26. Kebenaran

9 4 0
                                    

Happy reading ♥

***

"Kayla, aku mohon maafin aku."

Dengan terpaksa, Kayla keluar dari mobil dan menghadap sang lelaki yang terus menerus mengucapkan kata maaf kepadanya.

Lihatlah! Rafa dengan mudahnya membuntutinya dari parkiran dan berakhir menghadang mobilnya di jalan besar. Untung saja keadaan sedang tidak ramai, jadi Kayla bisa dengan mudah menyingkir.

"Aku udah bilang berapa kali sama kamu? Aku butuh waktu," jawab Kayla.

"Aku janji, aku gak akan lagi ngelakuin hal kayak kemarin."

Kayla menghela nafas panjang, "Oke, aku pasti maafin kamu. Tapi kamu harus jawab jujur satu pertanyaan yang bakal aku tanyain!"

Rafa mengangguk mantap, "Iya, aku pasti jawab jujur."

"Kemana kamu selama seminggu itu, dan kenapa setelah kamu pulang, sifat kamu sangat berubah?"

Sebenarnya menanyakan itu membuat Kayla sedikit ragu jika Rafa tak mau menjawabnya, tapi karena ia tidak mau banyak menduga-duga, lebih baik ia bertanya langsung.

Dan ternyata benar saja, Rafa hanya diam mendengar pertanyaan yang dilontarkan gadis itu.

"Aku cuman pengen tau, Rafa. Aku pengen belajar dari kesalahan yang aku buat sampai bisa bikin kamu sekasar itu sama aku," jelas Kayla.

Rafa menggeleng seraya menggenggam tangan Kayla, "Kamu gak salah apa-apa, Kay. Aku yang bodoh karena nyakitin kamu."

"Kalau emang aku gak salah, harusnya kamu bisa cerita apapun sama aku." ucap Kayla, "Kamu mau 'kan?"

Lagi-lagi Rafa menggeleng, "Aku gak bisa cerita soal ini sama kamu."

Entah kenapa hatinya terasa sakit saat Rafa mengatakan itu kepadanya. Sungguh, Kayla kira lelaki itu akan terbuka padanya.
Kayla mengangguk paham seraya melepaskan tangannya yang digenggam oleh Rafa, "Fine, aku ngerti sekarang. Ternyata aku gak sepenting Silvi yang bisa dengan mudahnya dengerin semua keluh kesah kamu."

Saat hendak membuka pintu mobilnya, Kayla tersentak karena Rafa menutupnya kembali dan mendorong tubuhnya agar menempel pada mobil.

Kayla dapat merasakan deru nafasnya dengan Rafa saling beradu satu sama lain karena saking dekatnya posisi mereka. Tapi kali ini ada yang berbeda dengan wajah lelaki itu.

Rafa menatap Kayla dengan tatapan tajam khasnya. "Gue cinta sama lo, dan lo adalah yang terpenting buat gue."

Kayla bergidik ngeri karena Rafa mengatakannya tepat di telinganya. Lelaki itu bahkan tak peduli dimana mereka sekarang.

"Ikut gue!"

Gadis itu tersentak saat Rafa mendadak menarik tangannya. Lelaki itu membawa Kayla ke motornya. "Naik!"

Kayla menurut, tanpa melawan lagi gadis itu mencoba mempercayai Rafa. Berharap lelaki itu tidak akan berbuat hal yang buruk padanya.

"Gue bakal buktiin cinta gue sama lo!" Gumamnya.

***

"Aww..." Ringis Kayla.

Dengan sangat kasar Rafa menghempaskan tubuh Kayla diatas gundukan tanah setelah ditarik secara paksa untuk memasuki pemakaman.

"Lihat pake mata kepala lo!"

Kayla melirik sebuah nama di atas nisan itu. "Rafael?"

"Lo udah ketemu 'kan sama orang yang selama ini lo tunggu kedatangannya? Gue udah membuktikan cinta gue sama lo, Kayla." Ujar Rafa dengan nada yang masih cukup tinggi.

Kayla mengerutkan keningnya tak mengerti perkataan Rafa. Ia beralih mendongak dan menatap lelaki itu, "Maksud kamu?"

