Menyadarinya, pemuda itu pun sontak balas tersenyum dan mengangguk semangat.

"Hati-hati, Jen."

Jeno balas melambaikan tangan pada Jaemin sebelum motornya melaju meninggalkan halte tempat Jaemin berada. Setelah memastikan punggung Jeno telah menghilang di ujung jalan, Jaemin beranjak menuju ke arah yang berlawanan dengan arah pulang, menyebrangi jalan dan lanjut melangkah menuju sebuah rumah sakit di seberang.

Ketika memasuki lobi, Jaemin bertemu dengan suster yang biasa merawatnya lantas wanita paruh baya tersebut berdiri ketika melihatnya dan segera memeluknya.

"Sudah jalan-jalannya, Nak?"

"Sudah, Bu. Makasih ya udah izinin Nana pergi keluar sebentar," ia tersenyum kecil seraya membalas pelukan suster. "Dokter Jung udah pulang?"

"Masih di ruang kerjanya, Nak. Kamu tau sendiri, beliau gak akan pulang sebelum pasien kesayangannya tidur pules."

"Dasar, Dokter Jung emang sukanya kerja lembur ya? Padahal aku baik-baik aja sama Dokter Seo. Udah makan belum dia?"

"Tadi saya lihat beliau pesan antar sekitar satu jam lalu. Pastinya udah makan."

"Oke deh, Bu. Nana naik ya ke kamar. Kalau Bunda datang, tolong bilang Nana ada di kamar. Oh iya, sama Nana minta kertas dan pinjam pulpen, Bu."

"Nanti Ibu antar, Nana naik aja dulu ke kamar."

Setelah berbincang ringan dengan Suster Kim barusan, Jaemin pun menaiki lift menuju kamarnya yang berada di lantai lima. Setelah sampai, ia langsung membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah sakit. Tak lama, seorang lelaki jangkung mengetuk pintu kamarnya dan memberi salam.

Jaemin mengizinkan lelaki yang adalah Dokter Jung tersebut untuk masuk, memasang senyum terbaiknya lantas menyapa dengan sopan.

"Dokter kok belum pulang?"

"Belum kalau kamu belum tidur pules malam ini." Dokter yang baru berusia tiga puluh tahun itu tersenyum seraya melangkah mendekati kasur Jaemin untuk memasang infus.

Starlit Night - [nomin]Where stories live. Discover now