Kesedihan Lathifa

5.1K 601 12
                                    


Gibran menatap sendu istrinya yang masih terbaring, bagaimana ini? Sudah setengah jam istrinya belum sadar juga.

" bangun fa, mas gak tenang banget ini" lirih Gibran mengecup pipi istrinya sayang.

     Ifa membuka mata, sebenarnya ia sadar 5 menit lalu, tapi Ifa terlalu takut  dengan kenyataan bahwa utinya benar benar pergi, karna itu ia memilih untuk tetap menutup matanya, mendengar bisikan dan merasakan kecupan dari suaminya mau tak mau Ifa harus membuka mata.

" sayang?" Kaget Gibran

Lathifa hanya menatap Gibran tanpa berniat menjawab kekhawatiran suaminya, kesedihan besar nya tertanam disana, ia tak berbicara atau apapun, hanya matanya yang berkedip beberapa kali.

Gibran paham betul mata terluka itu, ia menarik duduk istrinya dan memeluknya erat.

"Nangis fa, mas emang gak suka liat air mata kamu, tapi kalo gini keadaan nya, mas lebih milih ngeliat kamu nangis dari pada ngeliat kamu kayak sakit banget gini" lirih Gibran memeluk Ifa erat

Ifa masih diam, ia menikmati pelukan hangat Gibran, di bahu lebar itu ia bisa menumpukan dagu mungilnya sebagai tanda bahwa kenyataan ini terlalu berat untuk nya.

" jangan pingsan lagi, jantung mas hampir lepas waktu tau kamu gak sadar di bahu jenazah uti" sambung Gibran.

Tak kunjung mendengar suara Lathifa, Gibran melepaskan pelukan nya, ia menangkup kedua pipi Ifa dan mendekat hingga jarak wajah nya dan wajah Ifa hanya tinggal beberapa senti lagi.

" kamu kenapa? Liat kamu sediem ini mas makin khawatir dan gak bisa tenang"

Pandangan Lathifa masih kosong, Gibran ingin sekali terus menuntut istrinya agar mau berbicara hingga ia kembali mendengar suara indah Lathifa, tapi ia paham, ini bukan saat nya? ia bisa saja semakin membebani pikiran Lathifa.

" uti harus dimakamin sayang?  kalo kamu kuat, ayo kita antar uti ke tempat pengistirahatan terakhir nya dengan ikhlas, tapi kalo kamu masih lemas gini, kita gak ikut gapapa, mas gak mau kamu kenapa napa" beritahu Gibran

Tak ada respon sama sekali, matanya menatap Gibran tapi kenapa terlihat kosong disana.

" fa, kamu denger mas?" Tanya Gibran khawatir

Lathifa mengangguk dan beranjak turun dari ranjang bergerak menjauhi suaminya, ia berjalan kearah pintu kamar.

" ngomong fa, kamu marah karna mas gak ngasih tau kamu dari awal"  kejar Gibran

Lathifa diam tak menggubris, ia menatap pilu keadaan di luar kamar? Banyak sekali orang orang yang menyaksikan saat jenazah utinya mulai di masukan ke keranda.

" kamu marah hm?, mas minta maaf fa, mas gak bisa liat kamu kepikiran terus di pesawat, makanya  mas mutusin buat ngasih tau kamu kalo kita udah di Jakarta" sambung Gibran sembari menyentuh bahu istrinya.

Ifa berjalan pelan, kaki lemahnya melangkah pelan ke arah tubuh renta yang  sudah tak bernyawa itu, mendekati keranda yang akan membawa utinya, Lathifa tersandung   karna sangat lemah ifa hampir tersungkur , tapi ifa merangkak mendekati jenazah

Pemandangan pedih itu disaksikan semua orang, Nadhira berlari membantu adik ipar nya itu untuk berdiri  dan berjalan dengan benar, sedang Gibran mematung menyaksikan titik terlemah istrinya, tawa yang dua hari ini Gibran lihat di bibir istrinya seakan lenyap tak bersisa.

" utii" panggil Ifa lemah dan serak.

" Ifa ikhlasin uti dengan segala upaya yang akan Ifa usahakan semampu Ifa nanti, untuk sekarang, Ifa mohon maaf uti, Ifa hanya akan berkata ikhlas di mulut Ifa saja, karna dihati Ifa? Hati Ifa  masih belum percaya kalo uti bener bener pergi? Tapi di mimpi Ifa tadi uti menemui Ifa dan meminta izin untuk pulang duluan, Ifa bisa apa ti? Disaat Ifa liat wajah cantik uti sebercahaya  itu"

PENGACARA HALAL KU Where stories live. Discover now