Chapter 17

3K 343 70
                                    

Saat ini Jungkook ditemani Sowon dan Mingyu baru saja menginjakkan kaki di tebing lembah kematian. Lembah itu berselimut kabut putih tebal, tempat dimana para dewa Olympus bertempur dengan para Titan beserta sekutu mereka. Kabut ini terbentuk dari kemarahan, kebengisan, kekosongan, dan sisi gelap nyawa-nyawa yang mati bergelimpangan semasa peperangan. Dari sini mereka harus berjalan, kabut itu akan langsung melahap siapapun yang terbang di atasnya.

"Ingat, jangan ada yang menoleh ke belakang." Peringat Sowon.

Zeus telah berpesan bahwa mereka tidak boleh menengok ke belakang jika tidak ingin hancur menjadi abu.

"Ya ." Seru Mingyu.

Langkah kaki mereka mulai bergerak turun ke lembah berkabut. Seiring langkah demi langkah yang diambil, mereka seakan dibawa menjauh satu sama lain.

"Hey, dimana kalian?" Tangan Mingyu bergerak mencari. "Jungkook? Sowon?"

Namun kabut putih itu begitu pekat menyelimuti tubuh hingga ia tak dapat melihat Jungkook maupun Sowoon, bahkan tubuh sendiri. Selain itu suara derap langkah mereka pun tak terdengar. Benar-benar bagai berjalan seorang diri saja. Karena tak ada jawaban, Mingyu terus melangkah cepat tapi netra menangkap sosok paling dirindu.

"Ibu, ayah."

Dua orang dewasa itu tersenyum hangat.

"Akhirnya kamu datang, Kiming." Ucap ibu dan memberi pelukan hangat, membuat mingyu bergetar haru.

"Aku rindu ibu."

"Rindu? Ibu baru saja dari pasar."

"Hari ini Poseidon sangat baik. Lihat, ikan ini begitu gemuk. Kapal ayah penuh ikan dan udang besar." Ayah memperlihatkan hasil tangkapan laut dengan wajah sumrigah.

"Ayo kita pulang ke rumah. Ibu akan memasak ikan panggang." 

Mingyu mengangguk.

Tangannya digenggam hangat oleh ibu yang mengajak untuk berbalik pulang. Namun sebelum sempat membalik badan, ia segera tersadar dan menepis tangan itu. Seketika saja tubuh ibu berubah menjadi asap yang menyatu dengan kabut.

Di tempat lain, Sowon melangkah waspada. "Sowon."

Langkah kaki terhenti begitu saja kala mendengar suara yang sangat familiar. Itu Siwon, kakak kandung yang harus merenggang nyawa demi melindunginya. Maka dari itu Sowon selalu berlatih bela diri dan memanah untuk melindungi diri dan melawan musuh. Ia tak ingin membuat orang yang dicinta mati karena dirinya lagi.

"Kau tumbuh dengan cantik, Sowon. Aku senang melihatnya."

Sowon memejamkan mata guna menahan gejolak kerinduan.

"Kau tak ingin melihat kakakmu ini?" Tanya suara itu sendu. "Aku rindu adikku."

Sowon menggeleng kuat. Ia menghempas tangan yang menyentuh pundak dan mengambil langkah cepat. Itu hanya ilusi.

Tak berbeda jauh dengan situasi Sowon, Jungkook dipanggil oleh suara Taehyung.

"Jung, aku disini. Tolong aku. Dia mengikatku. Jung, A---to-longhh. A!! Kenapa kau pergi. Lihat aku. Tolonghh!"

Jungkook tak mengindahkan suara kesakitan itu dan terus melangkah maju sampai akhirnya keluar dari padang kabut dan berpijak di sisi tebing yang dihadapkan dengan laut biru tenang. Di tengah laut ada daratan dengan tebing hitam bergua. Ini seperti tempat yang ada dalam penglihatan saat memegang benang takdir, Taehyung ada di dalam gua itu.

Selang beberapa saat, Mingyu dan Sowon berhasil keluar dari kabut tebal.

"Kupikir ini terlalu mudah." Sowon mengeluarkan suara karena melihat keadaan yang begitu tenang. Benar saja, tak lama kemudian muncul oarfish ke permukaan laut. Netra tajamnya menangkap ekor duyung bersisik di bagian lain.

FATE ╬ KOOKV [END]Where stories live. Discover now