17. Luka

5 5 0
                                    

Happy reading

***

Malam minggu. Mungkin bagi sebagian orang malam ini sangat istimewa. Biasanya orang-orang yang punya pacar akan berjalan-jalan bersama.

Tapi untuk Kayla, malam minggu adalah kesempatannya untuk belajar. Entah kenapa sudah seperti bagian dari hidupnya. Mungkin karena dulu ia selalu dituntut oleh Ayahnya untuk mendapatkan nilai bagus.

Gadis dengan celana di bawah lutut itu tengah sibuk berkutat dengan bukunya di atas meja belajar. Ditemani segelas susu coklat hangat yang dibuat oleh bi Murni, sang pembantu.

Tok tok

"Masuk," ucap Kayla karena memang kamarnya tidak dikunci.

Tampak kepala bi Murni menyembul di belakang pintu, "Non ada den Rafa kesini."

"Oh iya, bi. Nanti Kayla kebawah," ucap Kayla.

Bi Murni mengangguk, setelahnya ia pergi meninggalkan Kayla untuk melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Gadis itu segera memakai outer-nya karena ia hanya memakai tanktop saja.

Setelah siap, ia turun menghampiri Rafa yang tengah duduk berbincang dengan Indah.

"Tumben kesini, ada apa?"

"Pengen ngajakin kamu jalan-jalan sebentar, aku udah izin kok sama mama kamu." Jawab Rafa.

Indah menganggukkan perkataan Rafa."Iya, Kayla. Kamu jalan bareng Rafa aja, mumpung malam minggu."

"Yaudah, ayok."

Mereka berdua mencium punggung tangan Indah, lalu berjalan keluar. Rafa sengaja mengajak Kayla berjalan-jalan tanpa motor untuk menghabiskan waktu lebih lama bersamanya.

Saat baru saja berjalan beberapa langkah dari rumahnya, Kayla menghentikan langkahnya dan menatap ke sebuah rumah gelap di sampingnya.

Melihat itu membuat Rafa mengernyit, "Kenapa?"

Entah apa yang terjadi, Kayla sama sekali tak mendengar pertanyaan Rafa. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri yang tertuju pada masa lalu.

Rumah itu, sudah lama sekali kosong tanpa penghuni. Beberapa tahun yang lalu rumah itu dijual kepada sebuah keluarga. Tetapi dua tahun yang lalu keluarga itu menjualnya kembali.

Ingatan Kayla akan lelaki itu semakin kuat saat melihat sebuah tangga yang disimpan di samping rumah yang menjadi jalan anak itu untuk menyelinap masuk ke kamar Kayla.

Tak terasa satu tetes air mata Kayla turun membuat Rafa semakin khawatir. "Kayla, kamu kenapa?"

Kayla tersentak saat merasakan sebuah tangan menyentuh pundaknya. "Eng-enggak papa."

"Kamu keinget lagi sama anak itu?" Tebak Rafa.

"Seperti biasa,"

Rafa mengusap punggung Kayla dengan lembut. Mencoba menenangkan gadis itu, "Jangan nangis, aku nggak suka."

Kayla tersenyum seraya menghapus air matanya, "Maaf."

"It's okay, masa lalu memang bisa tiba-tiba lewat di kepala." Balas Rafa, "Kamu pasti masih bertanya-tanya kemana cowok itu?"

Kayla mengangguk, ia tak munafik untuk menyembunyikan hal itu dari Rafa. Toh, Rafa pun sudah mengetahuinya.

"Sabar, ya? Maaf, aku nggak bisa berbuat apa-apa selain menguatkan kamu."

Kayla menggeleng, "Jangan minta maaf. Apa yang kamu lakukan udah lebih dari cukup buat aku."

Rafa mengecup singkat kening Kayla, setelah itu mereka melanjutkan langkahnya. "Mau makan?"

GARIS TAK BERUJUNG ✔Where stories live. Discover now