Part 14 Andreas kecelakaan

213 26 0
                                    

    Mentari terbit dari ufuk timur, mengerayapkan cahaya dari sudut ke sudut kota, menyinari angkasa biru yang terlihat cerah mempesona. Kiranya sudah dua bulan ini Renata benar-benar merasa hidupnya sedikit lebih tenang, meski Andreas sangat manja dan membuatnya repot, tapi Renata lebih tenang karena Arjuna tidak ikut campur dalam caranya mendidik Andreas.

    Ternyata selama ini yang membuat Renata berdebar dan was-was bukanlah karena kejahilan atau kenakalan Andreas, tapi ternyata Renata terlalu takut berhadapan dengan Arjuna yang dingin dan batu.

    Renata memang memiliki penyakit Destimia, semacam penyakit depresi yang sedikit menganggu kejiwaan. Dulu Renata pernah mengalami trauma karena di bully sewaktu sekolah menengah pertama, dan membuat mentalnya down dan selalu merasa tidak berguna ketika dia tertekan oleh keadaan.

    Karena hal itu, Renata tidak suka dengan anak kecil, setiap mendengar suara tangisan atau melihatnya saja, dia seperti tertekan dan depresi. Tapi anehnya, sekarang Renata mulai terbiasa dengan keberadaan Andreas di dekatnya, dia malah akan mencari Andreas jika berada jauh darinya.

    “Andreas!” teriak Renata dari halaman rumah.

    Dia tampak sudah rapi dengan pakaian kerja dan tas Andreas di tangannya. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh, setengah jam lagi dia harus segera sampai di kantor tapi Andreas belum keluar juga dari dalam rumah. 

    Di saat Renata menunggu Andreas, dia melihat mobil berwarna merah masuk ke dalam gerbang rumah Arjuna, mobil itu berhenti tepat di sampingnya. Renata berdecih saat melihat Kanya yang keluar dari mobil dengan pakaian elegan berwarna merah.

    “Di mana Juna?” tanya Kanya.

    “Nggak tau,” ucap Renata dengan malas.

    “Panggil dia.”

    “Punya kaki, kan? Lo panggil aja sendiri.”

    “Lo itu cuma babysitter dan lo cuma numpang, jadi jangan belagu, gue bisa minta Juna untuk usir lo dari sini,” ucap Kanya.

    “Oh ya? lalu, kenapa Juna nggak pernah ngusir gue?”

    “Panggil dia, pak!”

    “Gue nggak peduli, pak-pek, bak-buk, gue panggil lo ya lo!” ucap Renata dengan kesal.

    Kanya terlihat mengangkat tangannya dan bersiap untuk menampar Renata, tapi belum sempat tangan lentik itu mengenai wajah Renata, tiba-tiba seseorang menendang kaki jenjang Kanya. 

    “Awhh,” teriak Kanya sambil memegang kakinya yang baru saja Andreas tendang.

    “Ship, anak baik,” Renata dan Andreas saling bertos dan tersenyum di atas penderitaan orang.

    “Ada apa ini?” Renata dan yang lain menoleh ke belakang dan melihat Arjuna yang berjalan bersama sekretaris dan juga tangan kanannya.

    “Baby, kaki aku sakit. Babysitter ini udah ngajarin Andreas hal yang nggak bener. Masa dia minta Andreas untuk tendang kaki aku, dan ketawain aku,” ucap Kanya dengan lebay.

    Andreas dan Renata hanya saling memandang dengan dahi yang mengkerut, sejak kapan Renata meminta Andreas untuk menendang Kanya? Itu, kan, memang keinginan Andreas sendiri untuk memberi Kanya pelajaran.

    Arjuna berjalan mendekat dan berdiri di samping Andreas, dia terlihat melirik ke arah Renata yang juga melirik ke arhanya. Renata segera mengubah pendangan matanya dan menarik tangan Andreas.

    “Ayo kita berangkat sekolah. Nanti terlambat.” 

    Renata membuka pintu mobil untuk Andreas, setelah itu dia pun ikut masuk ke dalam mobil, namun sebelum masuk ke dalam mobil dia menyempatkan untuk menatap Kanya.

It's Not FINE! [Completed]✓Where stories live. Discover now