Telepon

361 56 1
                                    

Ari, Garta, dan Bagian Akhir Mereka.

Harinya tiba, hari dimana Ari dan keduanya temannya harus pergi ke ulang tahun adiknya Aldo. Pukul 14.30 WIB, Ari, Jerry, dan Jagad sudah berada di tempat acara, di rumahnya Aldo. Pesta anak-anak yang penuh balon dan gula-gula serta warna-warni. Untung saja mereka datang dengan pakai berwarna cerah, jika tidak pasti mereka akan terlihat seperti anak punk. Ketiganya memutuskan untuk berada di area orang dewasa, sedangkan Aldo sendiri masih menyambut beberapa tamu.

Ulang tahun orang kaya memang berbeda, banyak terdapat kado dan wajah-wajah orang-orang penting disana. Ari sampai bingung kenapa kelakuan Aldo sangat tidak ramah sekali padahal ia di kelilingi dengan orang-orang berkasta tinggi, mungkin karena dulu pernah tinggal sekomplek jadinya jiwa-jiwa sederhana dan urakan melekat padanya. Bagaimana mungkin dia akan jatuh hati pada Aldo jika yang indah ada di Garta? Tak mungkin.

Acaranya berjalan dengan lancar, sekarang ketiganya sudah ada duduk bersama Aldo sambil berbincang-bincang sesekali debat - Aldo dan Jerry - sepertinya mereka memilih dendam pribadi satu sama lain. Jagad sendiri sudah kelewatan capek melihat keduanya tak henti-hentinya saling melempar kalimat sarkas dan saling menyindir. Yang satu membela kawannya bersama sang mantan yang satunya mulai mengambil garis start.

"Udah gue bilang, bumi ini bulat nggak bisa lo nyari jantung hati lo sampai ke sudut dunia. Udahlah, kenapa jadi ribut sih?!" Jagad jengah dengan keduanya.

"Gue cuma bilang yang realistis aja, apa susahnya coba nerima." Aldo mendengus kesal.

"Enggak bisa, kalau di terima nanti lo yang untung!" Jerry menaruh kalung soda miliknya. "Di dunia ini semoga orang nyari untungnya, kalau nggak sudut berarti yang di ambil ya yang cocok aja, tapi kalau ada yang suka di ambil juga kan ribet apalagi kitanya nggak suka. Kata gue nyari tuh yang menyukai dan disukai, bukan menyukai doang, di sukanya enggak. Mandiri lo!" Ia agak keras menaruh tangannya ke meja.

"Yaelah, lo pada bahas apaan dah? Sudut, cinta, bacot. Mending bahas yang lain." Ari menggeleng pelan. Ia kesal sekali.

"Eh, udah jam berapa nih?" Tanya Jagad, lalu Aldo melihat jam tangannya dan waktu menunjukkan pukul 16.22 WIB. Ari harus pulang, dia punya janji dengan bapak.

"Eh, gue harus pulang. Mau bantuin bokap buat kandang ayam, kemarin beli ayam di rumahnya si Clara." Ia berdiri, meneguk sisa minuman.

"Cepet banget pulangnya." Aldo ikut berdiri begitu juga dengan Jerry dan Jagad.

"Iya, makasih udah undang. Ini kado, gue nggak tahu apa yang adek lo suka jadi gue beli boneka aja." Ia memberikannya pada Aldo lalu pamit. Di susul Jerry dan Jagad yang ikut pamit.

Aldo mengantar ketiganya menuju luar. Ketika sudah siap untuk jalan, Aldo menahan Ari sebentar.

"Ri!" Panggil Aldo, membuatnya menahan diri untuk menarik gas motor.

"Kenapa?" Tanya Ari.

"Gue masih ada kesempatan nggak?" Jerry yang berada di belakang Ari langsung mendengus sedangkan Ari sendiri masih diam.

"Do, makasih. Tapi nggak ada." Ari menghentikan niatnya untuk pulang dulu, ia mematikan mesin motornya namun tak turun.

"Gue tahu seharusnya gue nggak boleh gini tapi gue nggak bisa kasih kesempatan dan nggak ada kesempatan. Lo baik tapi gue nggak bisa buat lo begitu juga sebaliknya. Kita beda perasaan, gue anggap lo temen, Do. Gue minta maaf tapi yang gue cari Garta." Ari dengan berat hati harus jujur. Ia tahu tak sepantasnya ia menolak Aldo namun yang dia mau itu hanya Garta, dia seorang.

Arimatheo ||sungjakeWhere stories live. Discover now