"Lo udah ketemu sama cowok yang selama ini lo tunggu kehadirannya. Dia ada di depan lo sekarang," jawab Rafa.

Mendengar ucapan Rafa membuat Kayla seketika terlonjak kaget. Matanya melotot pada lelaki itu pertanda tak percaya dengan yang baru saja ia katakan.

Rafa menghela nafas, kemudian dirinya berjongkok di depan Kayla dan menatap batu nisan itu dengan tatapan sendu. "Namanya Rafael, dia sepupu gue. Bahkan gue sama dia udah kayak adik kakak, padahal ibunya adalah adik dari mama gue."

Kayla mencerna ucapan Rafa dalam diam, ia masih belum sepenuhnya mengerti dengan apa yang terjadi.

"Satu minggu yang lalu dia meninggal karena penyakit yang dideritanya sejak kecil. Dan satu permintaan yang dia pinta sama gue, dia minta gue untuk terus jagain lo. Fael pengen lo terus aman dalam lindungan gue."

Kayla yang baru menyadari arah pembicaraan Rafa mulai meneteskan air matanya. Ia menatap nisan itu dan mengusapnya diiringi air mata yang menetes diatas gundukan tanah itu.

"Sinar gue? Dia orang yang sejak kecil udah janji buat ngobatin semua luka gue?" Tanyanya pada Rafa.

Dengan mata yang berembun Rafa menganggukkan kepalanya, "Iya, Kay. Dia adalah cowok yang selama ini lo tunggu. Dia sinar yang selalu lo harapkan cahayanya. Sinar itu udah pergi sekarang."

Hatinya terasa sakit mendengar sebuah kenyataan pahit itu. Gadis itu terus menggelengkan kepalanya untuk menyangkal semua kebenaran yang diucapkan Rafa.

"Gak mungkin, dia gak mungkin pergi secepat ini, Raf. Gue yakin lo salah," ujar Kayla.

Rafa menggeleng, "Lo gak bisa menyangkal kebenaran yang udah terjadi. Gue yakin lo kuat, lo bukan cewek lemah."

"Kenapa dia pergi secepat ini?! Bahkan gue belum pernah ketemu sama dia lagi selama sepuluh tahun. Kenapa dia dengan mudahnya ninggalin gue?!!" Histeris Kayla.
Rafa menyentuh pundak Kayla, "Dia udah tenang sekarang. Fael udah gak perlu lagi melawan penyakitnya, lo harus ikhlas."

"Sepuluh taun, Rafa. Sepuluh tahun gue nunggu dia datang lagi dalam hidup gue. Dan gue gak pernah ngeluh sama sekali, gue selalu percaya kalau dia bakal balik. Tapi kenapa Tuhan harus ambil dia sebelum gue lihat wajahnya?!"

"Gue tau, Kayla. Gue tau lo selalu percaya kalau Fael bakal kembali. Gue adalah saksi penantian lo selama ini. Gue tau ini semua gak mudah buat lo, tapi gue juga tau lo bisa melewati ini."

Kayla menyentuh kembali nisan itu, kenangan masa lalu kelamnya kembali melintas di kepalanya. Bayangan lelaki itu saat mengobatinya seakan menariknya pada masa-masa itu bagai sebuah mesin waktu.

Kenapa Tuhan begitu jahat padanya? Lelaki yang selalu memberinya kekuatan malah harus pergi lebih dulu. Kenapa Tuhan tak membiarkan mereka bertemu untuk sebentar saja?

"Aku bakal selalu ada di samping kamu dan ngobatin luka kamu."

"Janji?"

"Iya, aku janji."

Lagi-lagi janji itu yang berdengung di telinganya. Janji yang selama ini membantunya untuk terus bertahan, janji yang selalu ia yakini, dan janji yang membuatnya tak pernah lelah dalam menanti. Tapi sekarang janji itu telah musnah bersamaan dengan perginya lelaki itu dari dunia ini.

Kayla yang lemah kini kehilangan kesadarannya diatas tanah kuburan. Entah kenapa mentalnya begitu lemah hingga ia mudah sekali jatuh pingsan.

"Gue tau ini bakal terjadi setelah lo tau semuanya," gumam Rafa.

***

See you!!!

GARIS TAK BERUJUNG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang