Part 24 ending?

299 23 0
                                    

    Pukul dua malam, Arjuna baru selesai untuk membatalkan kasus Renata. Dia bolak balik dar kantor kejaksaan dan pengadilan untuk menyerahkan surat-surat, bukti dan pencabutan laporan itu bersama Dimas, karena pengacara Arjuna sedang sakit dan tidak mungkin dia mencari pengacara mendadak di malam hari. Arjuna tampak lelah, tapi dia harus segera mengeluarkan Renata dari penjara. Ini kesalahannya dan dia harus mengakhirinya.

    Sesampainya di kantor kejaksaan, dia sudah tidak di izinkan untuk membesuk tahanan. Tapi Arjuna tetap keras kepala dan meminta untuk masuk, akhirnya sipir membolehkan Arjuna untuk menemui Renata.

    Arjuna berjalan mendekati sel tahanan Renata dengan langkah yang lirih supaya tidak menganggu tahanan yang lain. Arjuna melihat, jika Renata belum tidur dan dia masih melamun. Apa gadis ini selalu tidur larut malam? Wajahnya terlihat sayu dan kantung matanya pun menghitam. Arjuna berhenti tepat di depan sel Renata, dia diam dan memperhatikan Renata yang sepertinya tau dengan kehadirannya.

    “Pergi dari sini,” ucap Renata dengan lemah. Namun, Arjuna dan Dimas hanya diam dan memperhatikan Renata.

    “Kenapa lo lakuin ini ke gua? Apa salah gue? Gue Cuma berusaha bantu kehidupan keluarga lo yang tragis, gue bantu didik Andreas jadi manusia. Tapi kenapa lo nggak bisa bersikap  seperti manusia?”

    “Saya sudah membebaskan kamu,” ucap Arjuna.

    “Hah, gue bebas karena bantuan temen gue,” ucap Renata.

    “Maaf, bu. Mereka tidak bisa membebaskan ibu Rena, tanpa surat pencabutan tuntutan dari pak Juna,” ucap Dimas.

    “Dan gue harus bertepuk tangan, dan sujud berterima kasih sama dia?” Renata menunjuk ke arah Arjuna.

    “Kenapa lo harus sakitin gue, dan buat gue sadar kalo makhluk yang paling menyeramkan di dunia ini bukan hantu, tapi manusia.”

    “Pak, keluarkan dia,” ucap Arjuna pada polisi.

    Polisi itu membuka sel tahanan Renata dan mengeluarkannya. Renata menatap Arjuna dengan penuh kebencian. Setelah itu mereka semua keluar dari kantor polisi. Arjuna menarik tangan Renata untuk masuk ke dalam mobilnya, sedangkan Dimas masuk ke dalam mobilnya sendiri. 

    Renata hanya diam, dan membiarkan Arjuna membawanya pergi. Sungguh dua manusia itu sekarang mengalami gejolak amarah dan penyesalan yang mendalam. Mereka seperti pasir dan permata, tidak ada kecocokan dan persamaan yang akan membuat mereka bisa bersama.

    Arjuna, sesekali melirik ke arah Renata yang sedari tadi diam dengan mata yang menatap lurus ke depan. Arjuna sangat menyesal telah melukai gadis itu, entah apa dia masih bisa di maafkan atau tidak, tapi Arjuna berharap Renata bisa menemui Andreas.

    Arjuna menghentikan mobilnya di dekat pantai kuta. Renata masih diam, tanpa ada pertanyaan kenapa mereka berhenti di tangah jalan. Arjuna mengambil handphone-nya dan melihat beberapa notifikasi panggilan dari Anes. Arjuna mengirim pesan singkat lalu mematikan handphone itu.

    Renata terlihat membuka pintu dan keluar dari dalam mobil. Arjuna ikut keluar dan mengikuti Renata yang saat ini berjalan ke arah pantai yang tampak gelap. Renata berjalan seperti orang yang kehilangan kejiwaan, dia terus menuju ke arah pantai dan masuk ke dalamnya.

    Arjuna segera berlari dan masuk ke dalam air untuk mencegah tindakan Renata yang ingin bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya ke laut. Arjuna memeluk Renata dari belakang dan berusaha membawanya ke tepian, namun Renata malah memberontak dan semakin menenggelamkan tubuhnya ke air.

    “Aaa! Lepasin gue! gue mau mati,” ucap Renata dengan teriakan karena Arjuna menarik perutnya menggunakan satu lengan.

    Arjuna tidak mempedulikan teriakan Renata dan terus menyeretnya untuk pergi ke tepi pantai. Renata menggerak-gerakkan kakinya yang tidak menyentuh pasir, dia memukul lengan tangan Arjuna dengan keras, tapi dia tetap tidak bisa lepas dari pelukan erat itu.

    Setelah berhasil sampai ke tepian, Arjuna segera meletakan Renata di atas pasir. Arjuna berjongkok di dekat Renata sambil menekan kedua tangan Renata ke pasir supaya wanita itu tidak bisa memberontak lagi.

    “Kamu udah gila ha!” teriak Arjuna sambil menatap Renata dengan wajah yang kesal juga khawatir.

    “Gue mau mati,” ucap Renata dengan tangisan, dia seperti orang yang sudah putus asa.

    “Kamu sudah bebas! Kenapa kamu pengen mati?” tanya Arjuna dengan kesal, namun Renata malah semakin menangis.

    “Gue sebatang kara! Orang yang gue pikir adalah keluarga gue, ternyata mereka bukan siapa-siapa gue. Gue anak pungut, dan gue nggak punya keluarga,” Ucap Renata dengan tangisan kesedihan. Arjuna merasakan ada sesuatu yang teriris dari bagian hatinya.

    “Kamu masih memiliki orang tua, yang menyayangi kamu tanpa syarat.”

    “Nggak ada alasan lagi gue bertahan, gue nggak punya keluarga, nama gue udah tercemar, nggak akan ada yang mau terima mantan narapidanan,” ucap Renata dengan amarah juga tangisan.

    Arjuna segera menarik Renata dan memeluknya dengan erat. Entah kenapa Arjuna merasakan hatinya berdebar-debar dan sakit saat melihat Renata sedih dan putus asa, bahkan sampai ingin menghilangkan nyawanya. Arjuna ingat, ibu angkat Renata pernah bilang jika Renata memiliki penyakit Destimia. Dia tidak boleh membuat Renata semakin tertekan, atau dia akan kembali melakukan aksi nekatnya.

    “Maaf,” ucap Arjuna dengan lirih, sedangkan Renata malah semakin terisak.

    “It’s Not Fine!” ucap Renata dengan tubuh bergetar.

    Renata menerima pelukan Arjuna dan menangis dadanya. Mereka bedua tampak berpelukan di pantai yang saat ini tengah memperlihatkan sunrise yang sangat menakjubkan. Semoga, dengan kata maaf yang Arjuna ucapkan, kebencian di antara mereka bisa lenyap dan akan terlahir cinta di antara mereka. Semoga es dan kebatuan di dalam diri Arjuna bisa mencair dan hancur.

📖📖📖
Welcome to the world of It's Not FINE!
The sixth story by senjasaturnus

Jangan lupa VOTE FOLLOW SHARE AND COMMEN

It's Not FINE! [Completed]✓Where stories live. Discover now