2. Sinar itu

23 9 1
                                    

Happy reading♥

***

Hari ini Kayla kembali pulang dengan nilai ulangan matematika yang semakin menurun. Nilainya turun lima poin dari minggu sebelumnya.

Padahal minggu-minggu ini Kayla sering bergadang hanya untuk mempelajari pelajaran paling sulit untuknya, matematika. Tapi hari ini ia harus bersiap menerima hukuman dari Ayahnya lagi.

Gadis berseragam merah putih dengan rambut di kepang itu berjalan dengan lesu. Kakinya terasa sangat berat untuk pulang ke rumah. Rasa takut dan khawatir itu semakin tak terkendali.

Peluh di keningnya turun semakin deras  saat ia hampir sampai di rumah. Tetapi saat mendengar seseorang memanggilnya membuat Kayla menghentikan langkah.

"Kayla!!"

Kayla menoleh kearahnya, anak lelaki itu berjalan menuju tempatnya berdiri. "Kenapa kamu sedih?"

"Gak apa-apa, nilai ulangan matematika aku turun lagi. Aku takut papa marah," jawabnya.

Anak itu tampak berpikir sejenak, tiba-tiba  ia menarik tangan Kayla, "Kamu main aja di rumahku sebentar."

Kayla menggeleng, ia melepaskan genggaman tangan anak itu. "Gak bisa, aku takut papa malah khawatir dan makin marah."

"Rumahku kan deket, kamu tenang aja. Ayo," ajaknya sambil kembali menarik tangan Kayla.

"Gak bisa, papa gak ngizinin aku main. Aku harus belajar," tolaknya namun tak di pedulikan oleh anak lelaki itu.

"Gapapa, sebentar aja kok."

"Kayla!!"

Kayla menoleh saat mendengar Indah memanggilnya. Ia segera melepaskan tangan lelaki itu dan berjalan menuju ibunya yang masih memakai pakaian kantor.

"Mama? Kok mama udah pulang?"

Indah menghela nafas, "Kenapa kamu gak pulang, sayang? Harusnya kamu pulang, ganti baju dan makan. Baru boleh main."

Anak lelaki itu masih berdiri diam di depan mereka. Ia memandang wajah Indah dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Tetapi wanita itu sepertinya tidak menyadarinya.

"Mama, Kayla takut pulang."

Indah mengerutkan keningnya, "Takut kenapa?"

Kayla menunduk, entah kenapa rasa takutnya semakin besar saat Ibunya ada bersamanya. Ia takut Indah juga akan marah kepadanya saat melihat hasil ulangannya.

"Ayo pulang Kayla," ajaknya.

Indah memegang tangan Kayla, tapi dalam sekali hentakan anak itu segera melepaskannya. "Kayla gak mau pulang."

"Loh kenapa? Biasanya kamu gak begini."

Kayla menunduk dalam, bersamaan dengan itu ia menggeleng. "Mama, Kayla gak mau pulang."

"Ayo, Kayla." Indah kembali memegang tangannya, tapi kali ini lebih kasar daripada sebelumnya.

"Enggak mau, Kayla gak mau pulang!" Ucapnya sedikit membentak.

"Kayla, nurut kata mama. Kita pulang," Indah menarik tangan Kayla dengan keras.

Tetapi Kayla dengan segala keras kepalanya tak mau ikut. Ia tahu, nanti setelah sampai di rumah, Ibunya pasti akan memarahinya sama seperti Ayahnya. Kalau tidak, kenapa Indah pulang lebih awal hari ini?

"Kayla gak mau," tolaknya.

Tak mau berlama-lama, Indah menyeret Kayla agar mengikuti langkahnya. Sama seperti yang biasa dilakukan ayahnya.

GARIS TAK BERUJUNG ✔Where stories live. Discover now