🌾HIJRAH BAGIAN DUA PULUH SATU🌾✅

15.2K 1.2K 4
                                    

"Pasang sabuk pengaman yang benar! Pegang Aska erat-erat, dan jangan dekat-dekat ke pinggir!" Ultimatum Summer hanya di angguki oleh Aqueena. Gadis itu sudah duduk di kursi penumpang helikopter dengan Aska di pangkuannya. Bagaimana pun keinginannya untuk membawa Aska jalan-jalan menggunakan helikopter akhirnya terlaksana.

Awalnya, keinginan gila Aqueena ini ditentang kuat Summer. Dia tidak berani membawa anak kecil---bahkan itu anak orang---terbang bersama naik helikopter yang ia kendarai. Memang bisa di bilang Summer lebih paham dan lebih mahir menjalankan capung besi itu daripada Nichole, tapi tetap saja dia tak ingin ambil risiko membawa helikopter dengan Aska ada di sana.

Kalau misalnya jatuh gimana? 'Kan bisa berabe. Dan sialnya, Aqueena  seolah tak memikirkan risiko sebesar itu, malahan Aqueena terus-terusan memaksa Summer. Hingga berakhirlah mereka sekarang di dalam helikopter dengan Summer sebagai pilot.

Aisyah? Gadis itu memilih untuk tak ikut. Walaupun dia ingin merasakan naik helikopter namun etap saja rasa takut lebih mendominasi diri.

"Only fifteen minutes," tukas Summer telak.

"What?! Tapi tadi perjanjiannya tiga puluh menit?"

"Iya atau tidak sama sekali!" Summer sudah memutuskan dan dia tidak ingin di ganggu gugat. Aqueena mendengus, berat hati ia mengangguk malas mengiyakan permintaan Summer. Itu lebih baik daripada tidak sama sekali.

Menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan, dengan lirih Summer mengucap basmallah. Berharap agar Allah memberikan mereka kemudahan serta keselamatan saat membawa eurocopter EC145 itu.

Summer membuka throttle---pegangan yang dapat di putar di ujung collective---perlahan-lahan. Dia harus yakin saat melakukannya agar helikopter dapat ia gunakan dengan benar. Menarik tuas collective ke atas, perlahan-lahan helikopter yang mereka tumpangi naik semakin jauh dari permukaan tanah.

Sungguh, Summer deg-degan. Tak pernah segugup ini dirinya mengendarai helikopter, apa karena keberadaan Aska di sana. Entahlah, Summer tak tahu.

"Tatak, pecawatnya naik!" Seru Aska girang. Aqueena mengusak pelan rambut lembut Aska, senyum tak pernah luntur dari bibirnya saat ini. Entah kenapa, dia senang bisa membawa Aska terbang walau sebentar.

Summer yang mendapati wajah riang adiknya dan Aska juga ikut tersenyum. Perlahan di arahkannya cylic ke depan, membuat laju helikopter bergerak maju dalam kecepatan sedang. Sengaja Summer melakukannya, dia masih harus mengutamakan keselamatan penumpang.

"Senang sekali mereka," gumamnya singkat. Fokusnya menatap jarum yang bergerak-gerak menunjukkan kecepatan helikopter, memastikan jika kecepatan mereka masih normal.

Menekan pedal kiri di bawah kaki, Summer mengarahkan cylic yang ia genggam ke arah kiri pula, membawa helikopter bermanufer perlahan.

"Tatak, liat lumahnya jadi tecil." Aska tertawa riang khas anak kecil saat menatap ke bawah dari balik jendela helikopter. Tangannya menunjuk-nunjuk ke arah bawah.

"Iya, jadi kecil rumahnya." Aqueena menyahut juga tak kalah riang. Ini bukan kali pertama dirinya menaiki helikopter, mungkin sudah tak terhitung berapa kali dia menaiki kendaraan ini. Hanya saja saat bersama Aska, Aqueena merasa seolah-olah baru kali pertama menaiki pesawat capung itu.

Iris hijau Aqueena mengikuti arah pandang Aska, menatap ke arah bawah. Memperhatikan tiap bagunan rumah-rumah yang menjadi semakin kecil saat helikoper kian naik semakin tinggi.

"Senang banget ya," sindir Summer. Matanya melirik sekilas ke arah belakang di mana Aqueena dan Aska asik menatap pemandangan dari balik kaca jendela.

HIJRAH [TAMAT]Where stories live. Discover now