PART 04

2.7K 314 3
                                    

Pagi itu Kana tiba di sekolah paling awal, nggak bareng sama Zeno. Katanya dia lagi ada masalah sama lambung nya. Jadi nggak masuk.

Pagi-pagi gini Kana udah pergi ke ruang club basket, mau latihan. Jamkos lumayan. Nggak sih . . lebih tepatnya bolos. Haha.

Di dekat koridor yang ada di pertengahan ruang fikibi sama club basket Kana berpapasan sama cowok yang nama nya Sean ( Sungchan ) .

"Latihan jam segini? Seriusan?"

"Ke sekolah pagi-pagi gini, mau bersihin lapangan lo?" bukannya jawab pertanyaan Sean, Kana malah bertanya balik.

Sean terkekeh pelan, mengambil bola basket yang ada di tangan Kana. Memantulkan nya ke lantai koridor beberapa kali. "Mau taruhan gak?"

"Taruhan apaan??" naikin satu aslinya curiga.

Sean menunjukan senyumannya. Yang buat Kana mendengus geli. "Kalo lo menang gw bakal lakuin semua yang lo minta, dan kalo lo kalah . . maka sebaliknya"

Yang nama nya cowok kalo di tantang kayak gini ya terima terima gitu aja. Seperti Kana yang sekarang langsung menjabat tangan Sean. "Oke siapa takut, pegang ucapan lo" katanya. Sean kembali menunjukan senyumannya, membiarkan Kana pergi ke lapangan terlebih dahulu.

-

"Rungkad sayang~" suara besar nan menggelegar milik Leon terdengar. Di iringi dengan petikan senar gitar milik Martin. Zeno udah kehabisan kesabaran nya ngadepin dua manusia ini.

"Katanya lo gak masuk hari ini" tanya Defa yang juga ada disana. Martin emang suka mampir ke kelas mereka. Cuman dia yang beda kelas sama mereka, eh nggak . . masih ada Arjun.

"Tadinya sih, tapi gw kuat kok. Udah minum obat" jawab Zeno.

Defa ngangguk-ngangguk paham. Setelah itu, siswa siswi berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing. Mereka berempat sama-sama masang ekspresi kaget sekaligus kepo.

"Tawuran nih woe kalau kayak gini mah!" seru Leon paling rusuh.

"Hah?! Ngaco anj tawuran pagi-pagi gini" sahut Zeno tak kalah heboh. Daripada menghabiskan waktu dengan tebak-tebakan dan adu bacot, mereka mutusin buat langsung pergi ke asal kerumunan.

Lapangan basket. Arkana udah berdiri di tengah lapangan sambil bawa bola basket di tangan nya. Di sisi lain, ada Sean yang baru mengganti pakaian nya. Sean bukan anak eskul basket, jadi dia pakai seragam futsal aja. Karena dia anak futsal.

Sorakan dan berbagai macam teriakan orang-orang yang menonton terdengar begitu saja. Beruntung feeling kana tepat sasaran, semua guru sedang rapat. Jadi freeclass.

"Oke siap?" tanya Garda, ketua basket yang sekarang jadi wasit mereka. Kana yang minta, biar adil dan keliatan mana yang curang.

Kana ngangguk, begitu juga Sean dengan wajah tenangnya.

"Lhoo? Tanding?" seru Defa. "Kok Kana gak bilang sama gw?" dia yang merasa di badutin sama Kana cuman masang wajah polos. Agak nyerepet kayak orang linglung sih.

"Sean bukan anak basket kan dek?" tanya Martin.

"Bukan mas, dia anak futsal" jawab Defa.

Kana udah berhasil masukin bola ke ring dua kali berturut-turut.

"Liat kan? Lo bakalan kalah" seru Kana enteng. Di sertai dengan teriakan para siswi fans beratnya.

"Haha, siapa yang tau? Nanti lo yang kalah. Tunggu aja"

Pertandingan berlanjut, Sean beneran masukin bola basket itu ke ring sebanyak tiga kali. Kana yang tau cowok ini handal dalam olahraga basket cuman bisa kicep.

[ ✔ ] Arzeno ; nominWhere stories live. Discover now