Bab 3

3.2K 329 3
                                    

Emran di sebuah halte bis umum. Ia duduk sampai sembari melihat kanan kiri lalu tersenyumceria. Di sini tempat paling bersejarah saat ia pertama kali bertemu calon istrinya. Saat itu Fiona yang bekerja sebagai SPG susu formula berdiri di sini untuk berangkat kerja. Saat itu motor Emran di servis hingga ia harus berangkat ke tempat kerjanya menggunakan bis. Fiona sangat cantik, tubuhnya tinggi, sintal dan juga berkulit kuning langsat. Rambutnya yang panjang di gelung rapi. Semau orang nmenatapnya takjub, karena ada perempuan sesempurna itu. Namun ada yang membuat kager, seseorang merebut tas yang Fiona pakai lalu berlari secepat kilat. Tak ada orang yang sanggup mengejar padahal Fiona sudah berteriak nyaring meminta tolong. Emran sebagai lelaki bergerak dengan gesit. Mengejar si penjambret sampai ketemu. Tidak sulit memang menjegal sang penjambret lalu menghantamkan tinju. Emran adalah seorang lelaki kuat di arena tarung namun yang membuat hatinya membuncah gembira adalah Fiona menganggapnya sebagai pahlawan sekaligus lelaki menakjubkan.
Setelah itu keduanya dekat lalu lanjut sebagai pacar. Setelah beberapa kencan dan mengenal satu sama lain, Emran merasa yakin jika Fiona memang jodohnya. Walau Fiona punya beberapa sifat yang tak sesuai dengannya namun Enmran yakin jika lama- kelamaan setelah mereka menikah dan memiliki anak, Fiona juga akan berubah. Emrn meraba kantong celana kainnya. Mengambil sebuah otak kecil yang terbuat dari beludru. Ada sebuah cincin yang Fiona inginkan, Cincin berhiaskan berlian kecil yang harganya cukup mahal. Semahal apa pun harganya, untuk Fiona. Emran akan memenuhinya. Kecantikan Fiona memang sesuai untul cincin ini.

Gendhis Cuma memakai celana jeans hitam dengan atasan kemeja batik berleher model sanghai. Rambutnya Cuma di kuncir biasa, berbeda jauh dengan Fiona yang nampak menakjubkan dengan kebaya berwarna emas dengan bawahan jarik mega mendung yang membentuk lekuk tubuhnya yang sempurna. Pantas Emran tergila-gila pada perempuan itu. Fiona perwujudan dari wanita dewasa yang sempurna sangat cocok bersanding sebagai istri Emran. Berbeda dengan Gendhis yang memiliki tubuh sekurus tiang, maklum dirinya masih anak SMA.
Semua orang yang hadir mengucapkan selamat untuk lamaran ini termasuk Gendhis namun sayang hatinya menjerit tak terima, apalagi tanggal pernikahan mulai di tentukan. Apa tidak berdosa jika ia mendoakan pernikahan Emran batal. Namun tak ada yang mengabulkan doa gadis bengal seperti Gendhis yang jarang beribadah.

Semakin lama benda-benda yang dibutuhkan untuk pernikahan berdatangan dan memenuhi rumah Munah. Gendhis melihat sekeliling sembari membantu ibunya menata barang. Harusnya barang-barang ini digunakan untuk pernikahan Gendhis nanti namun sangat di sayangkan pria pujaannya meminang perempuan lain. Takdir Gendhis mungkin di gariskan lain, nanti akan ada pemuda setampan Emran yang akan mengajaknya menikah namun pikiran positifnya bubar setelah melihat seorang lelaki, teman satu kampungnya yang memanggul beras. Entah apa yang Tono lakukan di sini. Ibunya belum membutuhkan kuli panggul. Lebih baik pamit ke rumah Siti dari pada harus menyaksikan rumahnya di penuhi barang untuk membuat calon istri Emran bahagia. Tanpa pamit, ia berjalan keluar halaman namun saat hampir sampai jalan. Ada seseorang yang berjalan tergesa-gesa berjalan dan menubruk bahunya hingga Gendhis oleng.

🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🐹🐹🐹🐹🐹🐹

Batal nikah’

Suatu momok yang menakutkan untuk Emran terima tapi buah menggembirakan untuk Gendhis. Apakah begitu? Awalnya iya sebab itu berarti Emran tak akan dimiliki siapa pun namun lambat laun Gendhis juga merasakan kemuraman suasana hati Emran. Siapa yang tidak sedih jika kekasih hati membatalkan pernikahan di saat semuanya sudah siap dengan alasan merasa tidak cocok.

Gendhis menengok rumah sebelah melalui jendela yang di tutupi korden pikachu. Rumah Emran yang baru selesai di renovasi itu kelihatan suram. Lampu depan tidak pernah di matikan, lampu dalam yang selalu padam. Ingin rasanya ke sana Gendhis ke sana menengok keadaan Emran namun Munah selalu mencegah dengan dalih jika Emran belum mau di ganggu. Gendhis Cuma berdiam diri menunggu jika suasana hati Emran berubah jadi lebih ramah.

