Part 23 Cabutan laporan

265 23 0
                                    

    Bintang bertabur di langit malam, menyaksikan sang rembulan yang bercahaya menemani kegelapan. Malam ini benar-benar sunyi seperti biasanya, kediaman Arjuna Adi Candra selalu sepi bagaikan tinggal dipedalaman. Memang rumah itu luas, besar dan megah, tapi penghuninya hanya sedikit. Jika para asisten pulang ke rumah, maka rumah itu lebih terlihat seperti rumah hantu.

    Di antara ruang yang terkesan mistis dengan cat berwarna hitam dan abu-abu. Ada satu kamar yang memiliki cat mencolok dan mengesankan jika si pemilik ruangan sangat ceria. Orang itu tentu saja Andreas, kamarnya memiliki cat dinding berwarna biru cerah dan terdapat lampu bintang di atapnya.

    Malam ini pukul tujuh, di saat Arjuna dan Anes sudah duduk di meja makan sambil menunggu Andreas. Anak kecil itu malah asik bermain game di iPad-nya, dia menyelimuti sebagian tubuh dan menyandarkan punggungnya ke sandaran kasur. Andreas beberapa kali bergumam karena di serang lawan mainnya di dalam game, namun di saat dia ingin mencetak poin tiba-tiba suara ketukan pintu menggagalkan aksinya.

    “Maaf. tuan muda. Nyonya dan tuan besar sudah menunggu di meja makan,” ucap bi Linda.

    “Bentar lagi,” ucap Andreas, dan bi Linda pun akhirnya mengundurkan diri dari depan kamar Andreas.

    Andreas mematikan iPad-nya dan meletakkannya di atas meja, namun dia tidak sengaja melihat sesuatau yang terelip di antara meja dan kasur. Dia mengambil barang itu dan meletakkannnya di atas kasur, benda itu adalah note book yang Renata berikan untuknya, supaya Andreas tidak seringg main game dan menulis semua aktivitasnya.

    Andreas menatap buku itu dengan datar, awalnya di aingin menaruhnya saja di atas meja, tapi tidak jadi dan dia membuka halaman pertama. Dia membacanya dan merasa geli dengan kalimat dan kata yang dia tulis di note book-nya, kemudian Andreas membuka tulisan terakhirnya, sebelum kecelakaan itu terjadi.

    “Pagi ini, aku meminta aunty Rena menjadi mamaku. Tapi dia meminta waktu. Awas saja jika menolak, aku akan mengirimnya ke kutus selatan,” Andreas sedikit menyungingkan senyum.

    Lalu, ingatan Andreas kembali muncul ketika hari di mana Renata di tangkap polisi, waktu itu Renata mengucapkan, ‘For your question, I say yes. But it hurt me’. Andreas sekarang paham, apa arti ucapan Renata waktu itu.

    Andreas segera beranjak dari atas kasur dan berlari menuju runag makan dengan terburu-buru. Dia berlari menuruni tangga sampai-sampai para asisten khawatir jika Andreas akan terjatuh, sesampainya di lantai bawah Andreas segera menemui papa dan aunty-nya. Dia meletakkan note book itu di atas meja dan naik ke kursi.

    “Andreas, kenapa kalo lari-lari, nanti jatuh,” ucap Anes.

    “Aunty. Bantu Reas keluarin aunty Rena dari penjara,” ucap Andreas.

    “Aunty sudah mengurangi masa tahanan aunty Rena, Reas,”

    “Aunty harus keluar!” teriaknya.

    “Kamu kenapa?” tanya Arjuna, dan Andreas menghela nafas, karena dia takut jika berbicara pada papanya.

    “Reas, ada apa? Bukannya tadi kita udah ketemu aunty Rena,” ucap Anes.

    “Reas, sayang aunty Rena. Aunty Rena juga sayang sama Reas dan papa. Jangan penjarakan aunty Rena pa, nanti aunty Rena benci sama Reas dan papa,” ucap Andreas dengan polos. Sepertinya anak itu belum mengerti jika selama ini keluarga Arjuna sudah menyakiti Renata, dan mungkin Renata memang membenci mereka.

    “Tidak,” ucap Arjuna sambil memakan steak-nya.

    “Kalo begitu Reas mau tinggal sama Grandma. Reas nggak mau tinggal sama aunty wewegombel,” teriak Andreas. Arjuna menjatuhkan garpunya dan menatap Andreas dengan tajam.

It's Not FINE! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang