29. If I Were Your Wife

243 55 19
                                    

Ga mau banyak ngomong.
Toh part ini udah cukup panjang.
Takutnya kalian malah cape kalo baca bacotan unfaedah Kimmi.
Jadi buat openingnya happy reading aja deh.

Eh BTW mohon maaf ya jika kalian menemukan banyak typo.
Kimmi revisi part ini kebut.
Jadi maaf kalo masih banyak yang kelewat.
Tapi jika kalian tertanggu, kalian bisa tandain supaya bisa cepet Kimmi benerin.

Enjoy ❤

-
-
-

"Kau?" Seorin tertegun melihat keberadaan seorang pria bersetelan necis sedang berdiri di depannya dengan senyumannya.

Pria itu sangat tampan, bahkan orang-orang yang sedang berdiri di belakang pria itu nampak berbisik-bisik seraya memperhatikan pahatan sempurna pria di depannya itu.

"Hai."
Orang itu menyapa Seorin masih dengan senyuman di wajahnya. Ia juga mengangkat sebelah tangannya, memberi gestur sapaan.

Seorin diam. Tentu, ia masih tak menyangka jika pria itu akan datang ke acaranya. Pria itu cukup sibuk. Seorin tahu itu. Jadi tak ayal jika Seorin cukup kaget dengan kehadirannya di sana.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Seorin seraya melanjutkan kembali kegiatannya dan mencoba untuk menghindari tatapan pria di hadapannya itu.

"Aku? Menemuimu tentu saja," ucapnya santai.

Seorin memutar bola matanya malas. Hah... Dirinya benar-benar malas bertemu dengan pria itu.

"Sebaiknya kau pergi. Aku sedang sibuk," acuh Seorin.

"Aku tahu. Jadi aku berencana untuk menunggumu sampai acaranya selesai," kekeh pria itu.

"Tidak perlu. Sebaiknya kau pulang saja."

"Oh ayolah aku sudah jauh-jauh datang kemari, dan kau malah mengusirku?"

Seorin menutup buku terakhir milik pria itu yang telah di tanda tanganinya dengan kasar. Mendongakan kepalanya dan menatap Seokjin—pria itu—tidak suka. Jengah sekali berurusan dengan pria itu.

"Aku sedang tidak ingin berdebat, sungguh," ucap Seorin mencoba menahan diri agar tidak meledak.

"Aku juga tidak. Aku hanya ingin membicarakan sesuatu padamu."

"Apalagi yang ingin kau bicarakan?"

"Sesuatu. Aku tidak bisa membicarakannya sekarang. Ini bersifat pribadi. Dan aku rasa kau tidak akan suka jika penggemarmu mendengar hal ini," ucap Seokjin tenang tapi juga penuh intimidasi.

Seorin kemudian melirik antrian yang berada di belakang Seokjin. Antriannya masih cukup panjang. Jika Seorin terus bicara dengan Seokjin disana, antrian itu tidak akan pernah selesai.

"Baiklah. Kau bisa menunggu di sana selagi aku menyelesaikan ini," ucap Seorin pada akhirnya. Menunjuk salah satu kursi yang ada di sudut tempat itu dengan dagunya dan membiarkan Seokjin menunggunya di sana.

Seokjin melirik arah yang Seorin tunjukkan padanya. Dan tak lama berselang ia segera menganggukkan kepalanya.

"Baiklah aku akan menunggumu disana."

Seokjin mengambil buku miliknya dan segera beranjak dari sana setelah sebelumnya memberikan sebuah wink untuk Seorin. Gadis itu tak menggubris, hanya menatap kepergian pria itu dengan datar sampai akhirnya kembali menunjukkan wajah cerianya di depan penggemar yang menghampirinya.

***

"Kau tidak akan bisa menemukan kebahagiaan dari hubungan pernikahan yang tidak di dasari oleh cinta. Memang banyak yang bilang jika cinta akan tumbuh jika kita sering bersama seiring berjalannya waktu. Tapi sebelum cinta itu hadir, apa kau yakin kau akan bisa bahagia? Lagipula memangnya apa kau bisa memastikan jika cinta akan hadir dengan cepat diantara kau dengan pasanganmu? Tae... Pernikahan bukanlah sebuah main-main. Eomma tidak ingin kemalangan yang eomma rasakan di rasakan olehmu juga. Jadi eomma harap kau tidak akan melakukan sesuatu yang akan kau sesali di kemudian hari."

Consent ✔Where stories live. Discover now