Emran bersembunyi di dalam rumah seperti seorang yang telah mendapatkan aib. Seharusnya Fiona yang malu karena membatalkan pernikahan mereka. Gadis itu mengatakan jika ia belum bisa menjadi istri yang baik untuk Emran setelah apa yang ia lakukan. Emran membenahi rumahnya menjadi tingkat lantai dua, Emran mengganti motornya dengan yang baru lalu ia juga menyiapkan pesta pernikahan yang megah. Bahkan semua itu belum cukup untuk Fiona.

Emran meraih botol alkohol lalu meneguknya sampai habis. Cintanya hancur, pekerjaannya juga lalu apa yang tersisa baginya? Tuhan sangat keterlaluan, bahkan bahagia saja tak ia beri. Setelah malam tiba maka ia pergi ke arena tarung menguji nyawanya sampai berapa lama akan hidup. Tak ada lawan yang sebanding, mereka kalah begitu Emran sudah mengerahkan tenaga. Uang yang di dapatkannya Cuma untuk di habiskan minum dan juga memasang taruhan nomor. Hidupnya mulai tak berguna dan semakin menyedihkan saat tahu kebenaran, kenapa Fiona meninggalkannya. Berhembus kabar jika mantan kekasihnya itu menemukan bandot tua yang bisa memberinya kemewahan. Emran tak percaya begitu saja sebelum melihatnya sendiri.

🐀🐀🐀🐀🐀🐀🐀🐀

Fiona turun dari sebuah mobil BMW hitam yang di kendarai oleh seorang pria paruh baya. Di tangan gadis itu banyak terdapat paperbag dari beberapa merek ternama. Fiona begitu cantik memakai dres hitam ketat dengan make up tebal. Emran yang melihat itu merasa jijik sekaligus marah. Ia kira setelah lamarannya Fiona mau berubah, nyatanya uang telah membutakan wanita itu. Status terhormat dan cinta yang Emrn beri tak ada harganya di banding kesenangan dunia.

“Oh karena ini kamu meninggalkanku?”

Fiona tersentak, karena kaget. Beberapa barang yang di bawanya terjatuh. Denagn cepat ia menyuruh Om-om yang mengantarkannya pulang untuk segera pergi. Sebab Fiona tahu bagaimana kerasnya pukulan Emran. “iya.” Fiona berani menantang. Bagaimana pun kasarnya Emran, dia tak akan memukul perempuan. “Baguslah kalau kamu sadar diri.”

Emran dengan cepat menghampiri perempuan itu lalu mencengkeram lengannya. “Harusnya aku tahu dari dulu kalau kamu tidak akan berubah walau aku sudah ebrusaha dengan cukup keras.”

“Aku butuh uang. Uang membuatku senang. Menjadi istri bukan impianku apalagi dengan rumah sederhana serta gajimu yang tidak besar. Perempuan cantik sepertiku butuh lebih dari itu. Untungnya aku cepat sadar dan meninggalkanmu!”

Amarah Emran berkobar tak di sangka jika perempuan yang dicintainya begitu rendah. Ia menghempaskan Fiona lalu menginjak-nginjak barang perempuan itu. “Apa yang kau lakukan!” Fiona mendorong tubuh Emran untuk menjauh namun tenaganya kalah kuat. Sepertinya ia harus mengikhlaskan barang pemberian pacarnya hancur dari pada dirinya menjadi sasaran kekerasan.
Wajah Emran merah padam karena di selimuti emosi. Ia meninggalkan Fiona yang menangisi barangnya setelah puas menghancurkan. Emran bukan hanya pada Fiona tapi juga pada ayah kandungnya. Kalau saja Ferdinant Ang mau mengakuinya, pasti nasib percintaannya akan lebih baik. Emran telah hancur, Emran yang masih mengandalkan keajaiban di dalam hidupnya kini sudah musnah. Mulai hari ini ia berjanji tak akan memberikan hatinya pada perempuan mana pun untuk jatuh cinta lagi.

🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦊🦇🦇

“Sampai kapan Bang Emran mabuk-mabukan? Gendhis kangen sama Bang Emran yang dulu.” Doanya di dengar Tuhan namun kenapa dia sekarang malah menyesal. Gendhis tak suka melihat Emran hancur.

“Kita doakan semoga Emran segera sadar.”Munah menghembuskan nafas sembari memasang kerudung. “Orang patah hati biasanya memang begitu.”

“Tapi sampai kapan? Ini sudah sebulan Bu. Bang Emran masih mabuk, pulang ke rumah sempoyongan bahkan kadang tidur di halaman.” Itu membuat Gendhis resah, karena banyak orang yang mati karena alkohol.

Munah menggedikkan bahu, karena ia sendiri tak tahu bagaimana menyembuhkan sakit hati Emran. “Sudah masalah Emran kamu gak perlu ikut campur. Itu ada oseng kacang sama tempe bacem, kamu kasih Emran buat makan malam. Ibu nanti nginep di tempat Ibu Hartati, suruh jaga rumahnya. Jadi jangan nungguin Ibu pulang.” Gendhis mengangguk paham lalu mengambil sandal untuk mengantar ibunya ke depan.

🐈🐈🐈🐈🐈🐈🐈🐈🐈

Pengantin kelabu Where stories live. Discover now