Bab 22:(end)

3 0 0
                                    

Sebuah nama baru terukir di batu monumen bersama dengan ratusan siswa BA yang gugur dalam menjalankan misi. Rangkaian bunga berjejer di bawahnya, pemberian orang-orang yang mengenal nama-nama di sana, atau hanya ikut berbela sungkawa. Nama baru yang terukir di sana adalah 'Nixie Skye'.

Di samping situ, seseorang berdiri dengan memakai tongkat untuk menyangga kakinya yang belum pulih. Dia terunduk dengan rambut panjang acak-acakan, juga bawah mata menghitam. Nabil tidak menduga, kemarin adalah kunjungan terakhir Nixie, dia masih ingat bau manis yang selalu dikeluarkan gadis itu, dan suara kepakan dari kupu-kupu yang menghabisi majikannya sendiri.

Di dalam kelas XA, suasana duka masih terasa. Giandra berdiri di depan, memimpin doa untuk salah satu teman kelas mereka yang gugur setelah bertarung dengan salah satu Penjaga nereka. Beberapa dari mereka memasang mata berbinar, bahkan meneteskan air mata. Terluka dan kematian adalah hal yang mungkin suatu saat akan terjadi pada mereka selama berada di BA, siap atau tidak jika sekali lengah, tidak ada nyawa kedua bagi mereka.

Vas berisis 3 tangakai bunga lily putih di letakan di samping mejaku. Origami dan ornamen kupu-kupu juga penuh di atas sana. Beberapa juga meletakan benda-benda berunsur merah meda di atas meja. Sebuah foto terbingkai di samping vas, menampakan gadis berwajah sayu dengan rambut pink dan mata pink berusaha tersenyum walau tidak tulus. Lalu sebuah foto ukuran 4r menampakan Nixie sedang melinguk ke belakang melihatku yang mengejarnya.

Setelah pertarungan itu, aku sempat menutup mata. Rashya menarik tanganku, membawaku ke dunia paralel lain tempat doa tinggal, dunia tanpa the Others dan aku tidak menginjakkan garis keabadian. Di sana diriku yang lain menjadi pembangkangan di depan kedua orang tuanya, walau tetap menuruti mereka meski setengah hati. Dia menjadi jahil ketika berada di sebelah adik perempuannya, mengganggu dan menggodanya.

Diriku yang lain memiliki sahabat, seorang seusinya yang sekilas mirip dengan Nixie, tapi dengan warna rambut lain dan nama lain juga. Diriku yang lain lulus di SMA normal biasa, lalu menjalani kehidupan kampus yang menyengakan. Dan diriku yang lain memiliki pacar, seorang fotografer yang suka memfotokopi alam. Walaupun banyak kesulitan, tapi dia nampak bahagia dibandingkan dengan dirinya yang lain di sini.

"Selamat atas kemenanganmu Amara," ujar Rashya seraya mengembalikanku ke kenyataan yang sesungguhnya.

###

Aku masuk ke dalam sebuah ruangan, pria di balik meja mengenakan pita merah muda yang mencolok dengan rambut putih ikal sebahu. Orang nomor satu di BA saat ini, bisa mengetahui segala hal dan juga menipu seseorang dengan satu dua ucapan. Walau mengetahui segalanya, dia hanya menonton dan bertindak jika hal itu menguntungkan ubtuk BA.

"Saya ingin menjadi Intel BA," ujarku, dia hanya diam tidak memberi tanggapan dari ucapan. Satu kalimat tidak cukup untuk menyakinkannya. "Ini keputusan yang saya fikirkan sejak lama. Saya tidak punya keluarga, rumah, bahkan baru saja kehilangan teman. Saya juga punya kekuatan yang sulit untuk di nalar. Orang kesepian tanpa tempat pulang, keluarga, dan teman, juga kekuatan yang tidak masuk akal, tempat yang tepat adalah intel BA. Jadi izinkan saya bergabung," lanjutku panjang lebar.

Dia terdiam sebentar dengan ekpresi serius. "Kau pasti berfikir aku tidak akan menolak seorang siswi yang bisa mengalahkan Astaroth? kau benar, aku jika berfikir seperti itu." Dia menjeda kalimatnya. "Aku sempat berfikir untuk mengurungmu selamanya di BA. Betapa senangnya aku tahu kau mengajukan diri, tentu saja aki tidak bisa menolak." Pak Siji berdiri dan merentangkan tangannya. "Kau kuizinkan masuk ke dalam Intel BA, Amara Casia."

###

Seseorang menjatuhkan dompetnya, aku berhenti dan memungutnya. "Permisi, dompetmu jatuh," ujarku.

Dua gadis berbalik, salah satu gadis mengenalinya, dia berjalan mendekatiku. "Aah, Terima kasih banyak." Dia mengambil dompetnya dan menatapku dengan serius. "Apa kita pernah bertemu?" tanyanya.

Aku menggelengkan kepala. "Kurasa tidak," jawbaku.  Dia ragu dengan jawabaku, dan kembali memperhatikanku dengan teliti.

"Dian, ayo nanti kita telat!" panggil teman yang ada di belakangnya.

"Ah iya, sekali lagi terima kasih." Dia membalikkan badan dan berjalan ke temannya. "Ayo pergi Rashya," sahutnya.

Aku membalikan badan, dan melanjutkan perjalanan. Dari kejauhan aku melihat 3 orang sedang kejar tangkap dengan the others. Aku pura-pura tidak memperhatikan dan duduk di teras depan cafe, memesan sebuah minuman sambil bermain game di HP. Game yang baru ku download terkadang menghabiskan waktu malam hari saat di kamar sendirian. Menemaniku ketika mimpi buruk melintas setiap mataku tertutup.

Beberapa orang di sana terkejut ketika salah satu dari tiga orang menabrak kaca hingga pecah. Ternyata mereka tidak suka kerja bersih, sama seperti diriku dulu. Sebelum mereka kabur berlari dan menghilang, aku mengeluarkan pistol dan menembaki saksi mata yang melihat perbuatan ceroboh anak BA ini. Satu tembakan berisi obat yang akan mbuat mereka melupakan segalanya barusan. Dan ada orang lain yang membersikan kaca pecah, mengembalikannya seperti semula. HP ku begetar, aku buru-buru mematikan game, dan membuka pesan yang masuk.

BhagawantaAcademy@email.com
[List 3 orang yang berhasil mengalahkan penjaga neraka.
-Giandra Gumelar Rahagi
-Auristela Gusvania
-Daichi Birger
awasi ketiganya]

"Kau sedang lihat apa Amara?" tanya seorang gadis yang tadi baru selesai membersihkan kaca dan beberapa saksi mata yang lupa kubereskan.

"Ada misi baru," aku berdiri dan menatap gadis itu. "Sudah selesai Flora?"

"Iya... 3 orang bodoh itu baru kelar misi. Ayo pergi, ngomong-ngomong misimu apa?"

"Misi rahasia tidak akan ku beritahu," aku menjulurkan lidahku.

"Okelah terserahmu saja."

Aku pergi dari sana, menuju gang sempit yang minim pencahayaan. Flora mengeluarkan jubah hitam, dan langsung mengembangkannya,  aku mengenakan jubah yang sama. Dia memakai topeng polos berwarna abu-abu, sedangkan aku mengenakan topeng yang memiliki gambar sneyum lebar di bibir. Bentu topeng di bedakan berdasarkan tingkat jabatan dan kepentingan dalam sususan keanggotaan Intel BA. Topengku bertanda aku memilih status lebih tinggi dari topeng polos milik Flora.

"Kau baru masuk intel beberpa bulan, dan mendapat status tinggi. Wajar untuk seorang yang telah membunuh salah satu penjaga neraka."

"Sedikit informasi dan mengingatkan, Daichi juga berhasil membunuh salah satu penjaga neraka. Kenapa kau tidak menerima perasannya daripada iri denganku."

"Aku tidak iri, dan tidak akan menerima Daichi. Amara janyan lupa, Intel seperti kita jangan memiliki ikatan." flora menepuk pundakku.

"Iya aku paham." Aku mengibaskan jubah hitam, dan membuat posisi topengku menjadi lebih nyaman. "Ayo kita bereskan kekacauan yang dibuat orang-orang itu."

Di kehidupan panjang perbatasan keabadian yang kulalui, timbangan kesedihan lebih berat daripada kebahagiaan. Ada banyak hal tidak masuk akal terjadi, termaksud diriku sendiri. Terkadang aku berharap bisa berbaring lelap dan tertidur lelap di sebuah tamam dalam mimpi. Lalu terbangun ke sebuah tempat yang akan membuaku tersenyum. Seseorang menyambut dan melepasku dengan senyum. Bagaimana rasanya jika itu benar-benar terjadi padaku, pasti sangat menyengakan daripada di kehidupan panjang yang menyedihkan ini.

Aku sendiri yang memutuskan melangkah ke dunia menyedihkan ini. Melepas semua pilu dan duka berharap juga melupakannya. Nabil sudah mulai iklas melepas kepergian Nixie, walau setiap senja berdiri di monumen melihat nama Nixie terukir. Dan orang-orang melakukan pemakaman palsu untuk salah satu guru di SMA 1, Ryan meletakan rangkaian bunga ke atas liang guru kesayangannya, dan rutin ke sama setiap Minggu.

Aku tidak lagi pantas berdiri bertemunya, dan dengan masuknya aku ke Intel, hubungan ku dengan seseorang apalagi bukan bagian dari BA tidak berarti. Aku juga tidak berani berhadapan dengan Nabil, salahku membiarkan Nixie ikut dan gagal melindunginya. Walau dia tidak menyalahkanku, tetap saja rautnta nampak sangat kecawa setiap menatap ke arahku.

Kehidupanku yang panjang juga masih berlanjut, masih ada perempuan besar di deoan sana yang akan ku hadapi. Sang Raja Neraka, Hades, dia yang membuat deretan kemalanhan ini terjadi padaku. Selanjutnya sesuai dengan yang diramalkan, aku dan ke-3 orang lainnya akan bertarung melawannya. Sebentar lagi aku masuk kelas 2, sepertinya aku harus dekat dengan ke-3 orang itu. Aku bisa mengawasi mereka, dan memperkuat startegi untuk mengalahkan Hades nanti.

End~

Bhagawanta Academy - Death Ending Amara (Tahap Revisi) EndWhere stories live. Discover now