🌾HIJRAH BAGIAN LIMA PULUH TIGA🌾🏹

12.1K 1.1K 34
                                    

"Apa Allah marah sama gue?" tanya Aqueena lirih. Kepalanya menoleh ke samping, menatap penuh cemas ke arah Aisyah, "apa Allah benci sama gue?"


Gadis itu menghela nafas, "gue udah nyalahin Allah, dan bilang kalau Tuhan itu jahat. Allah pasti benci sama gue." Kontan Aqueena tertunduk. Matanya memanas, bulir bening tampak tergenang di pelupuk matanya.

Aisyah menipiskan bibir. Menarik nafas dalam, gadis bertubuh berisi itu menjatuhkan tubuh pada ranjang. Menatap lurus plafon kamar.

"Allah itu maha pengampun Mbak, dan Allah itu sangat baik dengan hambanya," jelas Aisyah lirih. Iris hitam si gadis melirik Aqueena yang masih terduduk. Tepat pada pelipis kiri teman sekamarnya itu.

"Pelipisnya kenapa Mbak?" tanyanya pelan. Aqueena menoleh ke arah Aisyah sekilas, menghela nafas gadis bule itu ikut menjatuhkan diri pada ranjang. Menatap plafon kamar nanar sedang pikirannya teringat dengan ulah gilanya beberapa saat lalu.

Menyakiti diri sendiri.

Aqueena hanya diam, dia tak menjawab atau bersuara sedikit pun. Hanya menatap lurus dan nanar plafon kamar membuat Aisyah tanpa sadar menghela nafas melihatnya.

"Mbak," panggil gadis bertubuh berisi itu. Dia tersenyum kecil kemudian melanjutkan, "tau gak, dalam Islam kita gak di bolehin meratapi kematian dengan berlebihan?"

Aqueena menoleh ke arah Aisyah sebentar, lalu kembali menatap lurus plafon. Pelan, dia mengangguk.

Aisyah tersenyum. "Dalam Islam menangisi orang yang meninggalkan kita untuk selamanya itu boleh, karena Rasulullah juga menangis sewaktu Ibrahim, anak beliau meninggal dunia. Tapi, Islam tidak memperkenankan para penganutnya untuk terlalu lama berlarut dalam kesedihan, apalagi menangis yang meratap-ratap bahkan sampai menyiksa diri sendiri." Aisyah menarik nafas panjang sebelum melanjutkan.

"Imam Nawawi dalam kitabnya yang berjudul al-Adzkar bilang, bahwa  menangisi jenazah dengan suara amat keras haram hukumnya menurut ulama. Terus Imam Nawawi juga mengutip dari hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang di riwayatkan Ibnu Majah : meratap merupakan salah satu perbuatan orang jahiliyah."

Aisyah menoleh ke arah Aqueena, memperhatikan gadis yang masih asik menatap plafon itu miris. Tangan Aisyah terulur mengusap air mata yang jatuh dari sudut mata teman sekamarnya itu. "Mbak tau kalau Mbak sudah ngambil keputusan  salah?" tanya Aisyah pelan.

Aqueena mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu sadar, dia terlalu berlarut dalam kesedihan. Sampai-sampai hilang akal dan malah menyakiti diri sendiri karena terlalu meratap. Menyalahkan diri sendiri, menyesalkan diri sendiri.

Bahkan, dengan tidak tahu dirinya. Aqueena malah menyalahkan Tuhan, menyalahkan Allah karena takdir itu. Padahal dia yakin dengan adanya kematian, dia yakin setiap yang bernyawa pasti akan meninggalkan dunia yang hanya tempat persinggahan sementara ini. Tapi dia tetap merasa tidak adil dan menganggap Allah berbuat jahat kepada dirinya.

Mata Aqueena semakin memanas dan memburam seiringan gumpalan air mata membasahi pelupuk mata.

"Gu---" Aqueena menelan saliva susah payah. Nafasnya mulai tersendat, dadanya sesak. "Aku sudah berdosa banget, Syah. Aku udah jahat sama Allah, aku udah anggap Allah tidak adil. Padahal selama ini Allah selalu kasi semuanya padaku. Hidupku di mudahkan, dengan kekayaan, dengan kasih sayang orang tua dan dua kakak. Tapi ... aku masih beranggapan Allah gak adil buat aku."

"Allah melakukan hal yang benar, Allah hanya mengambil hambanya untuk kembali ke sisinya karena tugas si hamba di dunia sudah cukup, tapi aku yang di tinggal malah beranggapan Allah gak adil. Sedang di luar sana, banyak anak yang belum pernah mendapatkan kasih sayang orang tua sedang aku ..." Aqueena kontan terisak. Air mata gadis itu tak lagi terbendung, jatuh dan mengalir membasahi pipi. Tak berhenti baik sedetik pun.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang