Bab 15:

2 0 0
                                    

"Apa cuma aku yang berfikir, genre cerita ini tidak cocok untuk anak di bawah 15 kebawah?" ujar Zero, dia terus saja mengoceh tidak penting.

Kami sepakat mengabaikannya, dan fokus pada misi. "Kau bisa menebas kepalanya?" Tanyaku pada Nabil.

"Dia sangat tinggi, mungkin sulit. Tapi aku bisa bergerak cepat," sahut Nabil dengan senyum percaya diri.

"Apakah kalian sadar sesuatu," cetus Nixie, dia melihat Komodo yang terbang memutar-mutar. "Sebenarnya kita terkurung di sini. Aku mencoba keluar, tapi ada penghalang tidak terlihat di ujung jembatan." 

Aku terlalu fokus pada Komodo, sampai tidak sadar dengan semua itu. Setelah difikirkan juga aneh, Makhluk itu hanya tebang memutar dan menghancurkan jembatan, padahal ada kota luas yang lebih menggoda. 

"Apa tempat ini ilusi?" Aku melirik Zero. 

Dia mengangkat bahu. "Kemungkinan, pantas saja dia menyerang dengan brutal tanpa memikirkan orang-orang. Yaa ... Walaupun orang yang terjebak benar-benar nyata, termaksud kita."

"Cukup basa basinya, aku sudah lelah. Luka ini tidak bisa tertutup karena waktu terhenti." Curang, padahal sakitnya sama sekali tidak berkurang. Tubuhku sangat mengerikan.

Serangan kedua di mulai, Nabil bergerak secelat mungkin di bantu kupu-kupu Nixie untuk naik dan menebas kepala Komodo. Percobaan pertama gagal, Komodo menepisnya, andai tidak di tangkap kupu-kupu Nixie, dia sudah hancur. Percobaan kedua, kali ini aku membantu dengan memberikannya kabel berayun ke atas. Zero juga menghujani Komodo dengan bom, sehingga ia terbang merendah. Berkat semua itu, Nabil bisa menggapai Komodo, dia siap menghunuskan pedang ke leher Komodo.

Tapi ada satu hal yang tidak kami perhitungan, Komodo memiliki empat kaki dan cakar panjang. Satu kakinya melambai, mengenai salah satu kaki Nabil, jeritan kesakitan bergema ketika salah satu kaki Nabil terpotong oleh cakar tajam Komodo. Dia langsung terjatuh, dan melepas pedangnya. Nixie buru-buru menangkapnya, dan membawa Nabil ke depannya, jauh dari Komodo. Wajahnya sangat khawatir ketika darah menyembur dari bagian kaki yang terpotong. Dia buru-buru mengutip jaketnya, dan membungkus kaki Nabil yang buntu.

"Se-setidaknya, Rumah sakit BA bisa menumbuhkan kaki yang buntu," seru Nabil sambil merintih sakit.

"Berhenti bercanda!" tegur Nixie.

Jika tubuhku yang terpotong, aku tidak keberatan, tapi melihar rekanku seperti ini, bayangan saat Astaroth membunuh seluruh keluargaku kembali melintas. Ini pun karena ulahnya, aku tidak bisa hanya diam dan berfikir bagaimana langkah selanjutnya. Pertempuran ini harus aku yang menyelesaikannya, dan aku akan melihat senyum puas pangeran neraka itu

Aku berayun dengan kabel-kabel, dan mengambil pedang milik Nabil. Ada sesuatu di pedang itu yang meredam rasa sakit dalam tubuhku, pedang itu juga lebih ringan dari senapan milikku. Aku turun, dan berlari melewati api dan reruntuhan jembatan juga mobil-mobil mendekati Komodo. Zero berada di belakangku, tak henti menyerang Komodo dengan bom-bom dari origami burung bangau.

Sama seperti Nabil, kupu-kupu Nixie membantuku naik mendekat ke komodo. Dia sempat menyemburkan api padaku, tapi aku berhasil menghindar. Aku menembaki Komodo, agar kepalanya menghadap ke aku, jika dilihat dari dekat, peluruku sedikit berpengaruh padanya, beberapa the Others yang menempel padanya lenyap saat tetkenal tembakan.

Komodo melakukan hal sama seperti pada Nabil ke aku, tapi gerakannya terlalu mudah untuk dibaca. Segerombol kupu-kupu menghantam keras ke tubuh Komodo, di tambah satu bom besar milik Zero, alhasil salah satu sayapnya lepas. Saat ini dia tidak bisa lagi terbang, dan hanya melambai-lambai sambil menyemburkam api ke segala arah.

