4. Perpisahan

9 6 0
                                    

Happy reading♥

***

"Sayang..."

Mendengar suara seorang lelaki yang sangat familiar itu membuat tubuh Kayla mendadak terasa sangat dingin. Tangannya saling meremas satu sama lain, kepalanya sama sekali tak berani mendongak melihat Ayahnya yang kini berdiri di depan pintu.

Adi mulai berjalan maju mendekati anaknya, tetapi Kayla semakin mundur. Setiap melihat Ayahnya, bayangan wajah marah dan pukulan darinya selalu melintas di kepala anak itu.

"Sayang, ini papa..."

Saat Ayahnya semakin mendekatinya, Kayla semakin melangkahkan kakinya untuk menjauh. Tetapi ia kehilangan langkahnya karena sudah tak ada lagi ruang untuk menjauhi orang itu.

Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, jantungnya berdetak semakin kencang, Kepalanya pun semakin menunduk dalam. Siapapun tolong, Kayla sangat takut!

Tepat saat Kayla berhenti karena terhalang dinding, Adi memegang pundaknya. "Sayang, ini papa kamu."

Dalam hatinya, Adi merasa sangat sedih melihat putrinya menjadi sangat takut melihat wajahnya. Bahkan ia merasakan kini tubuh gadis kecil itu bergetar dengan hebat.

"Pa-pa, maafin Kay-la. Ni-lai Kayla jelek la-gi," ucapnya dengan terbata-bata.

Adi menggeleng, tangannya kini menyentuh pipi Kayla dengan lembut. "Enggak, sayang. Papa gak marah sama kamu. Papa kesini mau minta maaf sama Kayla."

Demi apapun, tubuh Kayla bergetar sangat hebat. Matanya benar-benar tak mau menatap sang Ayah. Sekujur tubuhnya mendadak menjadi lemas, dan perlahan pandangannya di sekitarnya menghitam tanpa ujung.

Brukk

Saat itu juga Kayla kehilangan kesadarannya dan terjatuh di atas lantai yang dingin.

Adi yang terkejut segera menepuk kedua pipi Kayla sambil beberapa kali memanggil namanya, "Kayla!!"

Karena tak kunjung sadarkan diri, Adi kemudian menggendong anak itu menuju ranjang tempat tidurnya. "Sayang!! Kayla!!"

"Astaga, Kayla!!"

Indah yang baru datang terkejut melihat kondisi Kayla. Ia segera menghampirinya dan duduk seraya menggenggam tangan mungil itu. Tanpa terasa air matanya luruh, "Kayla, bangun sayang."

Ia menatap wajah suaminya yang terlihat cemas sambil menepuk-nepuk pipi mungil itu. "Ada apa? Kenapa bisa begini?!"

"Aku gak tau, tadi setelah Kayla liat aku tiba-tiba dia pingsan begitu aja." Raut wajah lelaki itu terlihat begitu frustasi. Ia beberapa kali mengacak rambutnya dengan gusar.

Ada apa dengan Kayla? Apakah sebegitu takutnya ia hingga tak sadarkan diri begitu? Adi tak tahu harus melakukan apa lagi sekarang, karena semuanya memang salahnya sendiri.

Indah menghela nafas panjang, "Lebih baik kayaknya kamu keluar dulu aja, Pa. Mungkin Kayla butuh waktu."

Setelah mengangguk, Adi segera angkat kaki dari kamar berwarna pastel itu. Ia cukup tau diri untuk tetap berada disana.

Setelah keluar dari kamar Kayla, air mata Adi turun begitu saja. Ia menyandarkan punggungnya pada dinding dan mendongakkan kepalanya menatap langit rumahnya.

Rasa bersalah tak henti-hentinya mengikuti kemana pun ia pergi. Sungguh, Adi tak bermaksud jahat pada anaknya itu. Ia hanya menginginkan Indah sadar dan mereka memulainya dari awal lagi.

***

Perlahan Kayla kecil membuka matanya, pandangannya sedikit mengabur, tetapi tak lama kemudian semuanya terlihat jelas. Ia mendapati sang Ibu berada di sampingnya sambil menggenggam tangannya.

GARIS TAK BERUJUNG ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora