Prolog

35 8 5
                                    

Darah mengalir di atas keramik putih dingin dengan bau menyengat. Semua cairan kental ini berasal dari tubuh-tubuh kaku yang tercabik-cabik. Satu yang patut di syukuri, tubuh mereka masih utuh dan tidak berantakan. Hanya tersisa satu anak perempuan kecil yang memakai gaun merah muda, berlutut di hadapan sebuah bayangan, gaun merah muda yang ia kenakan berantakan dan tercampur dengan noda merah. Banyak luka di di sekujur tubuhnya, namun perlahan luka itu tertutup, semakin besar lukanya maka semakin cepat hilang, begitupun sebaliknya. Hadiah ulang tahunnya hari Amara hari itu tidak akan bisa dilupain. Yaitu melihat seluruh keluarganya tewas di tangan seorang monster berwajah manusia, dia bahkan tidak layak di sebut manusia.

"Padahal sudah kutusuk jantungmu, tapi kau masih hidup." Suara berat tajam yang menusuk hingga ketulang, membuat Amara tak henti gemetaran. "Bukankah ini hadiah yang bagus? Kebanyakan orang ingin hidup abadi. Sedangkan kau saat ini berada digaris perbatasan keabadian."

Sebuah kata-kata yang sama sekali tidak bisa disyukuri. Amara lebih memilih pergi ke tempat yang sama dengan mayat-mayat di depannya, daripada harus gemetaran di depan orang ini. Sayangnya walau puluhan kali jantungnya ditusuk, dia tetap masih membuka mata, meski dengan pandangan kabur.  Amara tidak mengerti dengan keadaannya, dan lagi, rasa sakit luar biasa yang ia rasakan membuatnya terus memohon untuk lebih baik mati.  Serasa dia akan kehilangan akal karena sedih dan sakit luar biasa yang datang secara bersamaan ini.

Bayangan berbentuk orang mendekati Amara. Dia menjambak rambut hitam anak itu, membuat Amara mendangak mendangan bola mata mengerikan bermata merahnya. Matanya melotot, ketakutan melihat sosok mengerikan orang yang baru saja membunuh seluruh keluarganya.

"Kau akan terus hidup, walaupun kau tidak menginginkannya. Ingat saja, mereka mati karena kesalahanmu. Dan jika ada orang lain didekatmu mati, itu juga salahmu. Dengan begitu kau akan membenci garis keabadian yang sedang kau injak ini."

Sebuah kalimat kutukan yang akan menancap selamanya di tubuh mugil anak itu. Amara lalu menjerit kesakitan saat rambutnya di tarik hingga kakinya melayang dari lantai. Dan dengan tenaga penuh, bayangan tadi melempar tubuh kecil Amara ke cermin besar pinggir ruangan. Cermin pecah lalu terbagi menjadi beberapa pecah kaca, dan sebagai menacap ke tubuh Amara. Amara merintih kesakitan, sakit yang luar biasa, sekeras apapun dia menjerit dan menangis, tidak akan ada yang bangun lalu menolongnya, semua sudah mati.

"Astaroth, ingatlah nama itu," sapaan terakhir sebelum bayangan itu menghilang.

...

The Others, makhluk yang memiliki energi negatif yang suka mengacau di dunia manusia. Ada yang bilang mereka adalah makhluk-makhluk jahat yang sengaja dilepas dari Neraka. Tujuan mereka adalah menghancurkan ketentaraan di dunia Manusia. Mereka kadang berwujud seperti urban lokal yang menakuti manusia, tubuh yang bercampur dengan hewan, atau yang lainnya. Tidak banyak yang bisa melihat mereka, dan tidak banyak juga yang bisa memuaskan mereka. Di dunia yang seperti ini, ketidak mungkinan dan kemustahilan ada. Beberapa Orang meiliki kemampuan khusus, entah berkat dari lahir atau pemberian sesuatu, lalu mereka semua akan dikumpulkan ke suatu tempat, dan dituguskan untuk membunuh The Others.

Salah satunya adalah Bhagawanta Academy, BA, sekolah jenjang SMA yang berisi anak-anak dengan kemampuan khusus. Mereka juga mendapat tugas untuk mengalahkan the Others, tentu saja dengan upah yang setimpal. Tidak semua anak datang ke sini dengan cara baik-baik. Beberapa secara paksa dan belum sepenuh terima dengan keadaan mereka yang sebenarnya di sini. Apalagi BA berada di dimensi lain, tempatnya diperbatasan neraka dan dunia manusia. Hanya orang-orang yang diizinkan bisa masuk ke sana. Di sana selain mendapatkan misi untuk mengejar The Others, mereka juga mendapat perlajaran formal layaknya SMA, dan asrama tempat wajib para murid tinggal untuk keamanan. Dan di sanalah latar cerita ini dimulai.

...

by: Rashy Quila
Rashquila

Amara Casia

Amara Casia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bhagawanta Academy - Death Ending Amara (Tahap Revisi) EndWhere stories live. Discover now