Rindu Sendiri

342 54 1
                                    

Biar dia merindukanmu sendiri
Jangan resah dia pasti pikirkanmu
Walau kau tak tahu
Hingga di ujung malam

Rindu Sendiri

Garta memilih duduk di bangku taman dengan sebatang rokok di tangannya. Seperti laki-laki pada umumnya Garta dan Ari sama-sama memiliki cara melampiaskan rasa frustasinya. Jika Ari bisa lari ke klub malam untuk menenangkan pikirannya maka Garta melepaskannya dengan merokok seorang diri di taman. Ia menghirup aroma nikotin yang berada di sekitarnya. Kepalanya sakit, terlalu banyak pikiran.

Harusnya anak seusia dia yang duduk di bangku kelas 12 sudah sibuk memikirkan akan melangkah selanjutnya kemana tapi dia malah duduk sendiri dengan beban pikiran dan rokok sebagai sarana pelampiasan. Ia mengambil handphonenya, mengotak-atik lalu menempelkan pada telinga.

"Halo, Jer." Sapanya.

'Halo, Ta. Kenapa?'

"Lo dimana?"

'Rumahnya Jagad, kalau lo nanya Ari ada nggak. Jawabannya ada tapi dia lagi di kamar mandi, lagi mencret. Kenapa?'

"Enggak, gue telpon aja."

'Lo di undang nggak sama Aldo?'

"Di undang apa?" Garta tidak menyangka bahwa dia akan di tanya seperti ini.

'Undang ke ulang tahun adeknya Aldo.'

"Oh, enggak. Ngapain juga dia undang gue."

'Ya, kan dia kenal lo mungkin ada niatan ngundang.'

"Enggak."

'Semisalnya di undang, datang ya. Biar Ari nggak kayak mayat hidup.'

Garta terdiam, tak bisa menjawab.

'Nggak serumit itu, Ta buat balik. Dia masih bahkan nggak berubah rasanya ke elo. Gimana dengan lo? Masih apa udah berhenti?'

Masih tak ada jawaban.

'Kadang ambil langkah duluan nggak ada salahnya, kalau lo takut gagal berarti perasaan lo selama ini buat Ari cuma omong kosong. Gue tahu kalau lo dengan dia masih saling berhubungan, jadi sebelum sinyalnya di sambung ke yang lain, sambungin lagi. Mungkin kemarin Aldo nggak ambil langkah, tapi bisa aja ini langkah awal dia buat dapetin Ari. Lo nggak bego, begitu juga Aldo, Ta. Dia nggak sebaik itu untuk nyia-nyain kesempatan yang ada. Kalau dulu Dimas doang, sekarang ada Aldo.'

Garta paham maksud Jerry.

"Telponan sama siapa lo?" Tiba-tiba suara orang yang menjadi alasan Garta merokok terdengar.

"Dia ngomong sama Garta." Lalu ia mendengar suara Jagad.

'Eh, Ta. Jangan lupa ya. Gue matiin dulu.'

"Oh, iya-iya."

'Ingat, jangan lupa.'

"Iya, Jer. Makasih."

Lalu panggilan berakhir. Garta terdiam. Isi kepalanya masih memproses apa yang di katakan Jerry. Dia mengerti namun tak semudah itu. Yang ia harapkan adalah hubungan dengan Ari. Jika di pikir-pikir, Garta tak seharusnya seperti ini. Sejak dulu dia egois, maka kali ini untuk mendapatkan apa yang seharusnya miliknya, dia pun harus egois lagi.

Arimatheo ||sungjakeWhere stories live. Discover now