Bab 2 - Fast Mission

7 2 0
                                    

Peluru-peluru menembus bayangan hitam yang berdiri berjajar di jalanan, aku bersembunyi di balik pagar tembok sambil mengarahkan senapan ke setiap the others. Yang ku suka dari senapan ini, dia bisa menembakkan 720-760 butir per menit, dalam radius jangkauan 300 m, produk asli Indonesia sehingga mudah untukku mencari cadangannya.

The Others level 2, mereka memang makhluk lemah dengan bentuk setengah-setengah dan akan lenyap dalam sekali tebas. Namun terkadang mereka berkumpul di satu tempat hingga jumlah ratusan seperti ini. Senjata biasa tidak akan membunuh The Others, senapan serbu versi SS2-V2HB ini, sebelumnya sudah dimodif sehingga bisa melenyapkan para the Others, lebih mudah menembak ratusan the others dengan membabi-buta daripada harus menggunakan pistol Glock Meyer 22 yang sering kupakai.

Belum satu dua berlalu sejak kami menemukan perkumpulan the Others, aku dan Nixie sudah berhasil menyelesaikannya. Berbeda denganku yang sibuk memegang senapan, Nixie hanya duduk di halte dekat sana sambil mengawasi hewan peliharaannya yang sedang makan malam. Ratusan the others dalam sekali sesi makan pasti sangat memuaskan mereka.

Pertarungan hari ini berlalu dengan singkat dan cepat. Ada 7 level tinggkat the Others dan mereka hanya level 2, tidak ada pertarungan menegangkan seperti yang orang lain bayangakan, walau mereka berjumlah ratusan dalam 1 tempat. Aku keluar dari tempat persembunyian, menggantung senapan ke punggung, dan mencari Nixie.

Akan lebih mudah jika aku melakukan parkour, daripada harus melewati jalan yang memutar-mutar, lagipula aku tidak akan mati walau jatuh dari ketinggian. Aku mendapat latian parkour di BA ketika masa liburan sekolah sewaktu SMP, mereka berbaik hati menjadikan area Academy sebagai tempatku berlatih.

"Kau tidak berniat mengagetkanku kan?" sambut Nixie ketika aku baru turun dari atas bangunan.

"Jika maksudmu melihat tubuhku hancur? Jangan cemas, aku tidak seceroboh itu," jawabku.

"Pardon?" dia berusaha mengingatkanku tentang perburuan kami selama 2 bulan ini. "Dan jangan lupa yang kemarin."

"Hehehehe, aku minta maaf. Lagipula itu tidak seberapa."

"Bukan itu yang kukhawatirkan." Nixie mendengus lalu berdiri, kupu-kupunya mendekat dan memaksa masuk ke jaket hitam yang ia pakai, mereka lenyap di dalam sana. "Jika ada orang melihat akan sangat merepotkan."

"Tenang saja, kan ada tim Intel." Aku menepuk-nepuk pundak Nixie. Tim Intel BA memiliki tugas yang salah satunya membersikan TKP termaksud saksi mata.

"Akan lebih baik jika kita kerja dengan rapi." Nixie menutup mulutnya yang menguap. "Untung cepat selesai, ayo kembali aku ingin tidur." Yang ada di fikiran Nixie hanya tidur dan tidur, bahkan saat misi dia bisa tertidur di sembarang tempat.

"Tidurlah, aku akan menghitung berapa pendapatan yang kita dapatkan."

Dalam hidup yang panjang ini, aku sudah tidak lagi percaya mimpi, dan berfikir untuk setelah lulus akan lanjut kuliah atau bekerja seperti anak SMA normal. Pendapatan selama berburu menjadi penghibur dan tujuanku saat ini, walau hanya sekedar kesenangan sesaat. Aku akan mengumpulkan banyak uang minggu ini, laku berfikir bagaimana cara menghabiskannya saat hari minggu tiba. Ke mall dan menghabiskan seharian penuh di game zone, atau ke berbagai festival dan Event, itu caraku untuk bersenang-senang. Tentu saja aku sendirian, Nixie akan memilih tidur dari pada berkeliling denganku seharian penuh.

