Part 22 Kanya

256 25 0
                                    

    Satu hari telah berlalu dengan lelah. Bukti-bukti kejahatan Kanya mulai terkumpul, saat ini Fiqni hanya harus melaksanakan jebakan yang telah Renata buat. Di siang hari ini tepat di taan kota Denpasar. Fiqni, Mika dan Jansen sudah mengatur pertemuan antara Kanya dan Agus.

    Fiqni dan kedua temannya bersembunyi di dekat pohon, sambil menatap Agus yang duduk di kursi taman sambil menunggu kedatangan Kanya. Setelah menunggu sekitar setengah jam, sampai kesemutan, akhirnya Kanya datang dengan penampilan gelamor dan elegannya.

    Dia tampak sedikit menatap sekitar untuk memastika tidak ada orang yang melihatnya tengah menemui Agus. Kanya duduk di kursi dengan wajah datar.

    “Kenapa lo minta ketemuan di sini? gue udah bayar lo sesuai dengan perjanjian,” ucap Kanya yang mampu Fiqni dengar karena dia telah memasang alat penyadap di baju Agus.

    “Hah, saya ingin mengembalikan uang itu.”

    “Apa maksud lo?”

    “Saya tidak ingin, seseorang yang tidak bersalah di penjara.”

    “Jangan macam-macam ya kamu, saya bisa habisi kamu dan keluarga kamu,” Ancam Kanya yang membuat Agus tampa ketakutan.

    “Gue udah bayar lo full, lo masih butuh duit? Lo jangan serakah ya?”

    “Ibu yang meminta saya untuk menjadi penipu.”

    “Kita sudah sepakat. Persidangan itu juga sudah selesai, Renata sudah menjadi tersangka, untuk apa bapak takut? Lebih baik bapak pergi dari kota ini dan hilangkan jejak bapak.”

    Belum sempat Agus mengucapakan kaliamatnya, tiba-tiba ada dua polisi yang datang dan menangkap mereka. Fiqni dan Jansen tampak bingung dan menatap ke arah Mika.

    “Gue udah gedek banget, sumpah. Gue nggak mau Renata terlalu lama di penjara,” ucap Mika dengan wajah polos.

**InF**

    Pagi ini, di tempat yang cukup jauh dari taman kota Denpasar. Dua orang tengah duduk di kursi kantor polisi, pakaian mereka tampak mahal dan mencolok. Sangat memperlihatkan betapa elegan dan kayanya mereka.

    Dua orang itu adalah Anes dn Andreas. Mereka datang ke kantor polisi untuk mencabut tuntutan atas penghasutan yang telah Arjuna ajukan di pengadilan. Setelah memikirkannya seharian, akhirnya Anes memutuskan untuk mencabut tuntutan itu bersama Andreas. Anes sengaja tidak memberitahukan hal itu pada Arjuna agar pria itu tidak menghalangi niatnya.

    “Silahkan, bu.”

    Sipri perempuan mempersilhakan Renata untuk duduk di kursi pertemuan. Renata menatap Anes dan Andreas dengan wajah datar, sedangkan Andreas tersenyum padanya. Renata masih terdiam dan hal itu membuat Anes menjadi gugup.

    “Renata, saya datang ke sini atas permintaan Andreas. Saya juga, sudah mencabut tuntutan kamu terhadap Andreas. Tapi maaf, saya tidak bisa mencabut kasus pencurian itu, karena Arjuna yang mengajukkannya di pengadilan,” ucap Anes. Renata tersenyum simpul dan menatap Andreas.

    “Kenapa? Saya sudah membuat kamu terluka,”

    “Heh, itu bukan salah aunty. Itu salah Reas. Maaf, aunty jadi di penjara. Reas marah karena aunty nggak ada di rumah sakit. Reas takut,” ucap Andreas sambil menundukkan wajahnya.

    “Aunty pernah bilang sama kamu, lawan musuh kamu.”

    “Ketakutan, kebohongan, keegoisan, kesombongan dan amarah,” ucap Andreas dengan sedih.

