18. Hujan

5 4 0
                                    

Happy reading♥

***

Bel pulang berbunyi, pertanda surga dunia bagi para siswa. Tapi tidak untuk Kayla, Gadis itu kini tengah sibuk berkutat dengan kertas ulangan seluruh siswa kelasnya.

Tadi Bu Alma yang notabene adalah wali kelasnya menyuruhnya untuk menuliskan seluruh nilai hasil ulangan para siswa. Alhasil, Kayla masih sibuk di kelas ditemani oleh Fira.

"Jadi sekarang lo mau gimana, Fir? Jujur gue kasihan banget sama lo," ucap Kayla dengan tangan yang masih bergelut dengan pulpen.

Fira baru saja menceritakan tentang kedatangan Ayahnya kemarin. Memang, curhat pada Kayla sudah menjadi kebiasaannya. Gadis itu memang pendengar yang baik dan pemberi solusi terbaik untuknya.

Fira menggeleng, "Gue juga nggak tau, lama-lama capek juga kayak begini terus."

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepalanya, Kayla menjentikkan jarinya. "Gimana kalau minggu depan, pas papa lo pergi, lo nginep aja di rumah gue."

"Nginep?"

"Iya, gimana?"

Fira berpikir sejenak. Sebenarnya bukan hal yang buruk jika ia menginap sehari saja di rumah Kayla. Toh, tante Indah juga sudah menganggapnya sebagai anak.

"Oke, tapi gue bilang dulu sama bokap."

Kayla mengangguk. Setelah itu ia kembali memfokuskan diri untuk menulis nilai ulangan lagi. Huft, sebenarnya berapa banyak murid kelasnya hingga membuat Kayla lelah seperti ini?

"Lama banget, sih. Gue pengen pulang," gerutu Fira.

"Yaudah, lo duluan aja. Gue bisa sendiri kok."

"Serius?"

"Iya."

Mata Fira berbinar, ia mengecup singkat pipi Kayla dan segera pergi meninggalkan kelas sebelum sahabatnya itu mengamuk karena dicium.

"DADAH!!!"

"Fira!!!!" Teriak Kayla sambil menghapus jejak ciuman Fira di pipinya.

"Gue curiga deh sama Fira, pantesan jomblo mulu." Gumamnya.

Kembali pada kegiatannya, Kayla tak menyadari Rafa datang ke kelasnya dan menghampirinya di bangku belakang. Lelaki itu menutup mata Kayla dengan kedua telapak tangannya.

"Rafa, jangan becanda. Aku harus beresin ini sebelum bu Alma ngamuk," ujar Kayla.

Rafa berdecak. Lelaki itu membuka mata Kayla dan menatapnya, "Lagi ngapain?"

"Biasa, bu Alma gak bisa hidup tanpa aku." Kekeh Kayla.

Mendengar itu membuat Rafa menggelengkan kepalanya. "Yang gak bisa hidup tanpa kamu itu, aku."

"Terserah deh," finalnya.

Rafa duduk di samping Kayla yang asik menulis dengan sebelah tangan bertumpu di atas meja. Lelaki itu menatap wajah cantiknya sambil memainkan rambut sepunggungnya yang digerai.

"Cantik," gumam Rafa.

"Apa?"

"Kamu cantik."

Tiba-tiba Kayla merasakan wajahnya mulai memanas. Gadis itu segera memegang kedua pipinya agar Rafa tak mengetahui kalau ia tengah malu.

"Cie, pipinya merah." Goda Rafa.

"Apaan sih? Enggak."

"Yaudah, deh. Terserah kamu, sayang."

GARIS TAK BERUJUNG ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon