🌾HIJRAH BAGIAN DUA PULUH🌾✅

16.3K 1.2K 9
                                    

Dua buah sofa panjang juga dua buah single sofa tampak terisi penuh, meja kayu di tengah-tengahnya sudah di penuhi dengan berbagai macam cemilan. Kerupuk, buah, kue basah bahkan kue kering semua tersedia di sana. Jamuan itu tentunya di hadiahkan untuk dua tamu spesial yang kehadirannya menggegerkan pondok pesantren Al-Ikhlas milik Kyai Akbar.

Walau kondisi sekarang sudah tidak seheboh tadi, tapi tetap saja masih ada santriwan maupun santriwati yang mendadak jiwa kepo mereka melangit. Tak jarang santriwati yang mengenalnya bertanya-tanya, tapi tak Aqueena hiraukan.

Gadis dengan iris hijau emerald  serupa dengan iris mata Summer itu menatap sekeliling ruang tamu.  Kyai Akbar dan Aryan menduduki kedua single sofa, sedang dirinya duduk pada sofa panjang bersama Iqbal dengan Umi Nazda di tengah-tengah mereka.

Kedua manusia kembar tak identik duduk tepat berhadapan dengannya mengapit Devano. Iya, Devano. Lelaki yang tidak Aqueena sukai. Kenapa Devano bisa hadir bersama-sama mereka? Maka tanyakan saja pada Summer.

Pria berambut segelap malam itu mengatakan jika Devano anak salah satu investor di perusahaan juga pemegang 10% saham perusahaan. Summer juga bilang sewaktu masih SMA Devano sering menggantikan papa-nya untuk ikut rapat, jadi ya ... mereka kenal dekat.

"Heh, Aqueena! Gue udah hafal keseluruhan surah Al-Baqarah lho," ujar Devano sombong, selayaknya anak TK yang baru pertama kali mendapatkan nilai bagus.

Aqueena merotasi bola matanya malas.

"Pamer aja terus! Di cabut Allah tuh hapalan baru tau rasa!"

"Aqueena tidak boleh seperti itu." Teguran dari Umi Nazda membuat tawa mengejek dari Devano lepas. Lelaki itu menatap Aqueena seolah mengatakan 'gue menang kali ini'

Ugh ... ingin rasanya Aqueena tenggelamkan kepala Devano ke dalam sumur di belakang asrama putri.

Mereka kembali berbincang, Iqbal terlihat membicarakan persiapan pernikahan bersama Kyai Akbar juga Nichole yang ikut nimbrung. Lelaki bersurai pirang itu mengatakan akan membantu dana untuk pernikahan kali ini, lebih tepatnya menyewa MUA dan membeli gaun juga tuxedo buat dipakai resepsi.

Sedang Summer, Devano serta Aryan malah membicarakan bisnis yang tak Aqueena mengerti sama sekali. Gadis itu juga sempat heran, bagaimana bisa Aryan yang katanya kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo---yang pastinya akan di hadapkan dengan tumpukan kitab bahasa Arab tanpa baris---mengerti tentang masalah bisnis.

Menggendikkan bahu, Aqueena lebih baik tak menghiraukan akan itu.

Awalnya  Aqueena sempat berbincang dengan Umi Nazda sebelum wanita bercadar itu meninggalkan dia sendirian, katanya dia harus melihat keadaan dapur. Dan jadilah sekarang Aqueena terduduk bagai anak baik yang menjadi pendengar, sesekali tangannya mencomot kue kering dari dalam toples.

"TATAK ...!!!" Seruan Aska mengalihkan atensi keseluruhan orang yang ada di sana. Balita lelaki dalam gendongan Bunda-nya itu meronta untuk di turunkan.

Setelah berhasil turun, Aska dengan semangat berlari mendekati Aqueena lalu merangkak naik ke dalam gendongan gadis itu. "Tatak, Acka mau main," ujarnya dengan mata mengedip lucu. Ah ... bolehkan Aqueena menculik anak ini.

"Aska, Kak Aqueena masih ada tamu." Wanita seumuran Aryan mendekati mereka lalu berujar segan, matanya bersitatap dengan Aqueena. "Duh, maafkan Aska ya Dek. Dia dari tadi rewel mau ketemu kamu, Mbak jadi segan."

Aqueena terkekeh pelan, lalu mencubit gemas pipi gembul Aska sebelum kembali menatap Ulfah---Bunda Aska---dengan senyum mengembang. "Gak pa-pa Mbak, biar Aska sama Aqueena aja," jawab Aqueena tak kalah sopan.

HIJRAH [TAMAT]Where stories live. Discover now