    “Maafkan kami Ren, kami terlalu gelap mata dan tidak menggunakan perasaan kami,” ucap Anes.

    “Kalian tidak ada bedanya. Kalian melakukan apa yang kalian suka, dan menghilangkan apa yang kalian benci.    Maaf, saya tidak bisa menepati janji untuk menghabiskan seratus hari menjadi babysitter kamu. Tapi saya selalu mendoakan kamu, lebih dari seratus hari.”

    “Bu, saya mau kembali ke sel,” ucap Renata pada sipir.

    “Tunggu Rena, saya mohon kasih kami kesempatan,” Anes berdiri dari duduknya dan menatap Renata.

    “Ajak Andreas pergi, nggak seharusnya dia ada di tempat seperti ini,” ucap Renata dengan wajah datar.

    Andreas tampak sedih dan menenteskan air mata. Meski kedua manusia itu tidak memiliki ikatan batin, tapi Andreas begitu mencintai Renata dan selalu ingin bersamanya.

    “Ma,” ucap Andreas yang membuat Renata menghentikan langkahnya.

    “Pergi dari sini,” ucap Andreas yang kemudian meninggalkan ruang itu.

    Andreas kembali menangis, dan Anes segera menggendong Andreas lalu membawanya keluar dari kantor rumah sakit. Setelah itu Anes mengajak Andreas untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah Andreas masih menangis, dan Arjuna melihat hal itu.

    “Kenapa Reas menangis?”

    “Kita, kita habis mencabut tuntutan Renata,” ucap Anes.

    “Kenapa?” tanya Arjuna dengan datar.

    “Karena Renata tidak bersalah, aku mohon, cabut juga tuntutan kamu ke dia,” ucap Anes denagn sndu.

    “Tidak,” ucap Arjuna yang kemudian melangkah pergi.

    Anes menghela nafas dan membawa Andreas menuju kamarnya. Sedangkan Arjuna naik ke lantai empat dan berjalan menuju rooftop, dia membuka pintu dan keluar. Dia berdiri di atas rooftop sambil menatap pemandangan malam di sekitar rumahnya.

    Arjuna menatap air mancur di halaman rumahnya dengan mata yang kosong. Entah kenapa hatinya akhir-akhir ini merasakan kesakitan, jantung nya berdetak tanpa sebab dan dia sangat mudah lelah.

    Kadang, tanpa sebab dia juga akan memikirkan Renata. Mengingat bagaiman pertemuan pertama mereka yang oenuh dengan prahara, lalu satu rumah dengannya, dan mereka menjadi dekat meskipun tidak pernah ada pembicaraan di antara mereka. tapi jujur, dia sangat suka melihat Renata yang tampak lelah karena mengurus Andreas.

    Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya? Apa perasaan cinta itu seperti ini? Orang bilang cinta adalah sesuatu yang menyenangkan, membuat bahagia, dan berdebar-debar, tapi Arjuna malah senang ketika melihat Renata mengerucutkan wajah dan kesal karena sikap Andreas yang manja padanya.

    Entah ini sekedar kagum atau apa, yang jelas Renata benar-benar membuat Arjuna bingung untuk memahami dirinya sendiri.

    “Maureen, rasanya seperti biasa, tidak lagi ada perasaan yang menyedihkan. Kanya, aku tidak merasakan apa-apa, malah risih dengan keberadaanya. Renata, seperti jarum jam yang berputar dengan cepat, aneh dan membuat saya terhibur,” Arjuna sedang membandingkan perasaan yang dia rasakan untuk ketiga wanita itu. Arjuna mengusap wajahnya lalu kembali masuk ke dalam rumah

📖📖📖
Welcome to the world of It's Not FINE!
The sixth story by senjasaturnus

Jangan lupa VOTE FOLLOW SHARE AND COMMEN

Jangan lupa VOTE FOLLOW SHARE AND COMMEN

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
It's Not FINE! [Completed]✓Onde histórias criam vida. Descubra agora