12. merry kissmas

812 77 0
                                    

Ketika Jaemin melihat salju pertama turun dari balik kaca jendela kamarnya, hal pertama yang memenuhi benak pemuda bersurai jingga kalem itu adalah sosok teman sekamarnya yang kini tengah sibuk menenggelamkan diri di antara tumpukan buku dan kertas-kertas berisi jurnal ilmiah—yang Jaemin ingat pernah bantu cetak di perpustakaan kampus bulan lalu.

Adalah Lee Jeno—teman sekamar yang Na Jaemin maksud barusan—si pemuda tampan dan populer namun juga seorang kutu buku, yang sedang memaksakan diri menyelesaikan publikasi proyek artikel ilmiahnya demi mendapatkan keringanan untuk seminar proposal semester depan.

Dua buah gelas berisi cokelat panas yang sudah tandas isinya tergeletak di sudut meja. Lampu belajar menyala redup, tetapi semangat seorang Lee Jeno malah kebalikannya.

Jaemin hanya bisa menghela napas sembari tersenyum, terus menatapi punggung lebar milik orang yang diam-diam disukainya itu sebelum beralih pada sebuah kardus berukuran sedang yang ia selipkan di antara pinggiran sofa dan dinding kamar mereka.

Ia pikir, Jeno setidaknya akan mengambil cuti selama tiga hari untuk merayakan natal bersamanya karena Jeno berkata bahwa ia takkan kembali ke Seoul untuk merayakan natal bersama keluarganya.

Jaemin sendiri tidak mengerti banyak soal arti dari keluarga itu sendiri. Dirinya sudah terbiasa sendirian dan keluarga hanyalah bagian dari masa lalunya. Kini baginya keluarga adalah Jeno, tetapi lihatlah Pemuda Lee itu. Sudah sejak pukul sepuluh pagi hanya duduk di kursi dan menggarap topik skripsi, tanpa mengalihkan sedikitpun perhatian untuk Jaemin.

Bahkan Jaemin sampai mengantarkan makan siang dan makan malam untuknya ke meja belajar, dan yang Jeno lakukan sebagai balasan hanyalah sebuah kalimat singkat terima kasih tanpa lirikan mata pada si pemuda bersurai jingga.

Jaemin pikir ia sudah kehabisan harapan, maka diangkatnya perlahan kardus berisi perlengkapan untuk menghias pohon natal yang ia sembunyikan keberadaannya itu dengan niat akan melemparnya secara mengenaskan ke tempat pembuangan di belakang gedung flat yang mereka tempati.

Niat awalnya ingin mengajak Jeno menghias pohon natal kecil yang mereka beli di toserba saat natal tahun lalu, namun nampaknya pemuda itu sungguh sibuk untuk akhir tahun ini sehingga rencananya haruslah batal.

Diliriknya Jeno yang masih fokus dengan tumpukan buku itu sebelum ia berjalan terburu menyebrangi ruang tengah. Bertepatan dengan tibanya Jaemin di seberang ruangan, bel pintu berbunyi disusul suara seorang perempuan yang Jeno kenali pemiliknya.

"Jaemin! Aku memanggang ayam dan membuat kue untukmu dan Jeno! Kemarilah dan ambil beberapa!"

"Baik, Bibi Hudson! Segera kesana!"

Jeno mendengar suara benda berat diletakkan di atas lantai, lantas langkah kaki Jaemin terdengar menjauh bersamaan dengan menghilangnya suara Mrs. Hudson—tetangga samping flat mereka.

Pemuda Lee itu mendadak merasa bersalah pada Jaemin. Mereka selalu merayakan natal berdua semenjak awal bertemu lima tahun lalu, mulai dari berjalan-jalan keliling kota untuk sekedar membeli aksesoris murah untuk tukar kado dan berakhir dengan minum kopi bersama di café kecil milik Mr. Miller yang terletak di perempatan jalan.

Ia menatap tumpukan buku di hadapannya sebelum menghela napas, meregangkan sendi-sendinya yang pegal seraya memijat ringan tengkuknya yang kebas karena terlalu lama menunduk memandang buku.

Bangkit dari kursi, Jeno berniat menyusul Jaemin menuju kamar Mrs. Hudson ketika menyadari ada sebuah kardus yang diletakkan persis di pintu masuk kamar mereka. Perlahan, Jeno berjongkok dan membuka kardus yang ternyata berisi dekorasi natal, seketika merasa bersalah pada Jaemin ketika sadar bahwa mungkin pemuda Na itu berniat mengajaknya untuk menghias pohon natal bersama.

Starlit Night - [nomin]Where stories live. Discover now