Part 8 Bebas

216 24 6
                                    

    Di sore hari yang gerimis, mobil Toyota Camry Hybrid berwarna hitam berhenti tepat di depan polsek Jakarta Selatan. Seorang berseragam formal keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk ke gedung polsek. Sesampainya di dalam, pria itu mendekati meja pendataan.

    “Permisi pak,” ucap pria itu.

    “Iya, ada yang bisa kami bantu pak?”

    “Saya Dimas, sekretaris dari pak Arjuna. Saya di minta untuk menjemput ibu Renata,” Ucap Dimas dengan senyum.

    “Iya, pak Arjuna sudah mencabut tuntutan atas nama ibu Renata. Silahkan ikuti saya pak,” ucap polisi itu sambil mempersilahkan sekretaris Arjuna untuk mengikutinya.

    Setelah berjalan di lorong sel tahanan, akhirnya Dimas sampai di ruang tahanan Renata yang terletak paling ujung. Dimas bisa melihat Renata yang saat ini duduk sambil menatap ke arah tembok. Polisi perempuan itu melepaskan gembok dan membuka pintu tahanan.

    “Saudari Renata, anda telah di bebaskan.”

    Renata menoleh ke arah polisi itu dengan wajah sembab dan tatapan mata yang kosong. Dia terlihat begitu depresi dan tertekan dengan keadaannya yang sangat memperhatikan. Renata segera berdiri dan berjalan mendekati polisi itu.

    “Anda telah di bebaskan oleh pak Arjuna, silahkan ibu keluar dari sel,”

    “Kenapa?” tanya Renata dengan lemah pada Dimas.

    “Maaf bu, saya hanya mengikuti perintah pak Juna,” ucap Dimas sambil menundukkan kepala sebentar.

    “Di mana bos lo yang kurang ajar itu? Kenapa bukan dia yang jemput gue, dan berlutut di kaki gue!” teriak Renata dengan kesal, dan air mata kembali jatuh di pipinya.

    “Maaf bu, saya hanya menjalankan tugas.”

    “Ibu, sebaiknya anda segera keluar,” ucap polisi itu. 

    Renata mengusap air matanya dengan kasar lalu keluar dari dalam sel tahanan. Setelah berpamitan pada sipir dan komandan polisi, Renata dan Dimas pun keluar dari gedung itu dan berjalan mendekati mobil yang Dimas bawa.

    “Silahkan bu,” Dimas membuka pintu mobil bagian depan untuk Renata.

    “Nggak,” ucap Renata yang kemudian berjalan pergi meninggalkan Dimas.

    “Tunggu bu, Bu Rena!” Dimas mengejar Renata dan mencekal lengan tangannya.

    “Lepasin gue!”

    “Maaf, tapi ibu sudah di tunggu pak bos di dalam mobil,” ucap Dimas.

    “Jadi bos gendeng lo juga ikut ke sini?” tanya Renata dengan tawa sinis.

    “Mari bu,” Dimas menyuruh Renata untuk masuk ke dalam mobil.

    “Gue nggak sudi satu mobil sama orang gila dan penjahat kaya dia!” teriak Renata.

    “Tapi bu, saya bisa di marahi jika ibu tidak segera masuk ke dalam mobil.”

    “Gue nggak peduli. Dia itu bukan manusia, dia itu iblis dan nggak seharusnya gue ketemu sama dia!” teriak Renata pada Dimas.

    “Saya mohon bu, pak Juna bisa pecat saya, tolong ikuti perintah pak Juna. Nanti kita bisa di pecat bu,”

    “Bodo amat!” teriak Renata dengan kesal.

    “Ekhem.”

    Renata dan Dimas menoleh ke arah samping setelah mendengar deheman itu. Arjuna saat ini terlihat sedang bersandar di bamper mobil bagian belakang, dia masih menggunakan setelan formal dan kaca mata hitam yang membuatnya semakin elegan.

It's Not FINE! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang