Bab 14:

2 0 0
                                    

"Aku benci orang sepertimu," dengusuku.

"Baiklah, aku akan menjadi orang baik setelah ini," ujar Zero, dia kembali melipat origami kertas.

Beberapa kali aku melihat, the others yang menyatu saat ini berbentuk seperti komodo bersayap naga yang memiliki ekor bersisik dengan seluruh tubuh berwarna hitam, hanya terlihat cahaya terang dari 2 lubang matanya dan ketika ia meraung. Waktu terhenti, yang bisa melakukan hal seperti hanya makhluk dengan kekuatan sebesar dimensi, pangeran dari neraka, dan makhluk di depan ini adalah tunggangannya, begitulah yang dijelaskan di buku.

Berkat Zero, kami berdua bisa naik kemabli ke atas jembatan dengan cepat. Monster itu semakin menggila, dia menyingkirkan setiap mobil yang ada di jalannya, dengan sesekali meraung. Nabil dan Nixie mendekati kami, ekspresi mereka hampir sama, melongok tidak percaya aku dan Zero akur padahal beberapa saat lalu saling membunuh, juga mereka menyalahkan Zero atas monster ini.

"Bukan aku, sumpah," Zero menyakinkan kami. Di saat seperti ini pasti akan sangat sulit mencari pembenaran, kecuali aku mereka tidak akan mentah-mentah percaya bahwa bukan Zero yang melakukannya. Nabil dan Nixie kompak tidak percaya dengan Zero."Jika aku mengalahkannya, kalian percaya?" ujarnya lagi.

Aku menghela nafas panjang, dan melepas borgol yang mengikat kami. "Buktikan sendiri, jangan banyak mengoceh."

"Kau percaya padanya?" tanya Nabil.

"Dia tidak bisa kabur sekrang." Makhluk itu ada disekiar sini, melihat dari siatuasi saat ini, Astaroth pasti berniat menghabisinya. Dia bukan sepertiku, yang tidak akan mati sekeras apapun dia mencobanya.

"Jika kau berkata seperti, maka lakukanlah. Kita perlu banyak kekuatan untuk makhluk itu," sahut Nixie.

Aku memungut senapan yang untungnya tidak jatuh ke dalam sungai, ada banyak peluru tersisa, walaupun sepertinya aku harus memutar otak jika mahkluk itu tidak kunjung lenyap. Zero sudah membuat banyak burung bangau yang ia sebar ke setiap sudut, itu mungkin sejenis senjata untuknya. Walau berat hati, Nabil terpaksa menerima keberadan Zero, lagipula zero bukan misinya, komodo bersayap di depannya adalah misi sebenarnya. Hanya Nixie yang tidak banyak bertanya, dan cepat mengacuhkan Zero, dia melepas jaket, menampakan goresan-goresan di lengan yang selama ini ia sembunyikan. Ribuan kupu-kupu terbang mengerumuni jembatan ini, suara mesin mobil kini berganti dengan kepakan sayap dan raungan komodo itu.

Zero tersenyum padaku, kali ini senyumnya tidak terlalu menyebalkan seperti sebelumnya, "Jangan diam saja, pergi dan tepati ucapanmu."

"Akan kulakukan lady."

Zero memulai lebih dulu, dia melompat dari atap mobil ke mobil. Tidak hanya itu, Zero membuka gerbang dimensi dan memindahkan orang-orang yang ada d sini sehingga tidak ada korban. Kemampunnya sangat luar biasa, harus kuakui itu, walau semua ini terjadi karenanya. Burung bangau yang ia buat terbang ke arah the others berbentuk komodo itu, dan langsung meledak ketika bertabrakan. Raungannya hampir membuat telinga pecah.

"Akan kau namai apa mokhluk itu?" tanya Nixie yang berdiri di belakangku.

"Sebut saja Komodo, aku tidak punya ide nama bagus," jawabku.

"Baiklah, kau yang membuat laporan ke BA nanti."

"Apa!" Nixie tertawa melihat ekpresiku.

Kupu-kupu Nixie menghantam komodo dengan waktu bersamaan, mengalihkan perhatian komodo sehingga aku dan Nabil tidak terkena seranagnnya. Bom-bom dari Zero terus berlanjut, hingga sebuah ledakan besar membuat Komodo jatuh ke dalam sunga. Aku berayun di kabel-kabel yang ada di sekitar jembatan sambil menghujani ratusan peluru ke arah Komodo, bahkan andai kabel ini menyetrum, aku hanya akan merasa sedikit geli. Kulit Komodo sangat keras, bom Zero bagkan tidak dapat melukai tubuhnya. Tentu saja, mereka the others yang mengeras ketika bersatu. Aku melirik pedang Nabil, benda suci yang bisa melenyapkan the others level kecil.

"Nabil! Kau bisa melukai dia?" teriakku dari atas jembatan.

"Sulit, aku tidak bisa menggunakan pedang saat di air." Dan dia tidak akan beguna apa-apa saat ini.

"Jangan hanya menjadi penonton," seru Nixie.

Sekelompok kupu-kupu menempel ke tubuh Nabil, mereka menerbanmgkan Nabil mendekat ke arah komodo yang setengah kakinya terendam air. Bau benda suci langsung bisa mereka cium, ekornya berayun dan berusaha menyerang Nabil, untungnya kupu-kupu Nixie pandai menghindar. Nabil di lepas dari udara, jatuh ke arah ekor Komodo, dia menghunuskan pedang, cahaya keemasan bersinar terang, dan satu tebasan langsung memotong ekor Komodo, Mahkluk itu meraung keras. Ekor yang terputus terurai kembali menjadi the others yang dengan wujud individu masing-masing, sebelum mereka kembali menyatu, kupu-kupu Nixie langsung memakan mereka.

Komodo yang panik, berjalan ke depan menghantam jembatan, jembatan langsung runtuh menjadi dua ketika Komodo berusaha naik ke atas. Aku bergantungan di kabel, sehingga tidak jatuh ke air seperti mobil-mobil di sana, untung semua orang sudah dipindahkan Zero. Nixie membantu Nabil yang hampir tenggelam di sungai, membawanya naik ke atas tanggul, kupu-kupunya juga membawa naik pedang milik Nabil.

Semburan api keluar dari mulut Komodo, membakar semua benda yang ada di sekitar juga meruntuhkan pilar-pilar jembatan. Salah satu semburan api membakar kabel tempat aku berayun, aku terjatuh ke atas aspal, dan tanpa kusadari dari atas reruntuhan pilar jembatan mengenaiku. Jika tubuh ini tidak abadi, aku pasti sudah mati. Dengan susah payah aku keluar dari reruntuhan, walau dengan darah mengalir di kepala, dan sebuah besi menancap di perutku. Aku menarik paksa besi itu, walau pancuran darah langsung keluar dari sana. Komodo di depanku semakin menggila dan saat ini terbang berputar menabrak setiap pilar jembatan sambil menyemburkan api.

"Kau tampak mengerikan sobat," sahut Zero yang berdiri tak jauh dariku.

"Daripada mengomentariku, lebih baik kau fikirkan cara mengalahkan Komodo."

"komodo? Jadi kau sudah menaimainya duluan. Padahal sejak tadi aku berfikir untuk memberinya nama yang keren."

"Berhenti basa basi, lakukan sesuatu." Sepertinya ada organ dalamku yang hancur, darah keluar dari mulutku. Berkat situasi kacau sekarang, aku tidak bisa merasakan sakit. "Tunggu, bagaimana caramu mengeluarkan mereka tadi?" dia merobek dimensi dan mengeluarkan ratusan the others dalam waktru bersamaan.

"Ah itu ... lubang hitam dunia pararel. Tapi ... syarat masuk ke sana adalah mereka menginginkannya. Saat itu mereka masuk ke sana untuk menghisap jiwa orang yang di gantikan dari Univers lain. Dan lagi, raung tersisa kugunakan untuk mengungsi orang-orang," Wajahnya mendadak murung. "Dan penjaga neraka soalan itu menutup lubang hitam sehingga aku tidak bisa kabur."

Aku memeberi kepalan tangan ke perut Zero, hingga dia terlempar. "Jadi kau tidak setulus ucapanmu."

"Aghr ... tunggu-tunggu, aku sudah memikirkan rencana," dia merintih kesakitan sambil berusaha berdiri.

"Katakan!" aku menodong besi yang tadi menancap ditubuhku untuk mengancamnya.

"Fuuh, gunkan pedang tadi, penggal lehernya, inti mereka ada di sana. Aku sudah menyerbu bom ke sana, tapi tidak mempan."

"Apa yang terjadi setelahnya?"

"Mereka akan terserai berai, dan kupu-kupu temanmu bisa langsung mengkonsumsi mereka. Jika tidak, aku sudah menyiapkan bom besar di sungai saat kita di tanggul, satu ledakan bisa melenyapkan seluruh the others."

Saat kami duduk di tanggul, Zero mengapungkan 1 burung bangau ke atas sungai. Ternyata itu sebuah bom, aku tidak yakin dia sejak awal ingin meleyapkan seluruh the others, atau untuk hal lain yang tidak bisa kutebak. Zero orang yang tidak bisa ditebak, dia punya tujuan baik, hanya saja dengan cara salah, dan membuat kacau keadan seperti saat ini. Aku tidak bisa sepenuhnya percaya, tapi di titik ini aku harus melakukan apapan agar semuanya selesai.

"Nixie, lempar pedangnya!" teraikku.

Bhagawanta Academy - Death Ending Amara (Tahap Revisi) EndWhere stories live. Discover now