Part 15 Kehilangan Mobil

205 25 1
                                    

    Mobil Toyota Camri Hybrid, berhenti tepat di halaman rumah sakit Citra Kasih Denpasar. Arjuna dan Renata keluar dari dalam mobil, lalu berjalan masuk ke dalam rumah sakit itu. Mereka segera menemui resepsionis dan menanyakan di mana ruang Andreas di rawat.

    “Pasien bernama Andreas baru saja masuk, saat ini dia sedang menunggu untuk operasi,” ucap resepsionis itu.

    “Operasi?” tanya Arjuna dengan khawatir meskipun wajahnya tetap datar.

    “Di lantai berapa?” tanya Renata dengan mata yang berkaca-kaca.

    “Lantai dua, bu.”

    Renata dan Arjuna segera melangkahkan kakinya menuju lift dan menekan tombl dua. Sesampainya di lantai dua, mereka segera mencari ruang operasi. Renata terlihat tidak sabaran dan berjalan dengan cepat, dia benar-benar terlihat cemas dan beberapa kali mengusap air matanya. Setelah berjalan sambil menacari ruang operasi, akhirnya mereka bertemu dengan Tiara, guru Andreas.

    “Bagaimana keadaan Andreas?” tanya Renata.

    “Maaf bu, Andreas akan melakukan operasi. Dokter baru saja masuk.”

    “Kenapa putra saya bisa kecelakaan?” tanya Arjuna dengan dingin dan matanya menajam, menyiratkan kemarahan.

    “Maafkan kami pak, kami lalai dalam mengawasi anak murid kami,” ucap Tiara sambil menundukkan kepala.

    “Saya akan membuat tuntutan untuk sekolah itu,” ucap Arjuna dengan marah.

    “Kami mohon maaf pak. Kami akan membiayai semua perawatan Andreas,” ucap Amber, wali kelas Andreas.

    “Saya tidak peduli dengan biaya! Ini sudah kesekian kalinya putra saya terluka di sekolah itu!” teriak Arjuna dengan amarah. 

    Kedua guru perempuan itu tampak terkejut dan ketakutan, sedangkan Renata menatap Arjuna dengan heran, baru pertama kali ini dia melihat Arjuna begitu panik dan khawatir dengan keadaan Andreas. Padahal biasanya dia tidak peduli meski anaknya sakit, jatuh dan terluka.

    “Kalian pergi dari sini,” ucap Arjuna yang membuat dua guru itu semakin ketakutan dan berlalu pergi.

    Sepertinya Arjuna benar-benar orang yang tidak bisa menahan emosi, jangan sampai Renata menjadi bahan pelampiasannya. Renata kemudian sedikit menjauhi Arjuna dan berdiri di depan pintu. Sebenarnya Renata ingin sedih, saat mengetahui Andreas terluka parah sampai harus operasi. Tapi jika boleh jujur, saat ini Renata lebih takut dengan marah Arjuna.

    “Lo, maksud gue, pak, jangan marah di sini. Kasihan pasien yang lain,” ucap Renata dengan guguk dan ketakutan.

    Arjuna menghela nafas lalu berjalan mendekati Renata. Arjuna berdiri di belakang Renata dengan wajah datar, sedangkan Renata sudah menegang karena jantungnya tiba-tiba berdebar tidak karuan. Kenapa? Apa dia sakit jantung? Atau dia berdebar karena berada di dekat Arjuna?

    “Maafkan papa. I’m not a good father for you,” ucap Arjuna yang berdiri di belakang Renata. 

    Renata terdiam dan mengabaikan detak jantungnya yang masih berdebur seperti ombak. Renata membalikkan tubuh dan menatap Arjuna dengan mendongakkan kepala.

    “You’re a Hero,” ucap Andreas.

    “Maksud kamu?”

    “Andreas bilang, you are a hero. The most important person in his life, and you ara his spirit. Sadar nggak sih, Andreas selalu membanggakan kamu di depan teman-temannya, bahkan di depan saya, yang selama ini selalu menganggap bapak itu jahat. Dia tetap bercerita tentang kebaikan kamu, meski kamu nggak pernah memperhatikan dia.”

It's Not FINE! [Completed]✓Where stories live. Discover now