PART 10

2.6K 284 4
                                    

Zeno sudah mendengus ketika Kana menuntut nya untuk mengikutinya ke atap sekolah. Atmosfer yang di rasakan oleh keduanya sangat asing, berbeda dari yang sebelum-sebelum nya.

Kedua anak itu sama-sama diam dan tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Angin menerpa wajah mereka. Zeno yang merasakan suasana tidak enak akhirnya angkat bicara. "Kalau gak jadi, gw cabut duluan"

"Kenapa ngelakuin itu ke gw?" akhirnya Kana memberanikan diri membuka suaranya. "Kenapa lo malah ngelakuin sex demi ngebantu gw. Lo normal kan Zen?" Kana mengangkat satu alisnya memandang teman sekaligus tetangganya dengan tatapan datar.

"Udah gw bilang kan? Lo yang narik gw!"

"Tapi lo bisa ninggalin gw sendirian!!" intonasinya meninggi, membuat Zeno merasa di sudutkan disini. Seolah dia yang salah, padahal kan niatnya baik. Kenapa dia yang malah di salahkan bukannya Sean yang mencoba memerkosa Kana disana?

"Ck, udah selesai kan?" Zeno mendatarkan ekspresinya. "Gimana jadinya kalau yang ngelakuin itu si Sean? Bakalan lo tanya-tanya kayak gini atau malah lo biarin gitu aja?"

Kana melebarkan bola matanya, mencoba mencerna setiap kata yang Arzeno ucapkan padanya. Iris kelam Zeno terlalu mendominasi membuat Kana sedikit bergidik ngeri ketika bertemu dengan sorot matanya. "M—maksud lo apa??"

Zeno berdecak. "Na, gw gak buta. Lo diam aja pas Sean nyium lo, terus lo marah di saat gw niat ngebantu lo"

"TAPI SEAN NGGAK SAMPAI SEGITUNYA!!"

"YAH EMANG!!" Zeno balas membentak. "Udah lah Na, udah terlanjur juga kan? Lagian gw masih doyan melon gede! Lo nggak buat gw tertarik sama sekali" final Zeno, melangkahkan kakinya pergi dari area atap.

Hati Arkana merasakan sesak, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Tapi dia tidak menyadarinya.

-

Lupakan tentang kejadian di atap tadi, Zeno sendiri kayaknya nggak terlihat terusik sama sekali. Dia bahkan sudah anteng adem ayem duduk di samping Kana sambil tiduran. Tapi disini Kana yang merasa nggak enak sama tindakannya ngebentak Zeno tadi . .

"Zen . ." panggil Kana pelan. Zeno langsung menoleh tapi masih dengan keadaan menelungkup di meja.

"Ada apa?" Zeno nanya sambil merem, bikin Kana sedikit kesal tapi gapapa yang penting Zeno masih mau ngomong sama dia.

Kana menelisik wajah Zeno, dalam hati tersirat satu kata untuk Zeno yang ada di depannya. Tampan. "Maaf soal tadi"

Kata-kata Kana bikin Zeno langsung menatapnya dengan alis menyatu. "Oh, gw udah lupain. Jangan di bahas"

"Zen"

"Apa?"

Kana mendekat, sesekali matanya berkeliling menatap sekitaran. Semua anak lain lagi ikut jam pelajaran olahraga, cuman mereka berdua yang nggak masuk karena telat. Dan berakhir mereka berdua berada di dalam kelas. Zeno mundur sedikit.

"Mau ngapain lo?!" sungut Zeno, bukan main jantungnya udah dugun-dugun nggak karuan. "Jangan macem-macem!" peringat Zeno.

Arkana masa bodoh dengan suara pekikan Zeno, toh yang di lakuin Zeno sama dia lebih parah. Kana dengan enteng nya nyium bibir Zeno yang sedikit terbuka. Hanya menempelkannya saja, nggak lebih kok tenang. Setelahnya, Kana langsung mundur ke posisi semula. Wajahnya keduanya sama-sama merah, terlebih Zeno yang nggak habis pikir sama kelakuan Kana.

Suasana tiba-tiba jadi canggung lagi. Kana nutup wajahnya pake buku paket Geografi sedangkan Zeno pura-pura nggak terjadi apa-apa. "K-kenyal" cicit Kana yang bikin Zeno langsung ambigu.

[ ✔ ] Arzeno ; nominWhere stories live. Discover now