Garta, Nikah Yuk!

575 98 15
                                    

Beberapa lagu mungkin terdengar indah tapi jika di mengerti hanya ada luka disana.

Garta, Nikah yuk!

***

"Ari, pulang sekolah jangan lupa buat belajar" Garta mengingatkan Ari. Anak itu turun dari motor. Ari hanya menghela nafas lalu tersenyum. "Malam aja, hehehe. Mau main PS, udah janji tadi."

"Oh, gitu? Yaudah, main aja habis itu ke sini, belajar bareng" Makin lebarlah senyum Ari, memamerkan lesung di pipinya.

"OKE! habis main PS, aku langsung kesini, lengkap dengan buku sama tas. Tenang aja Garta cintaku manisku." Garta hanya mengangguk. "Yaudah, hati-hati. Jangan ngebut, awas aja"

"Nggak bakalan, aku nggak bakal ngebut, nggak bakal nyelip-nyelip lagi, janji deh sayang." Sebenarnya Garta tahu bahwa Ari tidak mungkin ngebut bahkan sebelum dia memperingati hanya saja dia khawatir dengan bocah sedeng di depannya itu. Rasanya seperti Ari ini keras kepala walau nyatanya tidak seperti itu.

"Nanti aku kabarin kalau udah sampai." Lanjut Ari, dia menyalakan mesin motornya, kemudian pamit pada Garta setelah itu dia meninggalkan area rumah Garta.

Sesudah Ari pergi, Garta menghela nafas. Hari ini cukup membuatnya pusing terlebih dengan ulangan tadi pagi lalu di tambah dengan Dimas menyebalkan itu. Rasa-rasanya Garta ingin memukul apa saja yang ada di depannya.

***

"Selamat siang orang rumah, Ari come back!" Teriaknya menggelar di teras rumah, untung saja bapak tidak ada riwayat jantung.

"Bocah edan, teriak-teriak lagi. Mama mu lagi tidur, Arifin."

"Arifin siapa sih, pak? Bapak punya teman baru?" Tanya Ari bingung.

"Nggak ada" Ari mendengus. Bapaknya ini terkadang random, dia jadi kesal. Kenapa bisa punya bapak serandom ini, untung saja dia tidak seperti bapak. Ya, Ari ini bodoh, tidak sadar kalau dia lebih parah dari bapak.

"Ada makanan apa nih?" Tanyanya sembari memasuki rumah di susul Bapak.

"Makanan kucing. Ya, sayur lah, habis ini langsung ganti baju terus makan." Ujar Bapak. Pria lanjut usia itu memilih lanjut untuk menonton acara televisinya yang tertunda karena kedatangan putra anehnya.

Ari sendiri memilih langsung makan karena sehabis itu dia mau main PS. Sebenarnya dia malas untuk pergi bermain PS tapi pada dasarnya Darwin sudah terlanjur janji pada temannya itu. Untung saja Garta mengijinkan, coba kalau tidak? Ya, mana bisa di pergi main.

Kalau Garta bilang 'nggak boleh, Ari' maka Ari tidak akan pergi. Semuanya tergantung pada Garta. Sudah seperti istri saja, oh iya! Jodohnya nanti.

"Garta cintaku manisku~" Senandungnya pelan. Bapak sendiri sudah kelewatan hafal sama kelakuan anaknya. Manusia bucin seperti Ari ini tidak mungkin kalau tidak menyebutkan nama Garta sehari saja, mustahil.

"Bucin terussss" Sahut Bapak dari depan.

"Nonton terussss" Sambung Ari mengganggu Bapak.

"Jawab terusssss" Lanjut Bapak.

"Teriak terusssssss, awas itu suaranya ilang." Jika Ari bukan anaknya, sudah dari dulu Bapak membuangnya ke panti asuhan. Tidak, mana mungkin Bapak membuang anak laki-lakinya. Biar rese-rese begitu, Bapak paling sayang pada Ari.

"Pak, habis ini Ari mau main PS terus belajar sama Garta. Besok ulangan"

"Main PS sama siapa?" Tanya Bapak, Ari masih pada posisinya yang sedang makan begitupun dengan bapak yang sedang nonton.

"Darwin lah, pak."

"Oh, yaudah. Tapi inget, belajar, Ri" Kata Bapak. Ari tahu walau bapaknya sangat sering menistakan dirinya, tapi Bapak tetap orang tua yang mau anaknya sukses.

"Iya, pak. Doain juga Ari bisa nikah sama Garta" Ari memang tidak bisa serius.

"Kalau Gartanya mau" Jawab Bapak.

"YA MAULAH PAK, ORANG DIA CINTA MATI SAMA ARI"

"YO, DIA APA KAMU YANG CINTA MATI?"

"YA, AKU, DIA JUGA"

"YASUDAH, KOK TERIAK"

"YA, BAPAK JUGA KENAPA TERIAK?"

"YA IKUT KAMULAH"

"YAUDAH PAK, CUKUP SAMPAI SINI TERIAKNYA"

"ARI, BAPAK! JANGAN BERISIK"

"IYA MA!" Jawab anak bapak itu bersamaan.

Ari jadi rindu pada Garta, rasanya bagaimana ya kalau nanti dia dan Garta yang seperti ini? Mungkin akan lucu. Rasa-rasanya dia ingin mengajak Garta untuk menikah dengannya. Sehabis makan dia harus menelepon Garta. Menceritakan hal ini pada Garta. Bahan cerita yang bagus, Ari!

to be continued

Halooo, haiii. Maaf baru update, hehehe. Minta maaf banget karena udah biarin book ini terbengkalai dan ngegantung kalian, aku minta maaf sebesar-besarnya. Ada beberapa alasan aku nggak update selama ini, mohon maaf ya🙏 ngomong-ngomong masih ngefeel nggak? Agak canggung ya..

Ada yg kangen Ari-Garta? Kalau bisa, kalian mau di posisi Garta atau Ari???

Arimatheo ||sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang