🌾HIJRAH BAGIAN TIGA PULUH EMPAT🌾🏹

14.6K 1.2K 23
                                    

Cuaca siang ini tak begitu terik, matahari tertutupi awan. Sepoi angin berhembus perlahan menusuk tulang. Aqueena mengeratkan hoodie semakin memeluk tubuh. Iris hijau emerald nya fokus menatap barisan anak-anak pengidap kanker tengah bermain di sisi kanan taman, dengan seorang lelaki yang mungkin lebih tua dari Summer tengah membacakan cerita.

Entah cerita apa yang di bawakan, tapi melihat tawa dan senyum anak-anak di sana membuat sunggingan senyum muncul di bibir pucatnya. Aqueena bersyukur, di lahirkan tanpa ada cacat dan cela sedikitpun. Penyakit yang ia idap murni karena kesalahan sendiri yang sering menunda-nunda makan. Itu pun Aqueena selalu mengeluh, seolah penyakit yang dia alami merupakan penyakit nomor satu paling mematikan.

Maag kronis memang dapat menyebabkan kematian, namun presentasi kematian akibat maag dan kanker jelas lebih banyak kanker. Kepala Aqueena menunduk dalam, mengingat hari-hari penuh keluhan yang ia lalui selama lima hari perawatan.

Padahal ustadzah Elmira pernah menyampaikan satu hadist riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim tentang penyakit adalah salah satu penggugur dosa jika kita ikhlas dalam menghadapinya.

"Tidaklah seorang Mukmin tertimpa rasa sakit, rasa capek, kekhawatiran, sedih, kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pada duri yang menusuknya itu semua akan menghapus dosa-dosanya."

Aqueena mendesah panjang, kepala yang terlapisi bergo hitam ia tutupi lagi dengan tudung hoodie saat pandangan matanya mendapati mobil Pininfarina Sergio Ferrari. Dengan desain atap terbuka membuat Aqueena mengenali siapa manusia yang mengendarai mobil super mewah memasuki lahan parkiran rumah sakit.

 Dengan desain atap terbuka membuat Aqueena mengenali siapa manusia yang mengendarai mobil super mewah memasuki lahan parkiran rumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Suka banget cari perhatian," cibir Aqueena pelan. Iris hijau di balik kacamata baca yang ia pinjam dari salah satu suster bergerak mengikuti langkah lelaki dalam balutan kemeja putih dengan outher vest bahan rajut berwarna hitam putih.

Langkah yang kaki jenjang dilapisi celana jogger putih memasuki pintu rumah sakit yang terbuka otomatis. Saat sudah benar-benar memastikan jika lelaki itu masuk ke dalam, Aqueena melangkahkan kakinya menuju kumpulan anak-anak penderita kanker. Dia ingin melihat interaksi antara anak itu juga lelaki yang sampai sekarang masih asik membacakan sebuah dongeng.

Saat sudah sampai di sana, Aqueena memilih mendudukkan diri dekat dengan gadis kecil berhijab tosca. Aqueena menyunggingkan senyum manis saat mendapati si gadis kecil tak berhenti menatapnya dengan mata dan bibir membulat.

"Ada apa, hm?" Aqueena menepuk pelan kepala gadis kecil itu, setelahnya gerakan tangannya beralih menjadi elusan pelan.

"Kakak bule? Mata Kakak cantik." Gadis kecil itu tersenyum menampilkan barisan gigi, membiarkan bagian gigi seri ompong itu terekspos. Aqueena terkekeh kecil, ujung jarinya menoel hidung si gadis kecil.

"Makasih, kamu juga cantik. By the way, nama kamu siapa?" tanya Aqueena antusias, matanya berbinar menelisik wajah imut gadis kecil berhijab di depannya ini.

HIJRAH [TAMAT]Where stories live. Discover now