###

Dibandingkan dengan air hangat, aku suka mandi air dingin di malam hari, membuat tubuhku mengigil namun setelahnya penatku hilang. Masa bodoh dengan kata orang yang mengatakan mandi air dingin di malam hari tidak sehat, faktanya aku tidak akan mati sampai usia 80 tahun. Aku berendam di bak terlalu lama sampai tanganku berkerut, aku sering melamun lalu tanpa sadar melewatkan banyak waktu.

Ketika aku keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepala, Nixie sudah mencari posisi nyaman di atas kasur. Aku menggelengkan kepala, dia bahkan belum menyentuh air sejak pulang dari berburu, ya walaupun aku menguasai kamar mandi sejak tadi, tapi andai dia ada niat untuk mandi setidaknya dia sudah sedikit bersiap, bukan menggeliat di atas ranjang.

Aku duduk di depan meja rias, menatap diriku yang mengenakan kaos putih dengan tulisan besar 'Yogyakarta', kenang-kenangan karya wisata saat SMP dulu. Suara hairdryer membising, membangunkan Nixie yang sesaat tadi masih setengah sadar. Aku benci bantal basah jadi sebelum tidur rambutku wajib kering.

"Apa sudah pagi?" tanyanya setengah sadar.

"Jika pagi yang kau maksud ketika matahari muncul, belum. Ini masih jam 1 pagi," jawabku.

Dia mengucek matanya, dan duduk di pinggir Ranjang. "Lagi-lagi kau menggangguku tidur," dengusnya. Aku hanya terkekeh, bukannya dari tadi dia hanya setengah tidur? Aku melihat matanya berkedut saat keluar dari kamar mandi.

"Ngomong-ngomong ... menurutmu mengapa ada the others sebanyak itu dalam satu tempat? Bukankah ini aneh?" aku mematikan Hairdryer, dan membalikan badan menghadap ke Nixie.

"Entahlah." Dia mendengung cukup lama, memikirkan jawaban pertanyaan dariku. "Mungkin sedang pesta?" ada nada receh dari ucapannya.

Aku menaikkan salah satu alis, jawaban yang tidak Membuaku puas. Ada satu opini yang sejak tadi kufikirkan. "Apa mereka para tentara?" biasanya satu tempat diisi the others dengan segala jenis level, sedangkan tadi hanya ada level 2. Normalnya ada satu atau dua the Others di setiap sudut tempat berkeliaran, namun tadi tidak ada. "Tentara milik salah satu penjaga neraka?" tanyaku sekali lagi.

Nixie menggelengkan kepala. "Jangan berfikir hal seperti itu." Nixie terdiam merenungkan kata-kata. "Walau tidak aneh jika memang benar."

Ku hembuskan nafas panjang. "Jika benar kenapa mereka memberi misi besar ini pada kita anak kelas 1?"

"Kau lupa sudah berapa lama kita di BA?" Nixie menyengir lalu melipat kedua tangannya. "Mereka bahkan menyuruh kita melawan the Others level 4 dengan tangan kosong. Kau mungkin tidak akan mati, tapi aku?" dia mendengus di akhir kalimat. "Sejak awal kira berbeda dari anak lain."

Normannya anak kelas satu akan mendapat misi berurutan dari level 1, dan akan meningkat seiring waktu. Tapi sejak masuk di BA kami terus berhadapan dengan misi sulit, membantai ratusan the Others dalam satu malam salah satunya. Anak kelas XA merupakan murid dengan kemampuan khusus melebihi anak kelas lain, aku dan Nixie salah satunya. Dibandingkan dengan anak kelas lain, kami mendapat misi dengan level sulit, kurasa hanya aku dan Nixie yang sudah mendapat misi sulit sejak awal, aku iri dengan mereka.

"Apa yang akan kau lakukan di hari minggu? Ku dengar ada festival lampion di kota." Aku berdiri dan langsung naik ke kasur.

"Kau bercanda, aku sudah berencana untuk sarapan pagi dan tidur sampai besok masuk kelas."

"Dasar," debahku. Nixie terkekeh, dan kembali membaringkan tubuhnya ke atas kasar, lalu menutupi dirinya dengan selimut merah mudah berbau khas seperti para peliharaanya. "Bisakah kau mandi dulu?" cecarku.

Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ
Rashquila
24 Agustus 2021

Bhagawanta Academy - Death Ending Amara (Tahap Revisi) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang