; i bet you think about me [taekook]

98 14 0
                                    

;


Jungkook's POV


Ini malam ketiga di mana kau tidak bisa tidur.

Hari ini adalah hari pernikahanmu. Sudah kau siapkan tuksedo yang akan kau kenakan, jauh-jauh hari sebelum hari ini. Mungkin pada waktu itu kau menyangka akan datangnya hari ini membawa kasih, tetapi sekarang kau ada di sini, kebingungan melandamu dan kau tersiksa akibat tidak bisa bergerak dari ranjang barang seinci.

Hingga akhirnya kau menyadari hari ini adalah harinya. Hari di mana kau berharap akan berhenti minum-minum di kedai yang begitu jauh dari rumah gedungmu. Rumah di mana kau pernah mengizinkanku masuk, bersama teman-temanmu. Mereka yang pernah tidak mengajakku bicara dan membiarkanku duduk di belakang. Membuatku menanti waktu untuk pulang, berdiam diri seperti salah satu boneka di kamar seorang anak kecil.

Aku paham seseorang akhirnya mengisi sisi ranjang di sebelahmu. Dia yang punya status, memakai begitu banyak warna lembut di tiap bajunya yang selalu rapi. Dia pula yang memiliki silsilah baik, dengan orang tua yang bekerja di sebuah rumah sakit. Dia pun yang akhirnya membiarkanmu menginginkan aku pergi sebab betapa berbedanya kami, antara sebuah sneli dan sebuah celana jins ala bocah yang dibesarkan di sebuah peternakan.

Baiklah, mungkin kau tidak akan pernah lupa bagaimana kita berpacaran saat itu. Orang tuamu yang menekanku dan berharap bahwa aku pergi saja membawa rambut merahku—bekas kepanasan sebab tidak pernah bekerja di dalam ruangan dan lebih menyukai menunggang kuda. Namun, sejujurnya kau menyukainya bukan? Bagaimana rambut usangku dan sekujur tubuhku yang berbau sinar matahari. Hanya saja kau tidak pernah mengemukakannya kepada siapa pun, betapa aroma-aroma tersebut sekarang adalah aroma-aroma yang begitu kau rindukan sampai insomnia menyerangmu.

Akhirnya ada waktu untukmu berpikir saat bersamaku, apakah semuanya akan menjadi lebih mudah jika kau membuangku (yang akhirnya kau lakukan)? Maka di waktu-waktu itu kau begitu menjaga jarak, membiarkanku menunggu sambil membaca buku bekas dengan pensil di tanganku, melukis wajahmu di atas perkamen usang bertuliskan banyak leksikal.

Kemudian setelah itu, kau berkata bahwa kita terlalu berbeda. Perbedaan yang di awal musim semi ini kau katakan begitu menghiburmu, begitu menyenangkan, begitu membawa sebuah warna di hidupmu yang terlalu tinggi dan nyaris curam. Kau berdelusi, pikirku saat itu.

Namun, sekarang lihatlah dirimu. Berdiri di altar bersama gadis yang kau harapkan lebih baik ia menghilang saja, bersama seluruh hal baik tentangnya. Kau membayangkan masih akan lebih menyenangkan jika yang berdiri di depanmu adalah aku. Begitu banyak hal menantang yang akan kita lalui, ribuan peraturan sialan yang akan kita abaikan, semua itu terasa sia-sia ketika aku yang kau harapkan pun tak akan pernah datang kembali.

Pasti kau memikirkan tentang aku, ketika kau pergi ke sebuah konser musik indie yang keren, yang sebenarnya tidak lebih kau sukai daripada country. Pasti kau memikirkan tentang aku, ketika duduk di kursimu yang mewah dan di sekelilingnya begitu bersih tanpa debu dan kotoran kucingku. Pasti kau memikirkan tentang aku, betapa setelah ini kau akan mengutuk hidupmu yang terlalu banyak ketakutan karena mengejar status belaka. Pasti kau memikirkan tentang aku, berharap bahwa aku akan menjemputmu dan kita akan menua bersama di rumah kecil sederhana, di sebuah desa yang tenang.

Kemudian akhirnya kau tersadar bahwa gadis itu menanti jawabanmu. Kau menatap pendeta dan para tamu dan kau tahu, kau tak punya pilihan lain.

Di saat itu pun, kau pasti memikirkan tentang aku.


;


Fluorescent Adolescent; drabblesWhere stories live. Discover now