Kejutan

301 53 2
                                    

Yang patah tumbuh kembali.

Kejutan

play the song - Terimakasih Bijaksana

Pagi-pagi sekali Ari dan Garta sudah berangkat ke sekolah. Dan sekarang mereka sedang di kelas, kebetulan hari ini, kelas mereka memiliki jam kosong maka Ari, Garta, dan Jerry duduk di pojokan kelas dengan gitar yang di pinjam dari kantor. Ari memainkannya dan Jerry bernyanyi, Garta sendiri memilih untuk merekam pertunjukkan bakat mendadak mereka. Sejak kemarin sore, Ari terlihat baik dari sebelum-sebelumnya. Ketika ia menangis di pelukan Garta dan membuang semua rasa sesaknya disaat itu, lelaki tinggi tersebut merasa lega seakan bebannya yang ia tahan selama ini menguap seperti embun.

"Di mana pun kalian berada..
Kukirimkan terima kasih.." Suara Jerry yang bernyanyi membuat sekelas tidak terlalu berisik seperti tadi, mereka memilih untuk mendengarkan nyanyian Jerry.

"Untuk warna dalam hidupku dan banyak kenangan indah.." Sambung Ari dengan tatapan matanya yang mengarah ke Garta.

"Kau melukis aku.." Suara mereka terdengar di akhir lagu. Garta mematikan rekaman videonya dan teman-teman yang lain memilih untuk bertepuk tangan dan melanjutkan kegiatan mereka tadi. Ari sendiri masih memetik gitar asal-asalan dan Jerry memainkan ponselnya, berbalas pesan dengan sang kekasih.

"Besok ulang tahun Jagad kan?" Tangan Ari berhenti memetik gitar saat Garta bertanya pada Jerry.

"Iya, besok ulang tahunnya dia. Kenapa?" Ari mengangkat kepalanya lalu memandangi Garta.

"Nggak, gue nanya aja. Takutnya salah, soalnya pacarnya nanya." Jelas Garta.

"Bilang pacarnya, buat kejutan." Sahut Ari yang sudah menaruh gitar di sampingnya lalu menggeser tubuhnya mendekati Garta, ia ingin menyebar kemesraan lagi.

"Makanya itu dia nanya. Dia ngajak, kalian mau nggak bantu dia?" Dan anggukan oleh kedua laki-laki dominan itu terlihat. Garta melebarkan senyumnya lalu mengetik sesuatu di handphonenya.

"Pulang sekolah, kumpul di rumahnya dia." - Garta.

"Kamu tahu rumahnya?" Garta menoleh saat kekasihnya bertanya lalu mengangguk.

Mereka bertiga memutuskan ikut membantu memberikan kejutan ulang tahun pada Jagad. Tidak lupa memberitahu Darwin yang masih betah dan belum mau balik ke tempat pendidikannya.


Mereka sudah pulang dan berada di rumah Reza. Keempat - tambah Darwin - anak muda itu duduk sambil mendengarkan rencana kejutan dari Reza. Anggukan diberikan, lalu mereka memutuskan untuk membagi peran masing-masing.

"Gue sama Garta yang belanja bahan kue sama hiasan-hiasan." Ari menunjuk dirinya sendiri dan Garta. Alasan saja, dia ingin berduaan dengan kekasihnya itu.

"Modus Lo nggak guna!" Judes Darwin, dia masih cukup kesal mengingat kelakuan dua pasangan itu saat di tempat memancing.

"Yeeee, iri aja lo bunglon." Ejek Ari, Garta sendiri hanya tertawa saja. "Yaudah, sore nanti gue sama Ari jalan ya." Garta ikut menyambung.

"Uangnya patungan aja." Usul Darwin dan di setujui mereka semua.

"Makasih ya, kak. Gue nggak tahu lagi kalau semisalnya kalian nggak bantu gue." - Reza.

"Santaiii aja, Zaaaa. Kita kan temennya Jagad juga." Sahut Ari dengan ketawa.

"Kemarin katanya musuh." Sambung Darwin cuek.

"Bacot!"

"Ari, mulutnya." Tegur Garta, yang di tegur hanya cengengesan.

"Cih, bucin." Cubit Darwin dan ia mendapatkan cubitan dari Jerry.

"Aduhh." Keluhnya pelan.

Setelah itu mereka memilih pulang, Ari dan Garta sudah memutuskan untuk sore nanti mereka membeli keperluan acara bersama-sama. Pukul 14.14 WIB, Ari mengantar Garta kembali ke rumah dengan selamat.

"Sore nanti aku jemput ya, Garta cintaku manisku. Jangan lupa, makan, istirahat, mandi, terus nunggu aku, terus kita jalan, terus kita belanja, terus kita keliling kota, terus kita jajan, terus kita nikah."

"Yang terakhir, nggak dulu."

"Yahhh." Wajah lesu miliknya terlihat, Garta ketawa lalu memberikan helm pada Ari.

"Hati-hati, jangan ngebut, jangan ugal-ugalan." Ari menegapkan tubuhnya lalu memberikan hormat pada Garta.

"Siap, komandan!" Ia melepaskan helmnya lalu turun dari motornya kemudian memeluk Garta.

"Wangii banget pacarku, ganteng banget pacarku, lucu banget pacarku, imut banget pacarku, bantet banget pacarku." Garta membalas pelukannya.

"Ada maunya ya kamu?" Tanya Garta.

"Nggak ada, pengen aja. Takut di ambil orang, manusia selucu ini kan nggak mungkin nggak ada yang nggak suka kamu, pasti ada." Ia mengeratkan pelukan itu.

"Mikir apa sih kamu? Hahahaha, udah ah. Nggak ada yang aku mau juga." Ia mengusap punggung lebar milik kekasihnya yang manja itu.

"Yaaaa, aku harus jaga-jaga.." Ia melonggarkan pelukannya lalu menangkup wajah Garta, "makasih ya buat kemarin, buat yang lalu-lalu juga, buat sebentar, dan buat besok." Ia memajukan wajahnya lalu mengecup bibir lembut milik Garta.

Kecupan tidak cukup lama lalu ia mengangkat kepalanya, "Aku pulang dulu ya, nanti aku jemput lagi."

Garta masih memproses kejadian tadi namun ia tersadarkan saat Ari sudah duduk di kuda besinya lalu mengusak rambutnya dengan gemas.

"Hati-hati." Serunya, Ari mengangguk saja kemudian menyalakan mesin motornya dan menarik gas meninggalkan rumah Garta.

Lelaki mungil itu membalikkan tubuhnya ingin masuk pekarangan rumah, namun yang ia dapati adalah kak Leo dan kekasihnya, telinga memerah, rasa malu memuncak.

"CIEEEEEEEEEEEEEEEE!!!" Seru kedua orang itu, Garta menunduk lalu berjalan cepat memasuki rumah dengan di soraki oleh kedua pasangan itu, saat masuk di rumah, ia melihat Dimas yang berdiri tepat di depannya walau agak jauh.

Ia tak menyapa, begitu juga Dimas. Garta menebak bahwa anak itu juga melihat apa yang di lihat oleh dua orang gila di depan sana. Ia menaiki tangga dan menuju kamarnya meninggalkan Dimas dengan tangan yang di kepal kuat.

to be continued..

Haiii, gimana? Ngefeel kah? jgn lupa komen, vote dan tunggu kelanjutannya!

Arimatheo ||sungjakeWhere stories live. Discover now