21. Lips To Tame

270 68 29
                                    

Waring ⚠⚠
Part ini mengandung kata-kata 17+ ya.
Jadi readers sekalian di harapkan bijak dalam membaca.

BTW Kimmi sebenarnya udah nyerah loh sama story ini.
Kimmi masih kesulitan manage waktu antara nulis sama real life.
Jadi emang susah banget bahkan cuma buat nulis satu part.
Dan yah... Ini adalah satu draft terakhir yang Kimmi punya yang bener-bener udah done dan udah melewati revisi yang yah... Ga gampang sebenernya.
So... Untuk minggu depan Kimmi ga tau Kimmi masih bisa up atau mungkin hiatus dari story ini.
Karena jujur, ngeliat respon yang ada di part-part sebelum ini buat Kimmi sedih.
Makin ke sini rasanya makin sepi aja.
Entah karena story ini yang emang ngebosenin atau mungkin ada hal yang lainnya.
Entahlah.

Tapi yang pasti untuk part ini Kimmi berharap kalian akan menyukainya.

Enjoy.

-
-
-

Tak ada yang lebih menyenangkan bagi Jungkook selain bermain game saat memiliki waktu senggang seperti saat ini. Niat awal datang ke apartemen Sohyun untuk memastikan keadaan gadis itu, berakhir dengan berteriak kencang karena sebuah game yang di mainkannya dengan Jimin.

Jujur, Jungkook sebenarnya tidak berniat melakukan itu. Tapi melihat bagaimana senggangnya ia dan Jimin saat itu membuat Jungkook akhirnya mengajak pria bermarga Park itu untuk menemaninya bermain game. Toh ini sudah lama rasanya Jungkook tidak bermain game bersama Jimin. Biasanya saat Jungkook bosan bermain game sendiri, pria itu akan datang menemui Jimin di apartemennya dan mengajak Jimin untuk bermain. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali-sering. Jadi tak ayal Jungkook begitu dekat dengan Jimin. Karena Jimin memang sudah seperti teman bermainnya sekaligus kakak laki-laki bagi Jungkook sejak keduanya kembali di pertemukan beberapa tahun silam.

"Aaarrggghhh!!!" Jungkook berteriak frustasi kala dirinya kalah bermain game bersama Jimin. Sedangkan pria yang menjadi lawannya tersebut berseru senang karena bisa mengalahkan Jungkook.

"Aku menang," ucap Jimin pongah seraya mengangkat kedua tangannya ke udara.

"Ini tidak adil. Ayo main lagi." Jungkook merengut seolah tidak terima dengan kekalahannya.

"Eiy... Kau harus menerima kekalahanmu bocah."

"Ah hyung! Ayo main lagi. Aku yakin aku akan mengalahkanmu kali ini," bujuk Jungkook tapi langsung di tepis dengan gelengan kepala oleh Jimin. Pria itu menolaknya.

"Tidak tidak. Ini sudah hampir mendekati jam makan siang. Dan aku harus menyiapkan makanan untuk Sohyun."

"Pesan saja. Tidak perlu memasak. Lagipula aku ragu dengan kemampuan memasakmu."

"Kau meragukanku?"

"Kalau iya kenapa? Memang benar 'kan?" cibir Jungkook. Jimin terdiam, hanya menatap Jungkook dengan tatapan tajamnya tapi dengan bibir yang di kerucutkan. Seolah seperti sedang menakuti Jungkook dengan tatapannya tapi memelas juga disaat yang bersamaan. Tidak singkron.

"Sudahlah. Main lagi saja, nanti makanannya biar aku yang pesan. Hyung mau makan apa? Galbi? Jajangmyeon? Atau..."

"Aku bisa memesannya sendiri jika aku mau," pungkas Jimin cepat.

"Ya sudah kalau begitu ayo main lagi," Jungkook masih kekeh dengan keinginannya.

"Ti...."

'Ting tong' (*anggap aja suara bel)

Belum usai Jimin dengan ucapannya, bel yang ada di pintu tiba-tiba saja terdengar. Sejenak Jungkook dan Jimin saling melempar pandang, sampai akhirnya menjatuhkan atensi yang sama kearah pintu.

Consent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang