X: Case X-20-II

5 2 0
                                    

Bagian “case” sebenarnya jarang muncul di dalam buku catatanku. Tapi, “kasus” Tuan Pesulap terasa bagai serial film yang memiliki beberapa episode. Sudah menjadi kebiasaanku untuk menamatkan kisah yang kutonton. Untuk bisa tamat, aku harus menonton semuanya.

Begitu juga dengan “kasus” Tuan Pesulap.

Memang ini termasuk pesan Tuan Pesulap. Namun, pesan itu hanya jembatan untuk menyeberangi sungai. Serius, tanpa pesan itu pun, aku tetap akan menyeberangi sungai dengan segala cara. Entah itu melompati batu atau berenang di dalamnya.

Cara apa pun itu pasti akan kulakukan. Mau tak mau. Karena ... aku tak ingin benar-benar melepas Tuan Pesulap.

Beberapa hari ini benar-benar kuhabiskan untuk membaca jurnal Tuan Pesulap dan kliping The Shadow. Di sekolah, kamar, ataupun perpustakaan kota. Setidaknya aku menjadi lebih rajin ke perpustakaan.

Kliping The Shadow dari sang desainer tidak memberi info baru. Rasanya semua yang ada di kliping itu ada di artikel dari forum saat itu.

Ada sedikit hal yang masih bisa kudapatkan dari kliping itu. Salah satunya adalah ... aku tak menemukan potongan koran tentang wajah The Shadow. Tak ada liputan kalau ia pernah membuka wajahnya di depan penggemarnya.

Karena itu, aku beberapa kali bolak-balik ke perpustakaan. Aku perlu meminjam komputer di sana. Jauh lebih mudah daripada meminta Lei membujuk Ayah untuk meminjam komputernya.
Aku membuka kembali link yang waktu itu kudapat sambil log-in kembali ke forum. Ada beberapa balasan yang tertinggal karena belum sempat kubaca. Tidak ada yang memuat berita selengkap tautan pertama.

Akhirnya, aku memutuskan untuk bertanya lagi. Kali ini tentang blog para penggemar atau artikel yang sekiranya bisa menjadi referensi untuk “wajah asli The Shadow”. Sambil menunggu jawaban, aku mencari sendiri di internet. Setiap tautan kubuka satu per satu.

Penggemarnya benar-benar beragam, dari penggemar yang normal sampai yang “kurang waras”. Ada blog dengan isi berupa buku harian. Setting-nya publik. Salah satu catatannya mengatakan “dengan bangga” bahwa ia menemukan kelemahan semua pesulap.
Kelemahan itu adalah kalimat “Tak ada yang mustahil bagi seorang pesulap”.

Ia bilang, kalimat itu bisa membuat seorang pesulap melakukan tantangan atau taruhan super gila dan mematikan. Ia menjadikan kalimat kebanggaan kami—para pesulap—sebagai menjadi bumerang. Kata “menolak” jadi tersingkir dari pilihan yang tersedia. Terima atau kehilangan reputasi, hanya itu yang ada.

Ini gila. Sangat gila.

Apa ini alasan ada yang pernah melihat wajah The Shadow? Taruhan gila?

Oke. Cukup sampai sana. Di forum, sebagian besar jawaban untuk pertanyaanku adalah “tidak pernah dengar tentang itu”. Ada beberapa yang mengirim berita. Entah itu copy-paste artikel ataupun tautan ke laman tertentu.

Tak ada yang cukup berguna.

Sejujurnya, tadi aku berharap ada username yang memberiku tautan artikel kematian sekaligus comeback The Shadow. Berita yang diberikannya hari itu berguna untukku. Tapi, nama itu tak kunjung muncul. Di antara username orang-orang yang mengaku tak tahu pun tak ada.

Kukira aku tak akan pernah melihatnya lagi. Namun, belum sampai satu jam sejak aku berpikir begitu, aku sudah bertemu username itu. Tak di layar percakapan forum, tapi di buku ini.

Ini X ke-20. Tuan Pesulap yang memberinya. Dan, di sini, ada bekas catatan berupa username yang kucari beserta password-nya. Tekankan, bekas catatan, bukan catatan itu sendiri.

Aku sempat mengira buku ini belum pernah dipakai sama sekali. Tapi, setelah membaca jurnal yang dititipkan Tuan Pesulap, aku sadar bahwa Tuan Pesulap menulis jurnalnya dengan “dua arah”. Dari halaman paling depan sampai tengah untuk rangkuman sulap. Sisanya untuk tulisan random-nya.

Kalau bagian depan tak pernah diisi, bukan berarti bagian belakangnya tak pernah diisi, bukan?

Aku mencoba membuka dari belakang. Tetap kosong. Tapi, kali ini, aku menemukan bekas sobekan kertas. Ada halaman yang disobek, berarti halaman itu pernah diisi sampai harus diisi.

