11. Tania?

5 4 0
                                    

Happy reading

***

"Kenapa sih lo gak terima gue aja. Gue tahu kok, Kayla itu gak sepenuhnya cinta sama lo. Dia cuman manfaatin lo sebagai pelampiasan aja, lo nya aja yang terlalu naif dan buta."

Mendengar perkataan cewek berambut kecoklatan itu membuat Rafa mengeraskan rahangnya. "Kayla gak pernah manfaatin gue. Dia juga cinta sama gue."

Senyuman miring dan menyebalkan itu kini terbit di bibir ranum Silvi. Matanya menatap malas pada Rafa yang masih diam dan memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

"Lo tuh bener-bener kemakan pesona dia, ya? Pelet apaan sih yang dia pake?" Ucapnya, "Lo gak lihat perjuangan gue selama ini? Gue udah cinta sama lo sebelum Kayla datang! Dan sampai sekarang pun, gue masih nunggu kalian putus."

Rafa mengeluarkan tangannya dari saku dan menyimpannya di atas bahu Silvi, "Silvi, sejak awal gue gak cinta sama lo. Gue udah berusaha jelasin itu dari dulu, tapi lo gak pernah denger. Gue juga udah nyuruh lo buat gak ikut sekolah disini, tapi lo sendiri yang ngeyel. Jadi jangan salahin Kayla karena kebodohan lo."

"Siapa disini yang bodoh? Jelas-jelas gue ikut lo kesini buat ngejar cinta gue. Tapi lo malah kepincut sama tuh cewek," Silvi menghentakkan tangan Rafa dengan kesal.

Rafa yang mendengar perkataan Silvi mengusap wajahnya gusar. Ia menatap cewek cantik itu dengan tatapan yang sulit diartikan, "Lo tau segalanya, Sil. Tapi kenapa lo gak mau ngerti? Gue sekolah disini buat jagain Kayla, apa gak wajar kalau gue juga jatuh cinta sama dia? Gue gak mau cuman jadi malaikatnya aja, gue juga mau jadi orang yang spesial buat dia."

"Rafa!!" Seseorang dari ujung koridor memanggilnya, dengan semangat ia berjalan menuju kearah mereka berdua.

"Kenapa, hm?" Tanya Rafa dengan sorot meneduhkan miliknya.

"Rafa, kamu pulang duluan aja, ya? Soalnya aku mau beli buku dulu sama Fira. Atau, kamu sama Silvi aja," ucap Kayla.

"Enggak, aku anterin kamu," tolak Rafa.

Kayla menggeleng, "Gak apa-apa, kamu anter Silvi aja. Aku kan juga bareng sama Fira."

Rafa melirik Silvi yang kini tengah tersenyum. Senyuman yang menyiratkan kebahagiaan. Bagaimana tidak? Hal itu yang selama ini ia tunggu setelah sekian lama sekolah di sana.

"Beneran gak mau dianter?" Tanya Rafa memastikan.

Kayla mengangguk, "Iya, aku bisa jaga diri kok."

"Ya udah, kamu hati-hati." Ucap Rafa seraya mengacak rambut Kayla.

Ia mengangguk, setelahnya cewek itu melenggang pergi meninggalkan mereka. Silvi sedari tadi tak berhenti tersenyum, kebahagiaannya tak bisa terhitung lagi.

"Jangan macam-macam, Kayla tahunya gue sama lo cuman sahabat, gak lebih." Rafa mengingatkan.

"Terserah, yang jelas hari ini gue punya kesempatan buat deket sama lo."

***

Kayla dan Fira tengah berjalan mengelilingi toko buku yang tidak jauh dari sekolah. Mereka sengaja ke sana agar tidak perlu mengeluarkan ongkos. Lumayan kan buat berhemat!

"Eh, Fira ini buku yang gue tunggu!!!" Pekik Kayla kesenangan. Tangannya memegang buku itu sambil mengusapnya dengan lembut seakan takut rusak.

"Udah ketemu? Sekarang kita pulang," ajak Fira.

Jujur saja ia sudah bosan menemani Kayla berkeliling mencari buku yang ia inginkan. Kalau bukan karena Kayla sahabatnya, Fira tidak mau melangkahkan kakinya masuk ke toko buku. Apa kata dunia, nanti?!

GARIS TAK BERUJUNG ✔Where stories live. Discover now