Gelang Kembar

789 142 28
                                    

What if I say
I know, you know
What if I told you I like you?
We stay, we go
What if I told you I like you?

WHAT IF

Gelang Kembar


***

Masih siang tapi langit sudah mendung. Ari mendengus pelan. Bapak duduk di depan televisi dengan kopi dan rokok. Kedua anak bapak itu saling dia sambil menatap televisi yang menampilkan siaran tivi Metro. Sibuk menonton, tiba-tiba bapak membuka pembicaraan.

"Itu gelang kayaknya bapak baru lihat" Ucap bapak sambil menunjuk gelang hitam di tangan kanan Ari.

"Oh, ini gelang couple-an yang Ari beli bareng Garta waktu ke pasar malam" Jelas Ari.

"Barangnya couple-an tapi nggak ada hubungan spesial, dasar anak muda jaman sekarang" Cibir bapak, Ari mendengus. "Biarlah, pak. Nanti juga pacaran"

"Sana ungkapin perasaanmu ke Garta biar dia tau" Celetuk bapak santai.

"Dia udah tau, pak. Bahkan dari lama tapi nggak pernah di gubris perasaan Ari nih" Curhat sang anak membuat bapak tertawa kencang.

"Ya udah, jujur. Pasti kamu di terima sama dia. Bapak juga lihat dia suka sama kamu, kayaknya deh"

"Ah, si bapak! udah nerbangin eh di jatuhin lagi" Tawa bapak kembali terdengar. "Udah, sana kamu ngaku. Bapak nggak dengar kamu curhat lagi soal Garta"

"Lebih baik jujur daripada kamu pendem terus. Kamu itu masih muda, kalau di tolak juga nggak bakal bunuh kamu. Jadi, santai aja. Ya udah, bapak mau lanjut nonton" Ari menatap bapak kemudian menghela nafas.

"Ari usahain, pak" Mendengar itu diam-diam bapak tersenyum kecil.

Anaknya itu sama seperti dirinya. Walau tingkahnya yang bisa di bilang atau memang pantas di bilang malu-maluin tapi tidak bisa di pungkiri bahwa Ari mirip dengannya. Caranya menggoda Garta sama seperti bapak cara menggoda mama, cara menyampaikan pendapat sama seperti cara bapak, cara marah sama seperti bapak, cara mencintai pun sama seperti bapak.

Yang berbeda adalah Ari lebih tampan dan tidak tahu malu, itu saja. Untung saja bang Kaesang normal sepertinya.

Ari berdiri di balkon kamar Garta, sembari memetik gitar milik kak Leo yang sebenarnya gitar punya pacarnya kak Leo. Hari berlalu begitu saja setelah mereka pergi ke pasar malam. Gelang yang mereka beli di pasar malam waktu itu di pakai keduanya dan sekarang niat Ari di rumah Garta adalah mengerjakan tugas bersama yang di kasih pak Ayub. Sambil menunggu Garta habis mandi, Ari memilih main di balkon kamar Garta dengan menggenjreng gitar.

Ari tidak tahu kenapa tapi Garta sepertinya sudah tidak terlalu kesal padanya seperti selama ini dan Ari bersyukur. Ari mulai menyanyikan lagu saat menyadari kehadiran Garta.

"What if a tomorrow means that we are here together?
What if we are taking chances just to loose it all?"

"Am I really crazy thinking ’bout this all together?
What if I’ve been missing the writing on the wall?"

Genjrengan gitar Ari semakin besar, anak itu menikmati suasana yang pas dengan lagu yang dia nyanyikan. Tepat saat Garta masuk dan duduk di sebelah Ari. Bocah bucin itu menoleh ke arah Garta lalu menyanyikan bait lagu yang jelas Garta pahami maksudnya.

"What if I say, I know, you know
What if I told you I like you? We stay, we go"

Ari menatap tepat di mata Garta lalu melanjutkan nyanyiannya.

"What if I told you I like you? I know, you know. What if I told you I like you? we stay, we go" Ari kembali menoleh ke arah lain, dengan kata terakhir pada lagu tersebut.

"What if I told you I like you? What if I told you I like you?" Sesudah menyanyikan lagunya, Ari menaruh gitar di sampingnya. Dia menoleh ke arah Garta dengan cengiran khasnya.

"Suara gue bagus kan?" Garta mengangguk lalu menatap ke arah langit. "Lagunya bagus"

"Iya, emang apalagi gue yang nyanyiin" Kata Ari. Dia menyandarkan kepalanya pada pundak Garta, memejamkan mata.

"Garta cintaku, manisku mau pacaran sama gue nggak?" Tanya Ari dengan nada bercanda, tidak ada jawaban hingga sebuah elusan halus pada rambut Ari membuat cowok tampan itu membuka matanya.

"Lo bucin banget sama gue, heran dah" Ejek Garta.

Ari mengangkat kepalanya, dia memiringkan tubuhnya ke arah Garta, sedikit mengernyit karena tidak biasa Garta cintaku, manisku akan mengatakan malah dia akan mengumpati Ari dari A sampai Z hingga mampus. Jadi, Ari menatap Garta dengan penuh selidik. Tawa Garta terdengar.

"Semalam gue curhat ke Jagad, lo tau nggak gue curhat apaan?" Mendengar nama menyebalkan itu Ari mendengus tak suka. "Curhat apaan?"

"Curhat soal lo yang terpesona sama gue, terus Jagad bilang kalau gue harus bisa mengekspresikan diri gue yang sebenarnya" Ari seakan tertarik, anak itu mendengarkannya dengan seksama.

"Dan sekarang gue lagi mengekspresikan diri gue, Ari kayaknya gue beneran udah kemakan gombalan lo deh" Berakhir dengan tawa Garta dan pelototan kaget khas Ari.

Ari berdiri, melebarkan senyumannya kemudian berjongkok di depan Garta, ini mungkin sudah biasa untuk Ari ketika bersama Garta tapi kali ini rasanya beda, suasana yang berbeda, lebih hidup dan lebih ceria.

"Garta ayo pacaran sama gue kalau lo nggak mau pacaran sama gue biar gue yang pacaran sama lo" Garta mendengus pelan.

Anak itu menangkup wajah tampan Ari lalu mengernyit pelan. "Yaudah, ayo pacaran. Gue pacaran sama lo aja daripada sama yang lain" Ari tersenyum lebar, sangat lebar.

Matanya membulat sempurna, mengejar seorang Garta itu susah bahkan menaklukan hatinya begitu susah tapi sekarang dia bisa, dia bisa mengakui kalau Garta adalah miliknya tanpa perlu mendengar ejekan Jerry dan Darwin serta ajakan Aldo untuk berpacaran.

"AKHIRNYA GARTA CINTAKU, MANISKU JADI PUNYA ARI!" Serunya berteriak. Malam itu keduanya memiliki hubungan yang sudah naik satu tahap setelah hubungan musuh-teman. Ari akan memamerkan hubungan pada teman-temannya terlebih Jerry dan Darwin yang mengejek dirinya.

Awas saja, lihat sekarang Ari sudah punya kekasih dan dia bukan jomblo lagi. Dasar sombong! Ari akan berterima kasih pada bapak karena nasehat pagi tadi.

To be continued

 
HAI! ARI GARTA UDAH JADIAN. Maaf nggak ngefeel. Soalnya beneran ide mentok sampai situ. Komen dong, aku tuh seneng liat komenan kalian. Maaf ya kalau penulisannya gitu-gitu aja terus nggak panjang. Maaf juga nggak ngefeel.



Arimatheo ||sungjakeWhere stories live. Discover now