Bab 6:

2 0 0
                                    

"Kenapa kau menghindar Nabil?" tanyaku. Nixie menatak dengan datar.

"Maksudnya?"

"Misi Kemarin, kau menjauhkannya bahkan tidak berbicara secara pribadi dengannya."

Nixie mendengus dan mengalihkan pandangannya. "Lebih cepat jika kita menyelesaikannya berdua seperti biasa, kan?"

"Memang begitu." Tapi bukan itu jawaban yang tepat, di tanya sekali lagi Nixie pasti beralasan. "Sudahlah, terserah kau saja."

Aku berdiri dari kursi, anak-anak kelas sedang berkumpul dengan kelompok kecil mereka, baik BA ataupun sekolah biasa sama saja. Aku benci uasana seperti ini, lebih baik duduk sendirian di bangku daripada harus bergabung suka ketika mendengar cerita salah satu dari mereka. Dulu saat SMP aku punya kelompok seperti itu, namun tidak berakhir dengan baik, setelah lulus aku bahkan tidak mendengar kabar salah satu dari mereka. Kurasa para Intel BA sudah menghapus kenangan tentangku pada mereka, BA tidak akan mengambilnya resiko walau sekecil apapun, apalagi untuk tahanan sepertiku dan Nixie. Tidak masalah jika mereka melupakan ku, karena aku juga tidak ingin lagi bertemu apalagi berurusan dengan hal-hal yang sudah lewat.

Ketika aku keluar kelas, Nabil berdiri di sana, menyapaku dengan senyum khasnya. "Hai Amara."

Aku merengut, urusan kami sudah selesai Minggu lalu, karena misi itu aku harus tidur seharian di kamar dan membatalkan rencana liburan. "Ada apa?"

"Kau ketus sekali, bukannya kita teman?" Teman yang kuanggap di dunia ini hanya Nixie, dan sisanya hanya kenalan. "Baiklah langsung intinya saja."

"Katakan saja, jika kau menunggu Nixie dia tidak akan keluar."

"Kalian sepertinya kompak tidak suka padaku." Nabil mengelus HP dan menampilkan poster di layarnya, poster Film horor yang sudah keluar lama namun masih hits, aku sering melihat poster itu di mall atau pinggir halte. "Kau mau nonton? Temanmu juga ... kalau dia mau." Nabil sadar Nixie akan menolaknya.

"Hidup kita sudah horor, dan kau mengajak menonton film horor yang dibuat-buat?"

"Apa kau mau film romantis?"

Itu malah lebih memuakkan, aku suka sebenarnya cerita romantis di novel atau film, walau di dunia nyata tidak ada cerita semulus itu, tapi melihatnya dengan orang lain apalagi laki-laki ... hmm, agak aneh bukan? "Kita nonton ini saja."

Nabil tersenyum senang. "Jadi kau menerimanya? Wah aku senang, kufikir kau akan menolak jika ku ajak." Sebenarnya aku juga berniat menolak, tapi aku bosan menghabiskan akhir pekan berjalan-jalan tanpa tujuan seperti orang hilang.

"Kenapa kau mengajakku nonton?"

"Berkat kau dan temanmu aku dapat uang besar. Aku ingin membalas kalian, misal mentraktir makan atau nonton, walau sudah jelas temanmu tidak mau." Tentu saja banyak, selain mengejar the Others level 4, Nixie membersihkan the Others level rendah di sekitar sana, peliharaannya terlalu rakus.

"Nixie tidak bermaksud menolakmu, hanya saja dia harus perawatan rutin setiap Minggu." Dalam tanda kutip tidur seharian sambil memberi makan peliharaannya.

"Ahahaha, kau tidak perlu membela temanku agar aku senang." Bukan seperti itu sih, tapi yasudahlah aku turut senang karena dia senang. "Kalau begitu Minggu jam 9, aku harus menunggu di mana?"

"Depan asrama saja."

"Baik, see you." Dia berjalan kembali ke kelasnya.

Sudah lama aku tidak nonton atau pergi bersama teman satu sekolah di akhir pekan, Nixie selalu menolakku dan memilih tidur, selain misi dia tidak mau pergi keluar BA. Terakhir aku keluar bersama teman dengan normal, bukan berburu the others yaitu saat SMP. Sebenarnya aku tidak lulus SMP, bukan karena aku bodoh atau bermasalah, di pertengahan kelas 8 BA sengaja mengeluarkanku dari sana. Saat itu aku tidak tahu apa alasannya, dan hanya menurut lalu mengisi sisanya dengan belajar privat bersama Nixie di BA, aku tidak keberatan, karena masa SMPku tidak terlalu menyenangkan, aku malah berharap sejak awal tidak masuk ke sana. Lalu ketika masuk BA secara resmi aku tahu alasan kenapa BA mengeluarkannku dari sekolah, karena keberadaanku Sudah terdeteksi oleh makhluk itu, salah satu dari 4 Penjaga neraka, Astaroth.

###

Astaroth, dalam buku Astaroth adalah bangsawan iblis kelas 1. Penampilannya selalu digambarkan dengan wujud manusia yang memiliki sayap dan memakai mahkota. Peliharaan kesayangan makhluk itu adalah ular bersayap, atau lebih di kenal sebagai naga. Sebutan lain untuknya adalah pangeran neraka. Dan dia juga menjadi lambang dari 7 Deadly Sins, dosa kemalasan. Dalam panduan the others BA, dia salah satu dari 4 penjaga neraka dengan Level 6, satu tingkat di bawah Hades sang raja iblis level 7. Berbeda dari the Others level rendah di bawahnya, mereka memiliki wujud sempurna seorang manusia, dan memiliki kehidupan normal selayaknya manusia, sehingga tidak ada yang sadar mereka the others sampai ketika dia menghisap jiwamu, seperti yang terjadi dengan keluargaku. Sekeras apapun aku coba melupakannya, dia selalu muncul setiap aku lengah dan menutup mata.

Ava datang menghamburkan lamunanku, dia selalu berwajah datar sehingga sulit membaca ekpresinya, padahal aku sudah Izin tidak mengerjakan misi sampai minggu depan, tapi dia malah memberiku secarik kertas. Aku mendengus kesal, mengomel padanya juga sia-sia, dia dan saudarinya langsung menghilang setelah itu. Dengan berat hati aku membaca misi yang diberikan Ava, itu bukan misi rupanya, tapi hal lain yang membuatku melongok.

[Belilah HP untuk Misi berikutnya. Bukannya kau banyak uang?]

"Hmm... sepertinya dia cemburu karena kita menang banyak Kemarin," ujar Nixie yang ikut membaca. Aku langsung meremas kertasnya dan melemparkannya ke jendela. "Awas Intel BA berkeliaran."

Aku meliriknya sinis. "Ini juga berlaku padamu. Kau juga harus beli HP."

Dia tersenyum seperti tidak punya dosa. "Kan ada kau?"

"Kali ini tidak ada perwakilan, kita beli HP atau tidak usah ada misi sama sekali." Jawaban yang membuat Nixie terdiam. "Apa kau mau melakukan misi sendiri?" dia makin membatu. Aku turak tahu alasannya, tapi Nixie lah yang sejak awal meminta satu tim dan tidak ingin bekerja sendirian.

"Baiklah baiklah, ayo lakukan, titip boleh?" dia menyengir padaku, seram.

"Gak!" tegasku, dia kembali membantu.

"Bukannya minggu ini kau ada kencan?"

"Itu lebih seperti ucapan terima kasih, bahkan kucing membero hadiah ke orang sebagai tanda terima kasih." Dia makin merenguk. Aku menghela nafas. "Ada masalah apa sih kau dan Nabil?"

"Tidak ada," jawabnya cepat dengan memalingkan wajah, jelas sekali ada sesuatu yang disembunyikan. Jika Nixie menolak, lebih baik kutanya langsung ku Nabik, jika dia mengelak juga, kudoakan semoga mereka jodoh.

"Kita pergi bertiga, suka tidak suka kau harus ikut, mengerti?" dia hanya mengangguk dengan wajah merengut. Aku cuma berharap semoga hari minggu nanti menyengakan.

Bhagawanta Academy - Death Ending Amara (Tahap Revisi) EndWhere stories live. Discover now