12. Bekerja

5 5 0
                                    

Happy reading♥

***

"Rumah kamu masih jauh?"

Tania menggeleng, "Sebentar lagi sampe kok, kak."

Kayla mengangguk paham, kakinya pegal karena telah berjalan cukup lama. Ditambah lagi ia dua kali naik angkutan umum dari restoran tadi.

Ternyata rumah Tania berada di gang kecil yang cukup terpencil. Sejak lima belas menit yang lalu ia tak berhenti berjalan menyusuri gang. Apalagi sekarang matahari sudah mau tenggelam membuat Kayla harus cepat-cepat sampai.

"Tega si Fira nggak mau temenin gue," gumamnya pelan.

Memang, tadi Fira memutuskan untuk pulang. Ia menyerahkan tanggung jawab Tania padanya. Kayla memang tidak keberatan dengan itu, tapi bagaimana nanti ia pulang sendiri di malam hari?

"Kita sampai, kak."

Kayla menatap Tania yang telah berdiri di depan sebuah kontrakan kecil yang belum di cat. "Ini?"

Tania mengangguk, "Iya, ini rumah aku."

Kayla mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah itu. Hanya ada jemuran baju dan banyak karung kosong yang tergeletak di sana.

"Mama kamu di dalam?" Tanya Kayla.

"Kayaknya mama belum pulang, kak."

Mendengar itu membuat kening Kayla berkerut, "Emang mama kamu kemana?"

"Kalau jam segini mama lagi pergi mulung," ucapnya membuat Kayla mengangguk paham.

"Ya udah kita masuk aja kak," ajak Tania sambil menarik tangan Kayla masuk.

Tapi saat hendak membuka pintu, seseorang dari belakang menghentikan aksi Tania karena panggilannya. Anak itu membalikkan badannya dan mendapati seorang wanita dengan pakaian lusuhnya.

"Mama udah pulang?"

"Iya," jawabnya, "Ini siapa?" Tangannya menunjuk pada Kayla.

"Perkenalkan. Saya Kayla, tadi saya nggak sengaja bertemu sama anak ibu," ucap Kayla ramah.

"Mama, tadi kak Kayla ngasih uang ini buat Tania," Tania menyodorkan uang yang diberikan Kayla tadi pada ibunya.

"Apa ini?"

"Bu, anggap aja itu bentuk permintaan maaf saya buat Tania, karena tadi saya gak sengaja nabrak Tania."

Wanita itu menggeleng, "Gak usah, Nak. Ibu masih bisa ngasih uang jajan buat Tania."

"Nggak papa, itu bisa ibu pakai buat apa aja, bukan cuman buat jajan Tania."

"Terimakasih ya, nak." Ucapnya, "Ya udah, kita masuk dulu, udah mau malam."

Setelah mengangguk, Kayla mengikuti langkah kedua orang itu untuk masuk ke dalam rumah. Ia duduk di kursi yang sudah lusuh sambil mengedarkan pandangannya ke seisi rumah.

"Diminum dulu, Kak. Maaf disini cuman ada air putih," ucap Tania sambil menyimpan segelas air di atas meja.

"Makasih," jawab Kayla. "Oh iya, mama kamu mana?"

"Mama lagi di kamar, mungkin lagi ngasih obat bapak."

Tak berapa lama, Ibu Tania keluar dari kamar dan duduk di depan Kayla. "Makasih, ya nak. Udah anterin anak ibu pulang."

"Iya bu, sama-sama." Ujar Kayla, "Oh iya, kalau boleh tau, apa ibu tau kalau Tania lagi cari pekerjaan buat bantu orang tuanya?"

"Ibu tau, Tania sendiri yang bilang kalau dia mau bantu."

"Tapi, anak seusia Tania harusnya sekolah kan?"

Wanita itu mengangguk, "Iya, saya juga mau menyekolahkan Tania lagi. Tapi untuk makan saja kami sudah kesulitan."

Kayla terdiam sejenak, ia beberapa kali menghela nafas. "Kalau ibu berkenan, apa ibu mau bekerja di rumah saya? Buat bantu-bantu mama saya di rumah. Itu pun kalau Ibu mau, saya tidak akan memaksa."

"Beneran? Saya mau, nak. Saya mau," jawab Wanita itu antusias.

Kayla tersenyum, "Ya udah, mulai besok ibu datang ke rumah saya, ini alamatnya."

Kayla menyodorkan kertas berisi alamat rumahnya kepada wanita itu. "Makasih ya, Nak."

"Oh iya, nama Ibu siapa?"

"Nama Ibu, Murni." Jelasnya, "Mulai sekarang panggil aja Bi Murni."

"Siap, bi. Yaudah Kayla pulang dulu, ya? Udah malam juga."

Bi Murni mengangguk, "Kamu pulang dijemput atau sendiri?"

"Kayaknya minta jemputan aja deh, bi."

Setelah mengatakan itu, Kayla membuka ponselnya dan mencari nomor Rafa untuk meminta menjemputnya.

Rafa
-----------

Kayla : Rafa, kamu bisa jemput aku, gak? Tapi kalau lagi sibuk nggak papa, biar aku pesen taksi aja.

Rafa : Otw, kirim aja alamatnya.

***

"Jadi kamu mau bantu mereka?"

Kayla mengangguk, ia menatap ibunya dengan sorot memohon. "Boleh, kan?"

Sekilas, Indah melirik Rafa yang duduk di sofa tepat di hadapannya. Setelah mendapatkan anggukan dari Rafa, Indah menghela nafas pelan.

"Ya udah, mama izinin tapi mama nggak mau karena ada pembantu, mama jadi gak ada kerjaan di rumah. Kamu harus tetep izinin mama bekerja," ucapnya.

Kayla bernafas lega, ia tersenyum pada Indah. "Siap, mama."

"Yaudah, mama ke kamar dulu, udah malam. Rafa, kamu juga segera pulang, nggak enak dilihat sama tetangga."

Setelah mengecup kening putrinya, Indah melangkah pergi menuju kamarnya. Menyisakan Kayla dan Rafa disana.

"Kamu hebat, Kay."

Mendengar ucapan Rafa membuat Kayla mengerutkan keningnya, "Hebat?"

"Kamu masih memikirkan orang lain yang jelas bukan siapa-siapa kamu," lanjutnya.

"Itu bukan apa-apa, kamu adalah orang paling baik yang pernah aku temui," ucap Kayla.

"Jangan ngomong begitu. Bagi aku, kamu adalah gadis yang paling baik daripada siapapun. Kamu satu-satunya orang yang mengajarkan aku untuk berbuat baik sama orang lain."

Rafa mendekat kearah gadis itu, kemudian ia menyempatkan mengecup kening Kayla sedikit lama. Menumpahkan seluruh rasa cintanya pada gadis itu.

"Aku sayang kamu, Kayla."

***

See you!!!!

GARIS TAK BERUJUNG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang