1.2. sembilan belas

1.8K 244 80
                                    

"Rasanya disini ada sesak dan debaran yang tidak bisa aku jelaskan."












"Mama, kenalkan ini Na Jaemin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mama, kenalkan ini Na Jaemin. Jaemin, ini mamaku."

Jaemin langsung menunduk sopan sembari menyodorkan sekeranjang buah yang ia beli di supermarket secara dadakan setengah jam yang lalu sebelum Jeno datang menjemput. Ia tersenyum manis sampai-sampai ibu Jeno memekik saking gemasnya dan langsung memeluknya senang.

"Jago sekali kamu bisa dapat yang semanis dan secantik Jaemin?"

Jeno tersenyum senang ketika melihat ibunya menyambut Jaemin dengan baik. Gebetannya itu pun terlihat nyaman-nyaman saja berada di dekat ibunya yang lumayan cerewet itu.

"Jaemin belum makan 'kan?"

"Kebetulan belum, Tante. Saya dengar dari Jeno kalau masakan Tante enak sekali rasanya. Jadi saya sengaja mengosongkan perut."

Ibu Jeno tertawa senang sembari menggandeng tangan Jaemin menuju dapur. Jeno tersenyum menatapi dua orang favoritnya itu sambil bertopang dagu di meja makan.

"Mari saya bantu masak, Tante."

Jeno tersenyum mendengar ucapan Jaemin barusan, memperhatikannya menggulung lengan sweater biru pastel yang dikenakannya sebelum terlibat perbincangan seru soal bahan masakan dan alat masak berkualitas dengan ibunya.

"Jeno jangan diam saja disitu, potong buahnya untuk anak manisku ini."

Jeno tidak protes dan langsung melaksanakan perintah ibunya, sekilas melirik Jaemin yang ternyata juga meliriknya. Begitu netra mereka bertemu, Jaemin tersenyum malu seraya mengalihkan kembali perhatiannya ke ibunya. Jeno mendadak tersipu, pipinya merona merah ketika menyadari bahwa Na Jaemin tetap terlihat indah bahkan dengan celemek lusuh yang menempel di tubuhnya.

Sialan. Jeno benar-benar telah dibuat jatuh cinta oleh sosoknya. Dunia benar-benar tidak adil.

Dua puluh menit kemudian, beberapa hidangan hangat telah tersaji di meja makan. Jaemin duduk dengan sopan setelah menarikkan kursi untuk ibu Jeno yang tersenyum begitu tulus padanya dengan senang hati.

"Ayah Jeno sedang dinas ke luar kota sampai lusa, jadi ia titip salam untukmu, Jaemin. Mama yakin ayahmu pasti bakal terus terang kalau ia menyukai Jaemin juga."

"Setuju, Ma," Jeno mengangguk sembari menerima piring berisi nasi yang baru saja Jaemin sendokkan untuknya. "Lihat, aku bahkan tidak minta tapi Jaemin sudah inisiatif bertindak. Porsinya pas pula dengan porsi makanku."

Jaemin mendadak tersipu lagi karena ketahuan sering memperhatikan Jeno ketika mereka makan bersama, jadi ia tahu persis porsi makan pemuda Lee itu. Si manis Na cuma bisa tertawa malu dan melirik Jeno serta ibunya bergantian.

"Jadi, sudah berapa lama kalian pacaran?"

"UHUK!!"

"Duh, kamu harus hati-hati, Jaemin. Daritadi tersedak terus," Jeno mengusap punggung Jaemin yang duduk di samping kirinya, sedang meneguk air perlahan-lahan.

Starlit Night - [nomin]Where stories live. Discover now