3. Kesempatan baru

12 7 0
                                    

Happy reading♥

***

Indah masuk ke dalam kamar Kayla. Setelah kejadian tadi, anak gadis itu memilih berdiam diri di dalam kamar pastelnya. Dengan perlahan, Indah mengusap puncak kepala Kayla.

"Sayang..."

Kayla menatap Ibunya, ia memang sudah berhenti menangis. Tetapi mata sembabnya masih terlihat begitu ketara. Indah segera duduk di atas ranjang tepat di samping Kayla.

"Mama boleh liat punggung kamu?" Meski sebenarnya ia tidak akan kuat, tapi Indah harus memastikan ucapan Riska benar adanya.

Anak itu mengangguk, kemudian Indah membuka baju bagian belakang yang dipakai Kayla dengan perlahan. Satu persatu bekas pecutan mulai terlihat menghiasi punggungnya.

Setelah membuka bajunya dengan sempurna, indah meraba luka bergaris itu dengan tangan bergetar. Meski tak berdarah, tetapi lukanya terlihat sangat merah.

Matanya mulai berkaca-kaca, hingga dalam satu kali kedipan, air matanya luruh begitu saja. Hatinya sungguh sudah hancur dengan kenyataan ini. Kayla, putrinya yang masih sangat kecil mendapatkan perlakuan seperti itu.

Puas dengan apa yang ia lihat, Indah kembali menutup punggung Kayla. Tetapi air matanya tak mau berhenti membanjiri pipinya.

"Sayang..." Panggilnya, Kayla hanya diam menatap sang Ibu. "Kenapa kamu gak pernah cerita, sayang?"

"Mama gak pernah punya waktu, jadi Kayla gak bisa cerita."

Mendengar jawaban Kayla membuat pertahanannya yang sudah rapuh semakin runtuh. Tangisnya semakin pecah menyesali apa yang sudah terjadi.

Ia mengakui, selama ini ia tak mengetahui apapun tentang Kayla. Ia tak pernah mendengarkan pengaduan dan keluh kesah anaknya itu. Sungguh, Indah benar-benar bukan seorang ibu!

Dengan gerakan cepat, Indah membawa Kayla dalam dekapannya. Ia menangis seraya menumpahkan segala kasih sayangnya yang selama ini tertahan oleh pekerjaan.

"Maafin mama, Kayla. Maafin mama..."

Tetapi seakan bisu, Kayla tak menjawab. Ia juga tak membalas pelukan Ibunya. Anak perempuan itu hanya diam sambil mengeluarkan air matanya.

"Maafin mama, sayang. Mama gak bisa jaga kamu dari papa," lirihnya seraya mengecup pipi sang putri.

Tuhan, Indah tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan Kayla saat ini. Tekanan akan belajar mungkin membuatnya frustasi, mentalnya pasti mengalami trauma yang berat.

"Sayang, mulai sekarang mama janji gak akan biarin kamu terluka lagi."

Mendengar perkataan Ibunya, Kayla segera melepaskan pelukannya dan menatap Indah penuh harapan. "Mama janji?"

Kayla mengacungkan jari kelingkingnya di depan Indah. Sambil tersenyum, ia menautkan jari kelingkingnya dengan jari kecil itu. "Mama janji, mulai sekarang gak akan ada orang yang bisa nyakitin kamu. Mama janji, gak akan ada lagi orang yang bikin kamu nangis, mama janji sayang."

Perasaan Indah kian menghangat saat melihat sebuah senyuman terukir di wajah Kayla. Senyuman yang sejak tadi tak terlihat menghiasi wajahnya kini telah kembali.

***

"Pa, aku mau ngomong sesuatu."

"Apa?"

Merasa tak diperhatikan, Indah segera menutup laptop yang berada di depan Adi. Ia berdiri di depannya dengan sorot mata marah dan sedih yang bercampur.

"Ada apa?" Adi ikut berdiri, kini mereka saling berhadapan dengan pertanyaan di kepala mereka masing-masing.

"Kamu gak seharusnya melakukan itu sama Kayla," ucap Indah. Setelah itu ia mendongakkan kepalanya keatas untuk menahan air matanya yang mulai turun.

GARIS TAK BERUJUNG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang