; in front of your house

133 22 0
                                    

Ia menunduk, jemari kakinya terasa menusuk dinding dalam sepatu yang terlalu kecil, membuatnya meringis nyeri sedari tadi. Sahabatnya membelikannya sepatu—yang begitu kekecilan, tetapi tak dihiraukan karena Taehyung seoranglah yang masokis. Kemejanya menghangat meski udara dari lautan menyerukan pesisir untuk diam, tidak usah bicara sebab alam tak sudi mendengar manusia yang tak tertidur saat malam menjelang.

Udara musim semi terlihat begitu sendu, entah dari mana semua ini berasal. Seolah Tuhan berelaborasi dengan beberapa malaikat dan sang maut mengungkapkan niat untuk menjeda sejenak pekerjaannya. Membuat para manusia yang hidup renyah, gelisah, tak suka jika tak ada korban. Taehyung berpikir terlalu dalam, mencoba memikirkan sesuatu sembari menengok kamar milik seseorang yang diapit kegelapan malam dan sinar rembulan.

Lampunya tak padam, masih menyala di antara beberapa kunang-kunang yang menghias. Taehyung teringat jikalau orang tua Jungkook—si pemilik kamar dengan lampu menyala—dulu selalu bilang bahwa satu bangsa minoritas di zaman dahulu pernahlah difitnah dan dibantai, lalu kuku-kuku mereka menjadi kunang-kunang. Terbang ke sana kemari, melalui kuburan-kuburan serta lembah-lembah, menghidupi kehidupan malam.

"Taehyungie, bagaimana rasanya mencintai seseorang?"

Taehyung kecil—dengan jas sekolahnya yang klimis dan pantofelnya yang mengilat hitam—menakar senyum. Membalikkan badan untuk menghadapi wajah Jungkook, sahabat sejak kecilnya, yang sekarang menumpukan wajah bulat di antara dua tangan putih bersihnya. Taehyung menutup novel di tangan, mencibir pelan karakter Naoko milik Haruki Murakami dan sempat bergumam kepada Jungkook jika gadis seperti Naoko sangatlah bajingan di balik tubuh kecil nan sempitnya.

"Mungkin seperti Watanabe kepada Midori Kobayashi," jawab Taehyung pendek. Melihat raut Jungkook yang menjadi kusut sebab tak mengerti, ia kemudian melanjutkan, "Ketika kau bersamanya, kau melupakan masa lalumu dan menempuh masa depan baru dengan berani."

"Kau menginginkannya, untuk disentuh dan dicium, seperti itu?"


Jungkook, aku tidak paham, tetapi sekarang aku menatap kamarmu.

Sudah jam dua pagi dan lampumu masih menyala. Kududukkan diriku di tangga menuju gerbang rumah Nyonya Han, wanita itu akan marah besar jika tahu aku duduk di sebelah tanamannya. Sudah empat jam aku di sini setelah mengantarmu yang mabuk. Apa kau bisa tidur? Aku tak mendengar apa pun, tapi aku tahu bahwa kau sekarang sedang menangis dengan kedua lutut yang kaupeluk, kemudian isakan berjeda-jeda dari tenggorokanmu selalu kauredam kembali dan membuatmu radang di esok hari.

Beberapa tahun lalu, di saat kita masih kecil, lautan terasa begitu sempit. Mungkin hanya sebatas beberapa meter dari ujung selatan dan seberapa jauh air berada, itu tak sempat kupikirkan. Di saat malam menjelang, beberapa kunang-kunang milik kuku para orang mati menghantui kita. Mereka membuat kita berlarian, terhuyung-huyung membatasi diri sendiri dari pendaran cahaya yang seperti racun. Namun, semua itu terpatahkan saat kau memegangnya, menangkap salah seorang dari mereka di gelas kacamu dan memberitahu ibumu bahwa mereka begitu lucu. Tak akan pernah kulupakan itu, tak akan pernah.

Kemudian saat kunang-kunang itu sudah tidak begitu menjadi topik di antara kita, aku akan mengharapkan dia bukanlah Watanabe Toru-mu. Ketika pementasan drama di kelas tiga membuatku sebal sebab Midori Kobayashi tidak diperankan olehmu, bukan berarti aku ingin pria yang sedang kautangisi sekarang itu yang akan menggantikan aku di hatimu. Lebih tepatnya bukan menggantikan, tapi dia memang mengambilmu dariku.

Kalau kau mau, bukalah jendelamu sekarang atau kapan pun kau mau. Aku akan menunggu di depan, dengan kedua tangan yang terbentang dan akan siap memelukmu kapan pun kau berlari ke arahku. Aku akan mengecup kepalamu dan berujar bahwa kau memilikiku dan aku tak akan pernah pergi.

Aku akan menangkap kunang-kunang untukmu, mencarikan yang banyak dan menaruhnya di langit-langit kamarmu agar kau tak perlu menyalakan lampumu saat bersedih. Matikan saja dan mereka akan menemanimu. Jangan lupa, aku selalu mencintaimu dan menunggumu melihatku.


Fluorescent Adolescent; drabblesDonde viven las historias. Descúbrelo ahora