Chapter 12

2.7K 370 71
                                    

Langit merah hanya menyelimuti bumi sepersekian menit sewaktu kebangkitan Kratos saja. Saat ini langit memang tak lagi merah menyala, namun ombak laut bergulung besar beriak tak tenang dan menghempas karang dengan dasyat. Bahkan angin galak ikut berembus kuat mengundang kawanan badai. Langit di atas lautan itu menghitam pekat. Tentu itu bukan ulah Poseidon, melainkan Kratos.

Sosok yang baru bangkit dari tidur panjang tersenyum remeh sembari mengangkat kedua tangan guna membangkitkan para monster laut yang terbelenggu oleh penjara Poseidon. Memang tidak ada yang bisa membebaskan mereka dari penjara kokoh sang dewa laut, tapi tidak dengan Kratos.

Ditengah gemuruh lautan, para makhluk mitos memunculkan jati diri mereka. Leviathan mengeliat hebat, si makluk raksasa pemilik mata bersinar bak cahaya rembulan dengan tubuh besar perpaduan antara ikan, ular, dan buaya. Ada Kraken si monster gurita raksasa dengan seribu tentakel panjang. Juga para Siren si duyung bersisik kasar dan bergigi tajam dengan memegang tobak yang sedikit mirip trisula Poseidon. Jangan lupakan Hydra yang telah kembali memikul tubuh besar Clo.

Jeongguk sedikit melirik sosok lemah tak sadarkan diri, ditambah karena ia sempat memukul tengkuk pria manis itu agar tetap terlelap. Kalung berbandul Grandidierite penangkal laut telah berganti dengan gulungan asap hitam memanjang yang membelenggu tubuh polos dibalik selimut. Rantai Bambam telah ia lepas sejak tadi.

Para monster raksasa itu memporak porandakan alam sekitar. Tentu saja dilawan oleh kedua belas dewa olympus yang bahkan belum bisa mendekat ke kapal yang ditumpangi Jeongguk. Perlu kalian ketahui, bukan hanya satu Kraken yang bermunculan ke permukaan laut tapi puluhan. Begitu pula dengan makhluk raksasa lainnya. Pun angin dari selatan masih berhembus kelewat kencang. Tidak hanya menerbangkan kawanan burung camar, tapi kapal-kapal para nelayan yang masih melaut ikut terhempas hancur.

Daerah sekitar mereka mengalami kegoncangan dan kekacauan dasyat. Baiknya, Hades telah membuka portal lain dan menutup jalur ke dunia luar untuk mengelabuhi mata manusia yang melihat keguncangan ini hanya sebatas bencana alam seperti halnya badai, topan, gempa bumi, dan tsunami.

Namjoon menatap tajam ke arah si penyebab kekacauan yang hanya duduk menyilang kaki dan tersenyum remeh. Sial, mengesalkan sekali. Ia kembali melayangkan hujaman demi hujaman petir ke tubuh Leviathan yang tengah dilawan.

Di lain sisi, Ares juga tengah melawan sosok besar Leviathan. Sejauh ini ia berhasil menumpas kepala tiga ekor Leviathan, tapi sedikit hambatan yang dimilikinya. Pedangnya tak begitu tajam. Pedang ini adalah buatan Hephaestus jauh ratusan tahun lalu. Dewa pandai besi itu menolak untuk menempa pedang Ares lagi begitu mengetahui perselingkuhan dengan Aphrodite. Alat perang tempaan pandai besi lain bahkan kalah jauh dengan pedang milik Ares yang ditempa Hephaestus ini. Ya, walaupun sudah sangat tua.

Dilihatnya selingkuhan tercinta sedang bertarung melawan beberapa Siren bersama Hera dan Hestia. Bagi manusia, nyanyian Siren memang mematikan. Tapi tidak untuk dewa.

Hermes bergerak lincah bak menari hip hop di antara kepala Hydra yang bukannya semakin berkurang malah terus bertambah. Mungkin saja sudah mencapai seratus kepala. Dewa lincah itu harus kembali berkonsentrasi menemukan mana kepala yang berada di titik tengah dan menghempasnya agar benar-benar mati.

Tak jauh berbeda di sudut lain, Poseidon, Hades, Hephaestus, Athena, Apollo, dan Artemis bertempur melawan monster-monster gila yang mengeliat hebat. Banyak yang telah terbunuh, namun tak sedikit yang belum tumbang. Sial, melelahkan sekali.

Zeus kembali menumbangkan Leviathan dan segera melesat secepat cahaya menuju Kratos. Tentu saja serangan itu dapat dihindari dengan mudah. Jeongguk tersenyum miring di atas langit dengan sayap hitam yang mengepak lebar.

"Sepertinya kau sudah mulai menua, Zeus. Butuh waktu lama untuk mengalahkan mereka, heh?" Tukasnya remeh.

"Sialan kau." Sahut Namjoon dengan nada tajam dan marah tak terelakkan.

FATE ╬ KOOKV [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora