10. Benar-benar jatuh cinta?

4 4 0
                                    

Happy reading♥

***

Kayla merebahkan tubuhnya mungilnya yang telah dibalut oleh piama bergambar kartun di atas ranjang. Matanya mendongak keatas sambil melihat beberapa kertas origami yang digantung berbentuk menyerupai burung bangau.

Meskipun kata orang, jika kita membuat seribu burung bangau dari kertas maka keinginan kita akan terkabulkan. Tapi Kayla tidak mempercayainya, ia menggantung burung bangau itu hanya sebagai hiasan saja.

Memikirkan soal keinginan. Hanya ada satu keinginan yang selalu Kayla tanamkan dalam hati hingga sekarang, yaitu bertemu dengan lelaki masa kecilnya. Seperti apapun ke depannya, ia tidak peduli asalkan ia bertemu dengan orang itu.

Kayla ia ingin bertemu dengannya untuk  membalas seluruh kebaikannya dan menemaninya menjalani masa sulit dalam hidupnya. Tidak salah, kan jika ia ingin membalas seluruh perhatiannya?

Saat pertama kali anak itu membantunya mengobati luka, Kayla kecil telah jatuh hati padanya. Ia seakan diberikan harapan baru untuk melanjutkan hidupnya yang sudah cukup hancur.

Cahaya itu senantiasa mengobati lukanya saat orang tuanya sendiri yang menorehkan luka itu, dia yang mencoba  menguatkannya saat orang tuanya sendiri tega meruntuhkan segala benteng itu. Tidak pantaskah jika Kayla jatuh cinta padanya?

"Aku bakal selalu ada di samping kamu dan ngobatin luka kamu."

"Janji?"

"Iya, aku janji."

Air matanya luruh saat ia kembali mengingat janji yang telah diucapkan oleh lelaki masa kecilnya itu. Sebuah janji yang membuat Kayla bertahan dan yakin akan kehadirannya suatu saat nanti.

Meski banyak orang yang selalu mematahkan seluruh keyakinannya, tapi janji itu membuat Kayla tetap bertahan hingga sekarang. Baginya, janji itu bukan hanya sekedar omongan belaka. Tapi sebuah kepastian yang diberikan anak itu untuk kembali.

Dimana lelaki itu? Kayla ingin bertemu dengannya untuk menanyakan banyak hal. Siapa namanya dan mengapa ia pergi meninggalkannya.

Tak ingin menangis lebih lama lagi, Kayla segera pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Setelah itu ia kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

"Good night my little friend, nice dream."

***

"Bang!"

Rafa yang tengah menaiki tangga mendadak berhenti saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ia kembali turun dan menemukan adiknya, Erik.

"Apaan?" Tanya Rafa dengan raut wajah tak peduli.

Erik berdecak, "Biasa aja dong mukanya, gak usah di jelek-jelekin juga udah jelek."

"Lo lebih," balas Rafa.

"Abang harus ngalah, jadi lo yang paling jelek disini."

Rafa menghela nafas, "Serah lo," finalnya. "Ada apaan?"

"Gak ada apa-apa sih, gue cuman heran aja abis ketemu pacar tapi muka ditekuk begitu. Ada sesuatu yang pengen lo ceritain?" Tanyanya.

"Ikut gue," ucap Rafa sambil melangkah naik menuju kamarnya diikuti oleh Erik di belakangnya.

Erik dan Rafa memang sama-sama sering bercerita tentang apapun yang mereka rasakan. Mereka sama-sama pendengar yang baik dan teman yang baik.

Tentu saja kedekatan mereka berdua terjalin karena umur mereka yang tidak terpaut jauh. Erik dan Rafa hanya berbeda satu tahun saja. Dan kini Erik duduk di bangku kelas 10 di sekolah yang sama.

GARIS TAK BERUJUNG ✔Where stories live. Discover now