Tidak perlu membuang waktu, aku sudah muak dengan semua ini. Ku ambil tongkat besi yang tergeletak di jalan, dan tangan kanan memegang pedang. Kupu-kupu Nixie membersihkan area, sehingga aku bisa lewat tanpa terkena serangan dari Komodo. Aku berlari cepat, dan melompati di titik yang pas. Di saat bersamaan, aku merasa sebuah sayap keluar dari punggungku, mbantuku untuk naik lebih ke atas. Hal pertama yang kulakukan, menancapkan besi ke punggung komodo, dia meraung saat besi berhasil tertancap. Aku memutar tubuh, dan dalam satu kibasan memenggal leher Komodo.

Benar kata Zero, mereka langsung tercerai berai menjadi wujud individu seperti di awal. Walau seperti mereka akan kembali bergabung. Kupu-kupu Nixie langsung mamangsa the Others yang lepas, tapi itu tidak cukup sampai semunya habis dan tidak kembali menyatu. Cara kedua milik Zero, Zero menarikku menjauh dari sana, berlari ke ujung jembatan mendekati Nixie dan Nabil yang tergeletak.

Satu ... dua .... tiga .... ledakan besar dari bawah jembatan menghantam, seperti melihat bom atom yang saat film dokumentasi jatuhnya kita Nagasaki. Ledakan itu menyapu segala hal yang dikenai, termaksud the Others. Cahanya sangat terang, hampir menggantikan matahari di siang hari. Dia juga melempar setiap mobil yang berada di dekat Komodo. Aku menutup mata dan telinga sambil meringkup di atas aspal. Ledakan ini menjadi akhir dari pertarungan panjang kami malam ini.

Sebelum semuanya benar-benar berarti dan kami kembali ke dunia asli, di ujung jalan ini seorang pria dengan setelan jas juga rambut rapi tersisir ke belakang Berdiri di samping mobil hitam mengkilapnya. Dia tersenyum, menatapku dengan tatapan sama seperti hari itu di balik kaca matanya. Samar-samar aku mendengar sebuah suara ...-

"Datang dan bunuhlah aku, Amara."

###

Saat Komodo selesai semua kembali seperti semula. Hanya penampilan kami yang tidak karuan, penuh luka dan sangat berantakan. Intel langsung datang mengerumuni jembatan, menahan kami, dan langsung membawa Nabil yang hampir kritisi ke BA. Sedangkan Zero, ada satu hal yang baru kutahu dari nya, karena dia berasal dari dunia paralel lain, Zero tidak bisa masuk ke BA. Namun tentu saja dia tidak dibiarkan pergi, Intel berkerja khusus untuk mengawasi Zero, setidaknya agar dia tidak mencari pelanggan dan berulah lagi.

Sebulan berlalu sejak kejadian itu, aku menghabisi 3 hari penuh berbaring di kamar sendirian setelah malam itu. Nixie yang biasanya tidur di sini, kini sibuk bolak balik ke Rumah sakit. Dia menggunkan terlalu banyak kupu-kupu, sehingga keadaan semakin tidak stabil, dia cukup beruntung masih hidup malam itu, tapo kemungkinan besar tidak akan bertahan untuk beberapa misi ke depan jika menggunakan terlalu banyak kupu-kupu. Dia juga sering menggunjungi Nabil, BA cepat bertindak sehingga Nabil bisa mendapat kaki baru walau sambungan milik seseorang. Dia belum terbiasa dengan kakinya, sehingga harus duduk di kursi roda sampai UAS datang.

Tidak ada yang berubah, selain sebulan ini aku dan Nixie tidak diizinkan misi karena laporan yang kami buat menerangkan bahwa Astaroth ikut campur. Itu fakta, aku melihatnya sendiri, dan Zero juga mengatakan hal sama, walaupun kuyakin dia juga berniat untuk tidak disalahkan. Kondisi Nixie dan aku yang memburuk juga alasan lain kami tidak bisa menerima misi.

Sebenarnya secara fisik aku tidak apa-apa, tapi bertemu lagi dengan makhluk yang membunuh keluargaku, juga aku belum sepenuhnya pulih dari ilusi yang dibuat Zero,membuat mentalku sedikit terguncang. 3 hari pertama aku bisa tidur karena kelelahan, setelahnya aku terus kehilangan kendali dan baru bisa ditenangkan dengan obat-obatan. Aku terus bermimpi pertemuan kedua kami, dan aku yang maju untuk membuh Astaroth.

Bhagawanta Academy - Death Ending Amara (Tahap Revisi) EndTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon