Bab 3 - Collab Partner?

5 2 0
                                    

Gadis itu duduk di tepi rooftop gedung, kepalanya menunduk menatap kendaraan yang berhenti di tengah macet, suara kelakos dan mesin terdengar sampai atas sini. Angin bertiup kencang, menghempas tubuhnya dan mengibarkan rambut panjang itu. Dia tidak merasa dingin, walau hanya mengenakan kemeja tipis berwarna putih dengan rok span berwarna abu-abu.

"Sering berjalannya waktu, kufikir semua akan baik-baik saja, tapi tidak sama sekali. Semuanya sama ... melelahkan," dengusnya. "Sekolah, teman, keluarga, aku benci segalanya. Jika aku mengajar semunya, apa akan lebih baik?" matanya menyorot ke samping, seorang gadis yang berdiri di sebelahnya. Walau disebut gadis, dia tahu gadis itu bukan manusia. "Aku tahu, bukan aku saja yang lelah. Walaupun begitu, aku ingin istirahat sebentar. Lalu memutuskan ... apa tetap di di sini, atau besok aku harus melompat seperti yang kau inginkan."

###

"Collab?" gumamku setelah membaca misi yang diberikan. Nixie melongok padaku dengan bingung.

"Kita harus bergabung dengan tim lain. Wah itu Bagus untukmu bergaul."

Aku menyipitkan mata. "Kau fikir aku tidak bergaul dengan yang lain?"

"Sudah 2 bulan lebih kita masuk kelas, tapi kau bahkan belum hafal nama teman sekelas. Apa itu tidak parah?" memang aku hanya menghafal nama-nama anggota kelas yang penting, Giandra, Eva, Ava ... sepertinya hanya itu.

"Soal bergaul? Sepertinya kau perlu cermin," dengusku dengan memutar bola mata. Dia selalu tidur saat kelas dan hanya berbicara denganku saat bangun. "Jangan difikirkan, kota akan collab dengan anak kelas sebelah, XD."

Aku celingukan, hanya ada kami berdua di kelas, yang lain sudah membuka portal dan mulai misi. Tidak ada banyak hal yang tertulis dari kertas kecil ini, kami harus menunggu rekan collab ... mungkin akan lebih baik kusebut patner, patner baru kami datang. Biasanya misi diberikan lewat email, dan dalam hal khusus secarik kertas kecil.

Aku dan Nixie sampai sekarang tidak punya HP, Nixie mengunakan kupu-kupu sebagai media komunikasi dan mengawasi sekitarannya, seperti CCTV atau alat pelacak, selain sebagai senjata. Sedangkan aku sepertinya tidak perlu benda itu, aku bisa menyampaikan pesan ke Nixie lewat kupu-kupunya, saat misi dia membuatku satu atau dua kupu-kupu untuk mengikutiku. Dulu aku sempat punya benda pipih itu saat SMP, lalu suatu hari kubuang karena tidak lagi berguna.

Ada seseorang yang berdiri di balik kaca jendela, postur tubuh dan model rambut yang nampak asing, dia jelas bukan murid kelas ini. Aku memberi isyarat kepada Nixie untuk keluar, patner kita sudah datang, dengan berat hati dia mengangkat kepala dan berjalan keluar mengikutiku. Kesan pertama yang kudapati dari orang itu, dia nampak normal, tanda kutip penampilannya. Rambut hitam, bola mata hitam, dan wajah lokal seperti Giandra, gayanya seperti anak indie, rambut panjang yang dikucir setengah. Melihat kami keluar kelas, dia sudah tahu bahwa kami patner misinya, dia tersenyum menyapa kami.

"Kufikir bakal lama nunggunya. Kalian bener Amara dan Nixie kan? Susah juga mencari kalian di BA-line, jadi kudatangin langsung ke kelas," celotehnya, ini tidak akan jadi misi yang sunyi seperti biasanya.

"Maaf, tapi kami tidak punya HP. Kebetulan HPku rusak." Kata orang berbohong itu boleh disituasi khusus, akan panjang dijelaskan jika mengatakan kami tidak punya HP. "Ngomong-ngomong namamu?"

"Oh iya, aku Nabil anak kelas XD, salam kenal." Dia menyengir lebar dan menjabat tangan kami satu persatu. Aku memasang senyum palsu dibandingkan bertampang lesu seperti Nixie.

"Kalau begitu langsung jelaskan saja misinya. Di sini atau masuk ke kelas?" tanyaku.

Dia mengeluarkan sebuah kunci dari dalam kantong, kunci portal antar dimensi. "Bagaimana jika ku jelaskan di jalan untuk mempersingkat waktu.

Aku tersenyum, ini cara yang kusuka, langsung bergerak tanpa menyia-nyiakan waktu. "Baiklah, dengan senang hati."

Dari informasi yang kudapatkan dari Nabil, sebenarnya ini misi milik temannya, tapi teman Nabil tidak bisa menyelesaikan misi ini dalam jangka waktu seminggu, sehingga misi dilempar ke Nabil. Sebenarnya bisa saja Nabil menyelesaikan misi ini sendiri, tapi karena sudah banyak waktu terbuang, dan korban semakin banyak, kami diminta ikut bekerja sama.

Sejak bulan lalu di tengah kota marak terjadi khasus bunuh diri yang dilakukan oleh remaja SMA, kebanyakan dari mereka masih mengenakan seragam lengkap. Ada kecurigaan ini khasus pembunuhan, namun terbantahkan saat seseorang saksi melihat mereka berdiri sendirian di atas gedung sebelum melompat, tentu saja di mata BA ini adalah perbuatan The Others. Total khasus sejak kejadian pertama sampai sekarang sekitar 10, setiap minggu ada 2 anak SMA yang bunuh diri di tempat berdekatan. Nabil mengantarkan kami langsung ke lokasi.

Jalanan macet dengan mobil saling berdempetan, suara klakson dan mesin membising di suduk kota, asap semakin membuat matahari terasa panas, banyak orang berjalan ke sama kemari dengan kesibukan masing-masing. Tempat seramai ini pasti akan heboh ketika melihat tubuh dan hancur di jalanan, padahal ada banyak orang, tapi sampai saat ini mereka hanya melihat anak-anak itu terjun dan tidak ada laporan penyelamatan, seegois itu manusia. Nixie menutupi rambutnya dengan topi jaket, dia menyebarkan kupu-kupu di setiap langkahnya, kupu-kupu Nixie hampir sejenis dengan teh Others, jadi hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat rombongan kupu-kupu menyebar ke seluruh kota.

"Kemampuan yang hebat," decak kagum Nabil melihat para peliharaan Nixie berterbangan. Aku menoleh ke arah Nabil, sampai sekarang aku hanya tau nama dan kelasnya.

"Apa kemampuanmu?" tanyaku.

Dia melinguk. "Hmmm, tidak begitu spesial."

Aku mendengus dan memutar bola mata, ungkapan merendah untuk meroket terlintas di benakku. Aku menyengir dan menyipitkan mata. "Katakan saja," desakku.

Dia terdiam memilih kata-kata, padahal itu pertanyaan yang mudah, biasanya begitu. "Bahasa kerennya mungkin Agility." Kemampuan dalam mengubah arah gerakan, singkatnya dia sangat lincah, tolong jelaskan apa maksud ucapan 'Tidak sepesial'. "Kau sendiri?" dia berbalik bertanya.

"Regenerasi cukup baik," jawabku singkat dengan memalingkan wajah ke Nixie, Nixie terang-terangan mengabaikanku. Aneh rasanya mengatakan bahwa aku ini makhluk yang hampir disebut abadi. "Sudahlah, ayo bergerak. Nixie kau sudah mendapat jejak?"

Seekor kupu-kupu menempel di samping matanya, dia berbicara dengan bahasa yang hanya bisa didengar Nixie. "Tempat ini dikelilingi banyak the Others," ujarnya.

Aku secara refleks melihat sekitar, setiap suduk kosong terdapat banyangan the others. Ada banyak manusia egois dalam satu tempat, mereka pasti setiap hari makan besar, sekarang aku tidak merasa aneh tahu banyak kejadian bunuh diri di sini. Semakin banyak energi negatif yang mereka makan, mereka akan semakin rakus, dan menginginkan lebih yaitu jiwa manusia. Pasti ada seekor The others dengan level 3 keatas yang menghisap 10 jiwa anak-anak bunuh diri, dia pasti yang paling rakus di antara yang lain.

Nixie melongo, wajahnya nampak tegang. "Ada seseorang yang naik ke atas gedung." Nixie menunjuk sebuah gedung yang tak jauh dari kami. "Dia ada di sana, dia juga tidak sendiri. The others level 4 di belakangnya."


-oOo-
To be continued

Bhagawanta Academy - Death Ending Amara (Tahap Revisi) EndWhere stories live. Discover now