🌾HIJRAH BAGIAN TIGA PULUH SATU🌾🏹

14K 1.2K 10
                                    

"Maaf Gus, Aqueena gak sengaja."

Aryan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Berjalan menuju nakas di samping ranjang yang berisi gelas dengan teh manis sisa setengah, Aryan meletakkan bungkusan kresek bening di atas sana. Styrofoam putih yang entah apa isinya terlihat mengisi kresek bening tersebut.

Aryan beralih menuju sofa, mengambil kursi plastik di sudut kiri sofa lalu meletakkannya dekat dengan brangkar Aqueena. Kedua tangan Aryan sibuk mengambil kotak styrofoam.

"Kamu belum makan sejak siuman tadi, 'kan?" tanya Aryan yang hanya di angguki oleh Aqueena. Bagaimana mau makan, jika pihak rumah sakit memberinya bubur cair. Bahkan saat melihat bentukan bubur itu saja, Aqueena sudah mual duluan.

"Aqueena gak suka bubur Gus," jawab Aqueena. "Makanan benyek itu bikin Aqueena mual." Aryan hanya mengangguk. Lelaki itu menyadari jika akhir-akhir ini Aqueena menyebut nama sendiri saat berbicara denganya, dan itu membuat Aryan sedikit senang.

"Ya sudah, jangan dimakan buburnya." Aryan membuka kotak styrofoam di pangkuan, memperlihatkan satu porsi nasi dengan ayam goreng kalasan. Lelaki itu sengaja menganti sambal dengan kecap manis, sebab Aqueena belum bisa memakan sesuatu yang pedas sekarang.

"Ini ayam kalasan, Gus?! Aqueena mau dong," pinta Aqueena dengan mata berbinar menatap kotak styrofoam di tangan Aryan.

"Memang ini untuk kamu."

"Beneran Gus? Ih ... makasih banyak." Dengan sigap gadis ber-iris hijau itu mengambil styrofoam dari tangan Aryan, bersiap untuk segera menyantap makanan tersebut.

Namun baru saja sedetik yang lalu wajah sumringah Aqueena terlihat, di detik berikutnya gadis itu malah memajukan bibir bawah dengan mata menatap infusan di tangan kanan.

"Gus," lirih Aqueena. Fokus tatapan gadis itu masih menatap pergelangan tangan kanannya. "Aqueena gak bisa makan, Gus," lanjutnya merengek.

Dengan bibir melengkung ke bawah, Aqueena menunjukkan tangan kanannya pada Aryan. "Ada infusan."

Aryan menatap tangan Aqueena yang terpasang infusan. "Terus?" tanya lelaki dalam balutan jubah gamis berwarna hitam dengan alis kiri ia naikkan.

"Ya Gus suapin lah! Emangnya mau Aqueena gak sembuh-sembuh karena belum makan."

Aryan menggeleng, lelaki itu mengambil sendok bening dari dalam kresek.

"Nah, 'kan jadi Gus harus nyua---"

"Makan! Kamu merepotkan kalo lagi sakit." Aryan menyodorkan sendok berisi nasi dan suiran ayam di atasnya pada Aqueena. Bukannya langsung melahap nasi dalam sendok tersebut, Aqueena malah mendengus kesal.

"Jadi Gus gak ikhlas ngurusin Aqueena! Udah deh, biar Aqueena makan sendiri aja."

"Jangan banyak omong! Tinggal makan aja susah," sarkas Aryan membuat Aqueena melongo tak percaya. Kapan sih manusia berjenis kelamin laki-laki ini bisa bicara lembut? Bahkan saat mengajar saja Aryan bisa-bisanya melontarkan kalimat sarkas.

"Udah lah, Aqueena makan sendiri aja. Lagian Aqueena bikin repot kalau lagi sakit." Gadis itu mengutip perkataan Aryan.

"Makan pake tangan kiri? Mau sedekah sama setan?" Nah 'kan? Aqueena menggeram tertahan, mungkin jika dirinya dan Aryan bertemu tak akan pernah ada adegan mereka akur, melainkan bertengkar terus menerus.

"Abis Gus Aryan juga gak ikhlas buat rawat Aqueena! Jadi buat apa mak---emph." Aqueena membelalak tak percaya. Lelaki di depannya ini dengan paksa memasukkan sendok berisi nasi saat mulut Aqueena terbuka. 

HIJRAH [TAMAT]Where stories live. Discover now