Part 6 Kebakaran

210 26 1
                                    

    Di malam hari yang cukup larut, Renata memarkirkan mobil rental di depan kontrakannya. Renata mengambil kunci di dalam tas lalu membuka pintu dan masuk ke dalam. Dia terduduk di sofa sambil meregangkan tubuhnya yang pegal dan nyeri. Lihat! Jam sudah menunjukkan pukul tengah malam, tapi dia baru pulang bekerja.

    Renata masuk ke dalam kamar dan menyetel alarm pukul lima pagi. Tanpa mandi dan berganti pakaian, dia langsung berbaring di atas kasur lalu memejamkan mata. Dia benar-benar lelah setelah mengedit ulang beberapa video yang hilang akibat laptopnya yang rusak karena tumpahan kopi.

    Di saat Renata mulai tertidur, tiba-tiba terdengar suara ketukan yang cukup keras. Renata terbangun dan berjalan keluar dari kamar, namun dia melihat ada asap dari arah dapur. Renata mengecek kondisi dan melihat dapurnya yang sudah terbakar, dia panik dan segera mencari air, namun tidak ada. Tidak lama itu seseorang mendobrak pintunya dan masuk ke dalam rumah.

    “Mbok! Mbok tidak apa-apa?” tiga orang bapak-bapak masuk dengan wajah khawatir.

    “Rumah saya kebakaran,” ucap Renata dengan panaik.

    “Mending mbok segera keluar, sebelum api semakin besar.” 

    Bukannya berlari keluar dari kontrakan, Renata malah masuk ke dalam kamarnya dan membereskan semua barang-barangnya sebelum api itu merambat ke area depan. Renata memasukkan semua baju ke dalam koper, buku-buku, sepatu, laptop, alat-alat elektronik dan make up-nya. Tidak lama itu ada bapak-bapak yang masuk ke dalam kamarnya dan ikut membantu Renata untuk menyelamatkan barang-barangnya.

    “Cepat keluar mbok, api sudah sampai ruang tamu,” ucap bapak-bapak itu sambil mengangkat koper Renata.

    Renata mengangkat tas besarnya dan segera keluar di saat api sudah mulai membakar ruang tamu, untung kamarnya berada di paling depan. Renata berjalan keluar dan di sambut oleh ibu-ibu yang menolongnya.

    “Mbok nggak apa-apa?” tanya ibu-ibu itu.

    “Saya nggak apa-apa,” ucap Renata sambil terbatuk-batuk.

    “Cepat guyur!” ucap bapak-bapak yang berwibawa, sepertinya dia pemimpin di daerah sini.

    Lima belas menit kemudian api dapat di padamkan, namun semua genteng juga isinya sudah hangus terbakar, tinggal temboknya saja yang masih berdiri. Renata menangis dan menghela nafas dengan lemah. Entah kenapa kejadian baru saja seperti mimpi, dia tidak pernah menyangka jika hal itu akan terjadi padanya.

    “Mbok, sebenarnya kejadiannya seperti apa, kenapa bisa sampai kebakaran?”

    “Saya, saya nggak tau. Saya baru aja pulang kerja, langsung masuk ke kamar, saat saya mau tidur tiba-tiba ada yang ketuk pintu,saya bangun dan ternyata sudah ada api di dapur,” ucap Renata sambil sesenggukkan.

    “Saya sudah telepon polisi. Sebaiknya mbok tinggal di salah satu rumah warga untuk sementara, sampai pemilik kontrakan membangun rumah ini kembali,” ucap kepala desa.

    Renata bingung. Dia tidak mungkin menumpang di rumah warga sampai kontrakannya selesai di bangun, pasti itu membutuhkan waktu yang lama.

    “Terima kasih pak, tapi saya akan telepon temen saya. Mungkin aja dia mau izinkan saya tinggal di rumahnya,” ucap Renata dengan sedih.

    Tidak lama kemudian polisi datang dan segera bertanya pada Renata, Renata pun menceritakan semua yang terjadi sambil menangis. setelah itu polisi membuat spekulasi jika kebakaran terjadi karena konsleting listrik. Setelah polisi selesai memeriksa kontrakannya, Renata pun segera pergi dari sana dengan mengendarai mobil retalnya.

It's Not FINE! [Completed]✓Where stories live. Discover now