Tuan Pesulap adalah orang yang menulis dengan tekanan ringan pada pulpennya, sebenarnya.
Namun, di tulisan random-nya, sepertinya ia selalu menekan pulpennya ke kertas cukup keras sampai menimbulkan bekas ke halaman sebelahnya. Bukan tidak mungkin hal itu juga berlaku pada X yang sudah di tanganku, kan?

Kucoba menggunakan pensil untuk mengarsir kertas yang memiliki bekas catatan itu. Muncul tulisan berisi username yang memberiku artikel pertama kali di forum. Bahkan password-nya ada. Apa Tuan Pesulap adalah pemilik username itu?

Oke. Jadi, ini beberapa poin dari pencarianku selama beberapa hari ke belakang:

1. Sebuah artikel mengatakan topeng The Shadow pernah dibuka. Orang di balik topeng itu sebelum dan setelah comeback memiliki wajah yang sama. Kapan itu terjadi? Umumnya, seorang pesulap bertopeng diketahui membuka topengnya ketika terlibat kasus tertentu. Apa The Shadow pernah terlibat kasus? Kalau iya, kasus apa?

2. Tuan Pesulap adalah pemilik username yang memberiku artikel tentang kematian sekaligus comeback The Shadow. Artikel itu juga memuat tentang dibukanya topeng The Shadow. Memang, dibukanya topeng The Shadow bukanlah berita utamanya, tapi berbeda dengan sebelumnya yang menuliskan “dilansir dari situs resmi”, bagian berita tentang topeng ini tak mencantumkan sumber apa pun.

3. Tuan Pesulap adalah The Shadow. Desainer yang menjadi penggemar The Shadow sejak lama itu benar-benar membuatku berpikir seperti ini. Ia mengaku kalau ia hanya ikut-ikutan temannya saja. Tapi, melihatnya yang mengumpulkan potongan koran dengan cukup lengkap—walau tak terlalu membantuku—kuanggap ia adalah penggemar The Shadow.

Oke. Ini baru tiga poin. Nanti akan kutambah lagi kalau aku mendapat sesuatu.

Untungnya, aku sudah bisa membuat kesimpulan dari poin yang sedikit ini. Tuan Pesulap adalah The Shadow. Ia memegang username itu untuk menggiring seseorang yang penasaran pada sebuah artikel tentang dirinya sendiri.

Tunggu dulu. Ada poin yang miss di kesimpulan itu. Siapa orang yang melihat wajah di balik topeng The Shadow dan bagaimana bisa?

Oke. Sekarang Ibu dan The Shadow. The Shadow adalah tetangga lama Ayah. Ibu tahu The Shadow tidak melakukan trik sulap, tapi sihir. Ayah tak pernah melihat wajah The Shadow. Apa itu berarti Ibu juga belum pernah? Maka, siapa orang yang melihat wajah pesulap tersebut?

Waktunya berpindah bahasan lagi, kali ini ke catatan random Tuan Pesulap. Tentang “kamu”, “ia”, dan “mereka” yang membuatku bingung.

Aku membuat spekulasi sendiri berdasarkan kesimpulan dari pencarianku beberapa hari ini, juga kata-kata Tuan Pesulap dulu.

“Ia pergi. Kamu akan menjaganya, kan? Selamat datang untuk sosokmu yang masuk ke tubuh ini.”  Pada catatan ini, kurasa “ia” adalah anak yang ingin dijaga Tuan Pesulap. Kamu adalah ... siapa? Argh! Aku tetap tak mengerti!

Ada banyak kemungkinan, walau orang di sekeliling Tuan Pesulap sebenarnya tak banyak. Atau ... orang yang ada di sekeliling Tuan Pesulap tak sedekat yang kulihat? Lalu siapa? Siapa yang cukup berdampak ke hidupnya hingga ditulisi catatan seperti itu?

Aku menulis ini dalam perjalanan ke rumah Tuan Pesulap. Kuharap komputernya menyimpan info lebih banyak lagi.

Namun, saat ini juga, aku langsung teringat kembali tentang fotoku dan Tuan Pesulap di ruang tamunya. Siapa yang memotretnya sampai aku tak sadar? Seseorang yang selalu ada di dekat Tuan Pesulap? Seakrab apa? Aku tak ingat pernah melihat Tuan Pesulap sangat akrab dengan seseorang.
Tuan Pesulap terasa membuat dinding dengan sekelilingnya.

Ah, aku masih ingin menulis, tapi sudah waktunya turun dari bis dan berjalan kaki. Rumah Tuan Pesulap tak jauh dari halte. Aku akan menulis sambil berjalan.

Lupakan. Lupakan apa yang baru kutulis. Aku harus menulis lain kali. Ada seseorang yang sepertinya akan mampir ke rumah Tuan Pesulap. Perawakannya familier. Ia memunggungiku. Nanti saja kutuliskan siapa dia. Aku harus segera ke sana.

End of The MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang