39. Kehilangan

962 75 176
                                    

Ly up cepat nih! Biar kalian ga ngerasa di gantung.

Part ini bagian terbahagia bagi ly, gatau bagi kalian, haha.

Apapun yang terjadi jan marah" Ke Ly yaa:')

***

Langit di sore hari mulai berwarna hitam, mengiringi kesedihan orang - orang berpakaian hitam tengah berdoa di samping gundukan tanah merah bertaburkan bunga.

Semua merasa kehilangan dan masih tidak menyangka dengan kepergian seorang gadis yang seharusnya masih memiliki masa depan, namun takdir berkata lain.

Satu per satu orang meninggalkan makam, dan tersisa beberapa orang, termasuk Aldi yang sedari tadi masih memandang kosong ke arah gundukkan tanah itu.

Bagas dan Ully yang masih menemani Aldi pun menatap punggung cowok itu dengan iba, mereka juga merasakan kehilangan sama seperti Aldi, hanya saja mereka sudah bisa mengikhlaskan nya, sedangkan Aldi terus saja berlarut - larut dalam kesedihan.

Setelah mendapat telefon dari Bagas kemarin, Aldi dengan cepat menutup telfonnya setelah mendengar nama Alea disebut, pikirannya sudah sangat kacau membayangkan hal - hal yang mungkin terjadi pada Alea, terlebih lagi saat itu Aldi baru saja mendapatkan mimpi buruk, sampai akhirnya ia tiba di rumah sakit dan melihat sesuatu hal yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.

Tetesan air hujan mulai berjatuhan, untung saja Ully sempat membawa payung, berjaga - jaga bila turun hujan, Bagas yang melihat Aldi seperti itu pun langsung menarik lengan cowok itu untuk bangkit karena tubuhnya mulai basah karena hujan.

"Bangun, jangan tangisin terus, ikhlasin dia biar tenang di sana," ujar Bagas membuat Aldi menyentak tangan Bagas kasar.

"Lo enggak ngerti gas! Gimana rasanya kehilangan orang yang selama ini lo jaga, karena lo enggak pernah sayang sama dia."

Bagas dan Ully terbungkam oleh perkataan Aldi.

"Selama ini gue yang jaga dia, dan apa? Dia memilih mengakhiri hidupnya sendiri," lanjut Aldi terus memegangi papan nisan bertuliskan Melina Clarissa.

"Gue juga ngerasa kehilangan Al, tapi itu memang udah takdir Melina," ujar Bagas.

"Takdir?" Aldi tersenyum miring mendengarnya.

"Itu bukan takdir, tapi pilihan."

"Melina mengakhiri hidupnya karena dia terjebak di antara dua pilihan."

"Hidup dengan rasa sakit atau mengakhiri sakit nya dengan bunuh diri."

"Sialnya, Melina memilih opsi kedua."

Detik kemudian mereka bertiga terdiam, masih memikirkan kejadian yang bahkan tidak mereka duga, dimana Melina memilih mengakhiri hidupnya karena merasa sudah tidak sanggup dengan penyakitnya yang kian hari terus bertambah parah, namun bukan karena itu saja alasannya memilih bunuh diri.

Satu hal yang membuat Melina semakin yakin memutuskan bunuh diri, yaitu karena tidak bisa melihat Bagas bahagia bersama orang lain.

Katakan saja bahwa Melina gadis bodoh, tetapi kenyataannya memang menyakitkan ketika tahu orang yang kita cintai, mencintai orang lain

Setelah lama terdiam Bagas dan Ully memutuskan meninggalkan Aldi yang belum beranjak pergi, membiarkan Aldi menenangkan dirinya sendiri.

Aldi teringat dengan Alea yang sampai sekarang masih belum sadar dari koma nya, hal itu membuat Aldi semakin menyalahkan dirinya sendiri.

ABOUT ALEAWhere stories live. Discover now