32. Consent Is Still Consent

275 63 85
                                    

Yuk absen nama ⭐ dulu.
Udah Kimmi buat panjang loh ini part.
Jadi jangan jadi siders ya.

-
-
-

Di depan sebuah ruangan bernuansa putih milik Sohyun, Jimin nampak tengah sibuk berbincang dengan sang Ibu via panggilan video.

Keduanya nampak berbincang santai seraya menunggu Sohyun yang masih mengerjakan pekerjaannya di dalam ruangan di belakang Jimin.

Sohyun sebenarnya sudah meminta Jimin untuk menunggunya di mobil, tapi ternyata pria itu malah menunggunya di depan ruangannya.

"Jadi kapan kau akan membawa kekasihmu kemari? Tidakkah kau ingin mempertemukan eomma dengannya?" tanya Ibu Jimin menggoda agar sang anak segera membawa Sohyun ke rumah untuk bertemu dengannya. Ia sangat tidak sabar ingin bertemu kekasih dari anaknya itu. Meski sudah bertemu secara virtual, tapi beliau merasa bahwa mereka harus segera bertemu. Beliau ingin membicarakan banyak dengan gadis yang mampu merebut perasaan anak lelakinya itu.

"Dia sibuk mengurusi perusahaan. Tapi jika ada waktu luang, aku akan mencoba untuk mengajaknya untuk menemui eomma dan abeoji segera," ucap Jimin menjanjikan.

"Tidak perlu terburu-buru jika Sohyun sibuk. Eomma bisa memahaminya. Kau jaga saja dia. Eomma akan menunggu gadis spesial itu untuk menemui eomma."

"Gadis spesial?" Jimin mengulangi panggilan yang Ibunya berikan untuk Sohyun.

"Iya, gadis spesial yang mampu menaklukan hati anak lelaki kesayangan eomma."

Senyuman ramahnya menggemang kala wanita itu memuji Sohyun. Ah sepertinya beliau mulai menyukai Sohyun dan menyukai keberadaan gadis itu di sisi putranya.

Hah... Melihat itu membuat hati Jimin menjadi tidak enak. Ia merasa telah membohongi Ibunya.

Sohyun memang kekasihnya. Tapi itu hanya pura-pura. Meski Jimin berharap itu nyata, tapi realitanya itu hanyalah angannya.

Dan di saat Jimin tengah bergulat dengan pikirannya, Sohyun tiba-tiba saja keluar dari ruangannya dan langsung menoleh kearah samping kirinya dimana Jimin sedang berdiri di sana dengan menyandarkan punggungnya pada tembok di belakang tubuhnya. Di tangannya dapat Sohyun lihat ponsel milik pria itu yang kini sedang menampakkan wajah seorang wanita yang tempo hari dilihatnya dari layar ponsel yang sama dengan ponsel yang Jimin pegang saat ini.

Menyadari ada orang lain di sana, Jimin segera menolehkan kepalanya kearah Sohyun yang sedang berdiri di depan pintu ruangannya seraya menatapnya.

"Eomma, sepertinya aku harus menyudahi ini. Nanti kita bicara lagi, ok?" ucap Jimin pada sang Ibu.

"Baiklah. Jangan lupa makan nanti."

"Eum. Eomma juga."
Wanita di seberang sana mengangguk dan segera mengakhiri panggilan itu setelah menampakkan senyumannya untuk Jimin.

"Sudah?" tanya Jimin sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Sohyun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kita pulang sekarang?" tanya Jimin.

Lagi, Sohyun mengangguk.

Keduanya pun akhirnya memutuskan untuk segera beranjak dari sana. Hah... Rasanya tubuh Sohyun lelah sekali. Pekerjaannya hari ini cukup menumpuk, bahkan sampai mengharuskan Sohyun untuk pulang terlambat dari yang lain. Dan sekarang Sohyun ingin cepat pulang. Ia ingin segera merebahkan tubuhnya.

"Kau baik-baik saja?"

Melihat Sohyun yang sedari tadi membisu di kursi penumpang, membuat Jimin lekas bertanya mengenai keadaan gadis itu. Ia khawatir jika Sohyun sakit.

Consent ✔Where stories live. Discover now